Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2014

Ayra!

Ketika Sebuah Kembalian Kebaikan Berlaku

“ingatlah nak, hukum energi itu berlaku. Dimana energi tidak dapat dihancurkan namun hanya mampu berubah bentuk. Jika hari ini kamu berlelah-lelah mengeluarkan energi buat membantu orang lain, jangan kecewa jika hal itu belum membuahkan hasil secara langsung. Karena energi yang kamu keluarkan hari ini, akan dengan sendirinya bekerja untukmu di lain waktu dengan besaran yang sama atau bahkan bisa lebih besar dari itu, Tuhan tidak tidur, nak!.” Begitu, penggalan pesan dari seorang dosen saya tepatnya guru, namanya Bapak Sutanto. Beliau seorang yang menurut saya penuh dedikasi bagi sebuah inovasi dan perubahan. Sekalipun beliau tidak secara langsung mengajari saya dalam ruang kelas kuliah selama kuliah di Universitas Sebelas Maret, setidaknya beberapa kegiatan yang selalu saya ikuti bersama beliau memberikan ajaran yang cukup berarti bagi saya. Seseorang yang dahulu hanya melihat lingkungan itu sebatas daerah saya saja.

Rara Tarmizi

Setelah Najwa Latif, penyanyi cover dari aceh ini cukup menyita perhatian. Yaaa....walaupun dia sudah tidak single lagi alias sudah bersuami. Namun tetap saja saya tertarik dengan suaranya....wajahnya, eeemmmm.....sssttt...jangan ditanya saya masih normal kok hehehe.....cantik!

Blog Punya Orang

Pertama kali membaca salah satu postingan di blog ini , saya tertarik. cara menulis, memformula kata-kata untuk menjadi layak santap itu lucu kadang berbau absurd juga sih. silahkan kunjungi dan resapi tulisannya, kalau belum meresap berarti anda perlu lap karena lantai pikiran anda tidak mampu diresapi oleh tulisan ini hehehe.... Saya penganggumnya kali ini, mulai berselancar membaca pikirannya ahhh... nil linknya :  http://www.meykkesantoso.com/2014/04/anak-muda-merantaulah.html

Tirakatan 17-belasan di Solo

Ada yang berbeda dengan perayaan tujuhbelasan tahun ini, berhubung saya melewatinya di Solo tempat perantauan sementara untuk menuntut Ilmu. Sebenarnya tahun ini cukup spesial terutama pada moment-moment yang semestinya berada bersama keluarga, namun ini malah dihabiskan bersama keluarga orang di tanah perantauan, karena tidak bisa pulang kampung... Tirakatan atau semacam perenungan warga. Digang saya (gang mendung IV) saat malam tujuhbelas agustus kemarin diadakan tirakatan, yang kalau di kampung saya (Baubau, SulTra) kegiatan semacam ini tidak pernah dilakukan oleh warganya. Kecuali adalah perayaan esok sorenya yakni berbagai macam lomba, itupun waktu saya masih kecil memang sering dilakukan oleh warga secara mandiri, jadi ceritanya para warga dihimpun pak lurah mengumpulkan uang untuk merayakan berbagai perlombaan tujuhbelasan.  Namun sekarang perayaan atau perlombaan seperti itu kalau bukan dilakukan oleh Pemerintah yaa....siapa lagi. Entahlah, kesadaran kebersamaan sepert

Bulan malam itu...

Postingan ini mungkin sedikit banyak narsis sih, selfie sukaesih sendiri di balkon kost-an demi melihat bulan purnama malam itu. bisa juga disebut masa-sama galau sih, kali aja diatas sana tiba-tiba ketemu stensil wajah jodoh...wooowww...!!!

Ujian Tesis

Tertanggal 23 Juli 2014, setelah melalui rangkaian pembimbingan, seminar proposal, penelitian, pembimbingan lagi, seminar hasil, lalu pembimbingan lagi dan akhirnya menjalani ujian tesis. Namun ujian ini tidak seperti ketika menuliskannya, beberapa kali merubah jadwal dan mencocokkan jadwal dengan dosen pembimbing dan penguji adalah hal yang harus dilewati untuk menuju saat-saat ujian. Tapi, secara umum proses perjalanan hingga titik ini memiliki hikmah tersendiri. banyak pelajaran luar biasa yang bisa diambil sambil terus mengasah titik kesabaran kita sebagai seseorang yang sedang menimba ilmu. Praktis, setelah menjalani Ujian Tesis tentu saya saat ini memiliki amanah yang bertambah. Penambahan Gelar Magister dibelakang nama bukanlah untuk gagah-gagahan bahwa sudah S2 tapi tanggungjawab yang lebih besar dari sebelumnya. Dengan ilmu ini mesti mengajarkan saya banyak hal untuk bisa membaginya dan menuntun diri sendiri untuk bisa lebih bermanfaat bagi orang lain.

Rafting Bersama Keluarga MAP

Postingan kali ini menceritakan dalam bentuk gambar-gambar, saat kami Keluarga Magister Administrasi Publik, Universitas Sebelas Maret menjalani liburan bersama yakni Rafting di sungai oyo, Magelang. Sebenarnya, peserta liburan ini bukan hanya mahasiswa MAP saja namun ada beberapa tambahan mahasiswa asing dari Thailand, Uzbekistan dan China, serta ada keluarga dosen kami yang ikut. Sebenarnya Liburan ini sudah lama direncanakan, hanya saja baru terlaksana pada tanggal 10 agustus kemarin. Liburan ini istilahnya satu paketan, yakni untuk liburan bersama MAP UNS angkatan 2012 (kegiatan ini dipelopori oleh angkatan ini), syukuran beberapa mahasiswa MAP yang selesai menjalani ujiannya, Halal bi Halal, Moment salam perpisahan untuk mahasiswa asing MAP UNS 2012 (Muhamma Lohmi dari Thailand dan Agapito Tilman dari Timor Leste), dan yang utamanya adalah sebagai ajang silaturahim.

Calon Pengantinku

Seperti apa krtiteria pengantinmu? Seorang teman bertanya padaku. Seseorang yang mampu menjaga sisi kekanak-kanakkanku, jawabku singkat. Bagi siapapun pasti memiliki kriteria tertentu untuk memberi standar bagi seseorang yang akan menjadi teman hidupnya. Sahabat dalam mengiringi suka duka kehidupan, menjalani setiap hal bersama dan memapukan diri atas apa-apa yang akan dihadapi sebagai konsekuensi dari adanya dua individu yang bersatu dalam tali pernikahan. Wajar saja sih menurut saya, kriteria tentu berdasarkan pada keinginan-keinginan tertentu. Karena apa? Tentu setiap orang punya cita-cita kedepan seperti apa. Dengan jalan memiliki sejumlah kriteria tentu, sebagai bagian dari pertimbangan logisnya untuk memilih teman hidupnya nanti. Pun, dalam agama diajarkan untuk memilih berdasarkan kriteria-kriteria tertentu bukan.

Tesis ini untuk (si)apa?

Setiap mahasiswa tingkat akhir, pasti diperhadapkan oleh kewajiban untuk menyusun skripsi, tesis dan disertasi berdasarkan tingkatan kesarjanaan masing-masing. Pada kondisi ini, biasanya adalah kegiatan yang paling menguras pikiran setiap mahasiswa. Bahkan bisa sampai kita mendengar ada beberapa mahasiswa malah cenderung tertekan dengan kewajiban ini. Disamping itu, hal ini juga biasanya menjadi alasan kenapa mahasiswa lama baru selesai. Saat ini, saya tengah menjalani kuliah pascasarjana di Universitas Sebelas Maret dan beberapa bulan lalu Alhamdulillah saya telah menyelesaikan seluruh rangkaian perkuliahan, tinggal menunggu waktu wisuda saja. Namun kemudian, setelah beberapa diskusi sama teman maupun perenungan sendiri. Saya kemudian berpikir, setelah membuat tesis mempertanggungjawabkannya di dean dosen, mencetaknya sebagai syarat wajib, dan menyerahkannya ke perpustakaan universitas. Muncul satu pertanyaan besar, tesis ini sebenarnya untuk (si)apa? Pernyataan ini m

Selalu Ada Titik Cahaya Dalam Kegelapan

Lebaran kali ini tidak mudik, karena itu untuk menghibur diri berjalan-jalan adalah sebuah pilihan rasional tentunya. Salah satunya adalah ke jogja selain untuk jalan-jalan juga menjengguk teman-teman dari daerah yang juga tidak mudik. Saat yang sama juga teman-teman ini juga sedang mengalami kondisi yang sama, yakni adalah mahasiswa semester akhir sehingga diperhadapkan pada pengerjaan skripsi dan tesis mereka. Karena itu, pertemuan saya dengan mereka lebih berpola curhatan tentang kondisi perjuangan mereka menyusun skripsi dan tesis mereka. Pada pokoknya memang dari cerita-cerita itu mereka ingin memiliki saluran untuk mengalirkan keluhan-keluhan dalam menjalani proses ini. Posisinya memang, saya sendiri yang sudah melewati tahap itu sehingga mudah memahami kemana arah dari cerita-cerita ini hehehe.....

Mengelola Pilihan

Setiap orang di anugerahi oleh yang Maha Kuasa dengan kemampuan untuk menentukan sesuatu berlaku pada dirinya, bahkan ini dijelaskan dalam ayat-Nya bahwa tidak berubah nasib suatu kaum jika bukan karena kaum itu sendiri yang merubahnya. Karena kemampuan ini juga, maka setiap orang akan memiliki preferensi yang berbeda-beda terhadap sesuatu. Hari ini, setelah dua hari berjalan-jalan di jogja dan mengunjungi teman-teman dari Baubau yang juga tidak mudik lebaran. Tiba-tiba saya merasa ingin menuliskan sesuatu dari perjalanan yang saya lakukan itu, utamanya ketika berada di kereta api yang membawa saya pulang balik solo-jogja-solo. Apa itu? Saya menyebutnya disini adalah mengelola pilihan.

Berlebaran dengan Muslim Thailand

Sumber: disini Lebaran kali ini cukup berbeda dengan biasanya, momen Idul Fitri sebenarnya menjadi agenda wajib bagi saya untuk pulang kampung ke Baubau berlebaran dengan keluarga. Namun, tahun ini kewajiban itu akhirnya menjadi sunah dengan berbagai pertimbangan. Pertama oleh karena jadwal ujian tesis yang begitu mepet dengan lebaran, kedua karena memang kapal surabaya-baubau seminggu sebelum lebaran sudah tidak ada, ketiga menghemat dalam upaya menyambut wisuda bulan 9 nanti. Akan tetapi, lebaran kali ini cukup berbeda karena pada akhirnya dijalani dengan saudara-saudara muslim thailand. Mereka adalah bagian dari komunitas muslim thailand selatan yang berkuliah di Solo dan membentuk organisasi tersendiri juga. kebetulan memang saya berteman dengan salah seorangnya, Muhamma Lohmi namanya. Dia sebenarnya adalah teman sekelas saya dalam kuliah di program Magister Administrasi Publik di UNS.

Berkah Ramadhan

Barangkali judul tulisan ini agak seperti sebuh kultum di waktu sela antara sholat isya dan taraweh, yang menjadi jadwal tetap di tiap-tiap masjid saat ramadhan namun bukan itu maksud tulisan ini. Ohh...iya ngomong soal kultum, sebelum ramadhan lalu saya pernah ditawari membawakan kultum di masjid dekat kost-an, namu dengan sopan saya tolak “saya belum berani pak”. Sebenarnya ini bukan persoalan berani atau tidak, karena sebenarnya keinginan besar saya ingin membawakan kultum, hanya saya setelah dipikir tanggungjawabnya besar. Bagaimana tidak, seandainya saya membawakan kultum dan ternyata aktivitas keseharian saya malah jauh dari apa yang saya katakan itu?. Tapi terlepas dari itu, sebenarnya saya menyesal juga ketika pada saat mendengarkan kultum yang memang disetting bergantian oleh pengurus masjid dan remaja masjid.

Denyut Menulis

Orang bijak mengatakan sebuah keterampilan itu terbentuk dari tindakan yang selalu dilakukan secara rutin. Semisal seorang yang menyukai musik, pada awal dia memainkan alat musik bisa jadi nada yang dimainkannya akan lari kemana-mana, sehingg orang yang mendengarnya akan terganggu. Namun seiring waktu, dia terus berlatih dengan giat pada akhirnya dia mampu membuat suatu lantunan musik yang enak didengar dan dia mulai ahli disitu. Intinya adalah keinginan untuk terus berusaha, kritikan menjadi jalan untuk terus berbuat yang terbaik. Konteks ini bukan ingin membahas mengenai seseorang yang memainkan musik, namun diri saya sendiri dalam menuliskan catatan-catatan dalam pikiran yang senantiasa seret jika akan dituangkan dalam tulisan. Saya pernah menulis mengenai keinginan-keinginan untuk menulis, dengan sejumlah alasan ini dan itu, mungkin sudah beberapa kali seperti itu. Namun tetap saja, kemampuan untuk menuangkan ide dalam pikiran itu terheti begitu saja didepan layar netb

Energi

Potongan Kecil nuklir mungkin memiliki energi yang cukup besar untuk menghancurkan sebuah kota...,  Tapi bagiku Suara punya efek lebih dahsyat dari itu... Yuppp...suara, suara dari seorang perempuan yang saya panggil mama... Cukup mendengar suara dari ujung telepon genggam yang mengatakan : "IYA, MAMA DOAKAN SEMOGA LANCAR URUSANMU, KAMU BAIK-BAIK SAJA DISITU, NAK" suara yang hanya memiliki sepersekian desibel itu, mampu membangkitkan ribuan, jutaan bahkan milyaran desibel semangat dalam otak dan hati untuk bekerja maksimal dan bangkit dari kegalauan. Tidak percaya? telepon mama kamu.....iyaaa kamuuu....sekarang!!?

Entah

Entahlah...melihat situasi kampanye capres sampai saat ini, semakin menguatkan asumsi saya kalau bangsa ini masih tetap seperti sekarang atau bahkan lebih buruk lagi nanti. Bagaimana tidak tiap hari hanya berita negatif yang saling menuding menjadi santapan kita di tv, radio atau media sosial. Entahlah... Tapi setidaknya ini tidak boleh membuat saya atau kamu iyaaa....kamu semakin terpuruk pada p esimisme, karena sebenarya kita punya andil juga. Bagaimana? Sudahlah, lepaskanlah polemik siapa capres baik dan buruk biarkan mereka. Jikalau akhirny bangsa ini tetap kayak begini2 saja oleh kepemimpinan mereka ..biarkan saja. Saya atau kalau kamu iyaaaa....kamu mau ikut, mari luruskan niat sederhana ini : jangan tenang saja melihat tetangga kita kelaparan, jangan abai melihat mereka yang sempit di saat kita lowong, jangan lalai melihat orang yang tidak tahu disaat kita tahu. Intinya jadilah manfaat bagi sekitar kita itu minimal. Mengurusi kampanye capres apalagi meramalkan masa depan dengan

Barangkali

Barangkali saya ataupun kita semua harus mengurungkan cita kita untuk baiknya bangsa ini kedepan, atau kita dipimpin oleh orang-orang yang baik untuk kemajuan bersama, atau kita memperoleh pemimpin yang menjadi teladan kita semua. Kalauuuu...ternyata saat ini kita saja yang menjadi pendukung para capres saling sikut, mengungkap berita2 jelek yg bahkan kita tidak tahu kebenarannya, mengkultuskan pi lihan kita bahkan seringkali kita harus mengorbankan ikatan persahabatan atau silaturahim. Bukankah imam Ali mengingatkan, pemimpin suatu kaum itu ditentukan juga bagaimana tabiat kaum tersebut. Jangan salahkan sy klo bilang bangsa ini kedepan akan sama saja atau bahkan lebih buruk, jika kita lebih mengedepankan konfrontasi terhadap perbedaan pilihan capres ketimbang kesantunan dan persaudaraan.

Bertemu Ramadhan 1435 H

Alhamdulillah, akhirnya ini pertemuan kesekian kalinya dengan bulan ramadhan, dan sekaligus pertemuan yang tidak diawali dengan kumpul sahur sama keluarga besar. Sudah beberapa tahun ini, sejak kuliah tepatnya mulai S1 hingga saat ini saat S2 juga demikian. Momen awal ramadhan selalu dijalani dengan kehidupan anak kost, namun kerinduan untuk mengawali ramadhan dengan keluarga itu seringkali menghinggapi.

Selalu ada Kenangan di Jogja

Jalan Malioboro coyy... Pagi itu sekitar pukul 6.00 saya bergegas untuk mandi, hari ini ada janjian saya bersama beberapa teman untuk maen ke jogja. Kita rencananya akan menumpang kereta pagi jam 7.00, karenanya kita mesti sudah berada di stasiun sebelum waktu keberangkatan kereta. Bagi perjalanan menggunakan kereta api, sangat berbeda dengan apa yang sering saya alami dengan menggunakan kapal laut. Kapal laut bisa sangat fleksibel dalam pola waktunya. Memang, kami akhirnya tiba tepat waktu sampai ke stasiun namun apa mau dikata ketika mbak yang menjaga loket tiket bilang kalau tiket kereta solo-jogja jam 7 sudah habis. Jadwal selanjutnya yang terdekat adalah jam 8. Apa mau dikata? Ketergesaan tadi tidak menjadikan kita akan mendapatkan jadwal lebih cepat. Tergesa-gesa memang tidak baik.

Ekspresi Masalah

Seorang bijak berpesan cara terbaik untuk menjadi bodoh itu bukan berhenti belajar, namun berhenti memahami. Banyak hal yang kemudian kita pahami sebagai bentuk penerimaan kita terhadap realitas yang sebelumnya telah ada, lalu kemudian logika memproduksinya menjadi sesuatu yang akan kita tiru sebagai sebuah proses belajar. kita kemudian terlepas pada apa yang mesti dilakukan semesntinya yaitu memahami, kita terlalu cepat mengambil kesimpulan-kesimpulan dan sulit menangkap pemahaman terhadap kejadian. Tidak berlebihan kemudian jika lebih banyak prasangka, dugaan, bahwa optimisme hadir ditengah-tengah pilihan yang akan kita lakukan. Ketika apa yang dilakukan berada diluar dari harapan, kesenjangan antara rencana dan kejadiannya, atau ketidaksesuaian ide dan realitas. Biasanya ketika kita tidk mampu memahami makna dibalik itu, kecewa, putus asa, depresi menjadi keniscayaan. Pada gilirannya, kita lebih mudah mengelak dari masalah daripada menghadapinya. Padahal kita tahu sebuah pendew

Ketika Matrealisme Mengikat Kita

Setiap hal disekitar kita mesti memiliki nilai memang benar, namun tidak mesti setiap hal dapat dinilai bukan?. Saya menuliskan ini bukan bermaksud ingin menjelaskan tentang matrealisme yang menjadi logika kapitalisme liberalisme itu. Namun saya hanya merasa ada sesuatu yang seringkali ditempatkan tidak pada tempatnya, atau mungkin malah ada sesuatu yang bermetamorfosis dan kita tidak menyadari sifat destruktifnya. Artinya matrealisme bermetamorfosis menjadi sesuatu yang wajar di sekitar kita, kalau Bordieu bilang sebagai habitus. Kenapa? Begini alasannya, di sekolah untuk menilai seorang siswa itu pintar dia harus memiliki nilai yang bagus disemua mata pelajaran, didalam kebijakan publik dikatan efektif jika telah memenuhi beberapa indikator penilaian yang dibuat oleh si pembuat kebijakan sendiri, untuk menjadi profesor harus memiliki tumpukan karya ilmiah, untuk dikatakan penyair seseorang harus banyak membuat syair, untuk dikatakan dermawan seseorang harus menyumbang banyak dan

#salUME

Kalian pikir terlibat dan melibatkan diri di UME itu enak? selain seringkali mendapat cemilan "gratisan", lalu apa lagi? Saat ini, mungkin banyak capeknya yaa...kadang harus tidak enakan, jengkel, bahkan risih karena sering di "tuntut" ini itu sama pedagang. Padahal mereka tidak mengerti apa yang sudah dilakukan dibelakang mereka semua, atau mungkin mereka belum mengerti saja? Tapi ini intinya, kalian atau saya sebut kita saja ya. belajar bagaimana menilai, memahami, mengelola dinamika orang banyak disamping dinamika kita secara personal. Kita datang di kampus ini untuk belajar, namun sebatas dalam kelas dengan tembok kokohnya itu kah?

#Note Minggu

Ketika memutuskan untuk kuliah di UNS Surakarta, diawal saya meniatkan untuk bisa belajar bukan sekedar dalam kelas, memahami bukan saja dalam buku. sebagai bekal untuk dibawa pulang ke daerah nanti, pengalaman!. Makanya, ketika saya menemu hal-hal yang bisa memberi pembelajaran, saya tertarik, mudah tertarik. Saat ini saya seringkali bersama pedagang kaki lima, mendampingi mereka, mendengar kesan mereka, tertawa bersama mereka, sesekali mengajari mereka sekaligus mereka mengajari banyak hal kesaya, banyak minggu terlewati dengan pembelajaran. Setidaknya saya belajar dari mereka, tentang hidup dan kehidupan, ketika menengadah keatas kita sulit mencari teladan, namun cobalah sedikit melihat kebawah kita banyak menemukan hikmah. Bukankah harta karun itu berada dibawah?...belajarlah mulai dari bawah. UNS Market Expo

Logika Perut Kosong

gambar dari baidu.com Ada yang bilang kalau logika tanpa logistik, kegiatan tidak akan berjalan dengan baik. Begitu kira-kira yang seringkali dikatakan dalam beberapa kegiatan, seringkali logistik dalam hal ini makanan bisa menjadi sarana bagi bertumbuhnya ide-ide. Apalagi memang suasananya dalam perumusan rencana kerja sebuah organisasi, logistik akan sangat mendukung ide-ide yang akan bermunculan. Maksud dari ide-ide yang muncul disini bukan karena adanya hukum kausalitas yang berlaku antara logika dan logistik tadi, namun pada bagaimana kemudian forum terkelola dengan baik jika perut tidak kosong. Karena bisa jadi teriakan perut yang lapar akan mempengaruhi besarnya teriakan suara, sehingga konflik bisa terjadi kapan saja. Mungkin ini yang orang-orang bilang dengan diplomasi meja makan, yang kebanyakan berakhir dengan kesepakatan bersama.

Resep Memberi Ala Mbah Reso

Seringkali kita sulit memahami apa itu sebuah pemaknaan kehidupan, belajar untuk hidup bukan sekedar menarik dan menghembuskan napas. Kita selalu mencari pembelajaran dari berbagai sarana, buku, televisi, video motivasi, atau apapun itu. Namun, kita lupa bahwa semesta disekitar kita juga menyimpan berbagai makna hidup, hanya kita kurang menyadari kehadirannya. Didekat kita masih banyak menyimpan pelajaran-pelajaran berharga bagi kehidupan. Seketika saya langsung menyimak kata-kata itu, mencoba meresapi tiap katanya untuk menangkap makna yang disampaikan mbah reso. “yaa...gini mbak, mas.. kalau orang mau ngasih, pasti dikasih. Tapi kalau orang tidak mau ngasih, pasti juga tidak dikasih”

Menjadi (anak) Kecil.

Menjadi dewasa seringkali menjadikan kita sangat egois, bahkan untuk diri sendiri. Misalnya menyangkut kebahagiaan sendiri, kita seakan-akan paham betul tentang hidup sehingga serentetan syarat-syarat yang kita buat sendiri untuk bisa dibilang bahwa itu kebahagiaan. kita terjebak pada pencapaian materi, akhirnya kita lupa bahwa hidup itu mesti dijalani di maknai, bukan dihitung-hitung apa yang kita dapat.  Dan, satu hal yang pasti bahwa kita lupa bahwa kita pernah menjadi (anak) kecil. Tidak pernah terikat apapun, tidak oleh materi bermain seperti seharusnya, merasakan seperti seharusnya, tidak terpaku pada hal-hal yang rumit. bagi anak kecil dunianya adalah bermain, teman-temannya adalah lingkungannya. Dewasa menjadikan kita egois dan lupa bahwa pernah menjadi kecil. Ironi!. Kita mejadi dewasa dalam bentuk fisik, namun menjadi kecil dalam jiwa.

Celakanya Saya!

Barangkali setiap orang punya alasan tersendiri dalam memberi nasehat, atau bahkan menuliskan sebuah kata-kata mutiara. Memang membuat orang lain merasa nyaman dengan apa yang kita katakan, membuat orang lain termotivasi terhadap apa yang kita tuliskan itu, semacam akan timbul sebuah efek timbal balik. dalam artian bahwa orang merasa senang dan kita juga akan merasa berarti bagi orang lain dengan kata-kata itu. Namun, pernahkan kita menyadari bahwa apa yang kita katakan adalah juga apa yang kita lakukan? atau misalnya kita menasehati orang dengan begini begitu padalah kita sendiri belum pernah mengalami hal itu? atau ada alasan yang lain, mungkin? Intinya adalah kita menjadi subjek yang pasif dari apa yang kita nasehatkan kepada orang lain.

Kertas-Kertas Ini, Berserakan Tak Berarti?

Setiap kita memiliki pandangan terhadap menjadi manfaat itu apa? bagaimana? dan kepada siapa?. apalagi kemudian ini disangkutpautkan dengan diri sebagai bagian dari rumah akademis. Tentunya, manfaat dalam pendefinisian ilmiah akan sangat terkait dengan teori dan segala yang mengikutinya sehingga dibilang itu ilmiah. Proses ini memang tidak mudah, tapi kita tentu punya pilihan terhadap setiap hal. Dalam pengertian tulisan ini adalah pada apa yang kita akan jalani ketika akan menyelesaikan kuliah. Maka, sebagai persyaratan wajib kita akan diminta membuat sebuah karya ilmiah. Tidak ada pilihan lain selain itu untuk dapat mengecap wisuda sekaligus memiliki gelaran akademik.

Ceracau di Jumat Pagi, Perpustakaan

Entahlah, kenapa tiba-tiba pikiran ini melayang kesebuah gedung di tengah kampus. Memang dari bentuknya, gedung ini bisa ditebak hampir setua dengan umur Universitas, ditambah lagi kesannya yang tidak seperti gedung-gedung baru lainnya di kampus ini. Itulah Perpustakaan pusat Universitas dimana saya sedang menimba ilmu saat ini.  Memang, tidak ada laporan pasti mengenai koleksi dalam perpustakaan ini, apakah koleksinya sebagian besar baru (terbitan baru) atau malah buku-buku lama yang selalu tersusun rapi dan secara periodik dibersihkan dari debu-debu yang menempel. Di sisi lain, pengunjung perpustakaan ini biasanya hanya karena "perlu" saja datang ke perpustakaan, misalnya meminjam buku. Namun kunjungan perpustakaan belum menjadi kebiasaan dalam mengisi waktu lowong mahasiswa.

Melalui Tulisan, Menjadikan Seseorang Menarik

Cara orang tertarik terhadap orang lain itu beda-beda, beragamnya pandangan tersebut bisa jadi dipengaruhi oleh pemahaman yang bersangkutan. Namun saya seringkali tertarik dengan seseorang karena tulisannya, yakni bagaimana orang tersebut memandang dan menyikapi berbagai persoalan dalam kehidupannya melalui serangkaian kata-kata dalam tulisannya. Melalui tulisan biasanya juga menjadi pembeda tiap-tiap orang, bahkan ada satu cabang ilmu yang membahas tentang kepribadian orang melalui tulisannya yakni gramofologi. Oleh tulisannya juga seseorang seringkali dapat dipahami wawasan dan pengetahuannya adn gagasan-gagasan yang dituliskannya.

Pesan Kakek..

"Dalam Berjuang, memang tidak selalu disarankan untuk menghalalkan segala cara. Tetapi segala hal yang halal, layak untuk diperjuangkan."

Nikah, Menjadi Bahasan Favorit

Dalam setiap kesempatan berbincang bersama teman seangkatan saat ini, nikah menjadi topik yang selalu saja mengundang simpatik untuk terus dibicarakan. Mulai dari siapa lagi teman yang akan nikah dalam waktu dekat, hingga membahas kriteria pasangan masing-masing, bahkan sampai bahasan dalam membijaki kenapa pada saat sekarang kami belum juga menikah. Kalau dilihat dari kecenderungan masing-masing, menikah memang menjadi keinginan sekaligus bentuk kekhawatiran masing-masing. Kenapa tidak? Bagi lelaki mungkin tidak menjadi persoalan umur berapa mau nikah, tergantung dari kesiapan si lelaki untuk menikah dan membina keluarga. Namun bagi perempuan itu berbeda, umur akan sangat menentukan bagi mereka untuk melangsungkan pernikahan. Mengingat bahwa umur produktif perempuan memiliki batasan tertentu untuk memiliki anak, yang bagi pasangan dimanapun pasti dinanti untuk menggendong anak. Iya kan?

Hidup ini Mesti Terus Berjalan

Mendengar berita baik itu mungkin cukup mengagetkan, bagaimana tidak imaji ini selalu tidak lepas untuk bisa bersua secara faktual. Membincang segala hal yang masih diperselisihkan, membahas segala hal yang mungkin dilakukan, atau bahkan saling bertukar pengalaman dan pemahaman terhadap sesuatu yang hingga saat ini menjadi alasan tidak komunikasi. Komunikasi bagiku, bukan sekedar titip salam kemudian balas salam, tanya kabar kemudian balas kabar baik, tanya sesuatu terus dibalas sesuatu. Semuanya berjalan hanya sekedar menjawab, bahwa pemahaman kita yang penting menjawab adalah bagian dari sebuah komunikasi yang kita bangun, bukan.

Merawat Malas

Ketika awal melakukan penelitian, semangat ini seakan selalu menyala-nyala, semangat untuk menuliskan setiap perjalanan dalam wawancara, bertatap muka dengan masyarakat atau bergumul dengan kegiatan-kegiatan masyarakat yang menjadi objek penelitian. Karena saya yakin bahwa, setiap perjalanan pasti mengandung hikmah sekalipun cuman lahir dari hal-hal yang sepele. Namun, apa yang hendak dituliskan itu selalu saja tersendat-sendat. Seandainya keong sekalipun yang diajak berlomba untuk menyusun kata perkata hikmah yang didapati selama melakukan penelitian, niscaya si keong akan menang. Bagaimana tidak, seringkali apa yang saya ingin tulis sebagai bahan cerita, hanya tersusun rapi dalam kepala dan terceritakan disana. 

Bahasa Wong Cilik, Bahasa Kita

Pernah liat dibelakang mobil pete-pete (angkot.red), truk atau mobil box barang disekitar kita, biasanya ada tulisan-tulisan cukup nyeleneh di tuliskan di bagian belakang mobil tersebut. sebut saja misalnya, gembel elite, pulang malu ngaak pulang rindu, satu hati dua cinta, cintaku berat diongkos , dan masih banyak lagi. Sebenarnya tidak ada yang aneh dengan kata-kata itu, namun jika kemudian ditelusuri bisa jadi ada pesan-pesan tersirat dari apa yang dituliskan tersebut. bahkan, pernah saya baca disuatu skripsi mahasiswa Universitas Hasanuddin, yang kemudian membahas mengenai fenomena kata-kata di belakang truk tersebut. saya tidak terlalu banyak mengingat apa yang di kaji dan dianalisis dalam skripsi tersebut, hanya saja ada beberapa hal alasan orang-orang menggunakan itu diantaranya sebagai bentuk pencitraan dan penarik perhatian orang-orang, disamping itu juga adalah bentuk curahan hati dari para pemilik truk tersebut.

Menemu Harapan

Seringkali saya dibuat jengkel dengan keberadaan baliho para calon anggota legislatif (caleg) pemilu 2014 nanti. bukannya apa, hampir setiap sudut ada pajangan baliho berbagai ukuran bahkan di beberapa dinding, tiang listrik, pagar juga tidak luput dari tempelan stiker caleg. momentumnya memang pas, yakni menjelang pemilu 2014 yang akan dilakukan pada bulan april nanti.  Namun baliho hingga stiker itu, sangat mengganggu penglihatan kita. sampah visual seakan ikut-ikutan mengganggu kenyamanan kita selain sampah hasil sisa rumah tangga dan industri. disisi lain juga, cara menenpatkan baliho itu juga kayak tidak memiliki estetikanya, asal bisa terpampang dan terlihat orang banyak saja, maka akan ditempel disitu.

MERAJUT ASA DI SUDUT PESISIR

Gambar disini Saat ini, mungkin bagi sebagian orang menganggap bahwa menjadi nelayan itu adalah pekerjaan yang tidak begitu menjanjikan kehidupan yang sejahtera. Sehingga apa yang menjadi mindset masyarakat, mejadi seorang nelayan itu adalah ketika tidak ada pilihan lain untuk mendapatkan pekerjaan, maka memilih menjadi nelayan adalah jalan terakhir. Pernyataan ini saya dapatkan ketika mencoba menggali data tesis saya, bertemu dengan para pendamping penyuluh masyarakat nelayan. Memang, saat ini pilihan untuk bekerja meraih kesejahteraan ekonomi sudah cukup banyak. Ditambah dengan keadaan lingkungan yang menuntut perubahan yang cukup signifikan bagi masyarakat, misalnya saja pada kebutuhan-kebutuhan yang terus berubah karena mengikuti perkembangan zaman. Ketika kita kemudian tidak mampu memiliki sejumlah kebutuhan jamak masyarakat tersebut, bisa jadi kita menjadi bagian minoritas dan bisa disebut kampungan atau istilah lainnya yang menjurus karena tidak mengikuti perkemb

PEMIMPIN ITU DI BENTUK BUKAN DILAHIRKAN

(Menarik Pelajaran dari Pemimpin Informal Masyarakat Pesisir) Ini entah hari keberapa dalam penelitian saya, beberapa hari lalu saya mulai malas menuliskan catatan perjalanan penelitian, seperti yang saya lakukan diawal penelitian tesis saya. bukan tidak memiliki kesempatan untuk itu, waktu memang banyak untuk bisa menuliskannya hanya saja pikiran ini yang tidak mau memulai menuliskan itu. untunglah pikiran ini bisa dikembalikan ke tracknya kembali, semoga besok-besok bisa saya kembali menuliskan semuanya. Walaupun hanya pada hari-hari tertentu saja, setidaknya akan ada pembelajaran yang bermanfaat dari apa yang saya temui di lapangan sewaktu penelitian ini. Sebelumnya, saya mendapat informasi dari teman kalau minggu depan akan ada teman yang seminar hasil. Padahal kalau dipikir pada saat seminar proposal saya bersama mereka, dan saat ini mereka akan seminar hasil, dan proposal punya saya masih mentah belum terjamah sedikitpun oleh hasil penelitian. Ironis memang,

Getaran Galau

Setiap orang menurutku pernah merasakan galau mungkin, namun bukan galau seperti yang jamak kita ketahui, galau yang menyangkut percintaan. Namun, ini mungkin galau tentang masa depan kita yang saat ini masih sulit diprediksi bahkan untuk di khayalkan. Galau memang sesuatu yang bisa jadi baik namun bisa berefek jelek juga. Galau seperti ini memang patut mendapat manajemen yang baik, jika kemudian waktu dihabiskan hanya untuk memikirkan apa yang akan terjadi di depan, akan tetapi kita lupa untuk melakukan sesuatu pada hari ini. otomatis, perhatian kita hanya pada kegalauan tersebut sehingga yang ada dipikiran adalah mengandai-andai. Berbeda jika kemudian galau yang kita rasakan itu diarahkan ke tindakan yang lebih positif.