Langsung ke konten utama

Menjadi (anak) Kecil.

Menjadi dewasa seringkali menjadikan kita sangat egois, bahkan untuk diri sendiri. Misalnya menyangkut kebahagiaan sendiri, kita seakan-akan paham betul tentang hidup sehingga serentetan syarat-syarat yang kita buat sendiri untuk bisa dibilang bahwa itu kebahagiaan. kita terjebak pada pencapaian materi, akhirnya kita lupa bahwa hidup itu mesti dijalani di maknai, bukan dihitung-hitung apa yang kita dapat. 

Dan, satu hal yang pasti bahwa kita lupa bahwa kita pernah menjadi (anak) kecil. Tidak pernah terikat apapun, tidak oleh materi bermain seperti seharusnya, merasakan seperti seharusnya, tidak terpaku pada hal-hal yang rumit. bagi anak kecil dunianya adalah bermain, teman-temannya adalah lingkungannya. Dewasa menjadikan kita egois dan lupa bahwa pernah menjadi kecil. Ironi!.


Kita mejadi dewasa dalam bentuk fisik, namun menjadi kecil dalam jiwa.




Komentar

Tulisan Populer

JANGAN MENGUTUK SEPI DI TENGAH KERAMAIAN

Merasa sepi adalah bagian dari esensi kepemilikan rasa oleh manusia, namun terkadang perasaan sepi menjadi bagian penghalang terhadap sesuatu yang lebih produktif. Perasaan sepi setidaknya pernah dirasa oleh setiap manusia. Berbagai macam alasan bisa muncul dari adanya perasaan sepi ini, mulai dari sesuatu yang termiliki hingga sesuatu yang menyangkut posisi keberadaan makhluk. Namun perasaan sepi dimaksud disini adalah perasaan sepi yang lain, bukan karena kesendirian disuatu tempat, tapi lebih menyangkut sesuatu yang termiliki dalam rasa (baca: hati).

Nyanyian Bocah Tepi Pantai

Gambar disini Diantara bagian pulau yang menjorok kelaut, terselip sebuah kehidupan manusia sederhana. Bocah-bocah manusia yang menggambar masa depannya melalui langkah-langkah diatas pasir, mempelajari kehidupan dari nyanyian angin laut, dan menulisakan kisah melalui deburan ombak yang mengajari menggaris tepi daratan dengan buihnya. Hari-harinya dilakukan dilaut, berkomunikasi dengan laut sekitar. Setiap hal diberikan oleh laut, kecuali sesuatu yang selalu dinantikan mereka, sesuatu yang selalu dinanti anak manusia dalam hidup, dan menjadi kehidupan bagi generasinya mendatang, yakni sesuatu yang berwujud kesempatan. Kesempatan yang disebut kasih sayang Ina’ [1] mereka.