Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari November, 2011

Menemui Bayang Kebersamaan

(sebuah risalah dalam rangka MILAD Rez_Publika 06 “11.11.06 - 11.11.11”) Salam saudara, sahabat, bagaimana kabarmu hari ini? Inginku ceritakan sepenggal perjalanan kita dahulu, namun ini bukan untuk mengatakan bahwa kita terpisah saat ini. Jarak mungkin bisa menjadi alasan untuk kita saat ini tapi tidak untuk jiwa kita . Karena ada mitologi jepang yang mengatakan jarak bukanlah pemisah karena purnama yang kita lihat di posisi manapun dimuka bumi ini adalah satu, dan berarti itu kita tetap dekat. Sahabat, saudara apa yang dilakukanmu kini? Setelah sekian lama kita bersama untuk memenuhi ruang-ruang kosong dalam pencarian ilmu kita dalam pencarian karakter kita dalam pencarian warna zaman kita. Kini kita punya kesibukan masing-masing hasil dari pergumulan kita dalam indahnya sebuah pencarian dan penjawaban nilai-nilai yang kita ingini nantinya. Sahabat, saudara masihkah senyum khasmu memberi pada bumi yang menua? Boleh dibilang mungkin kita memililiki masa sekarang, keti

Sang Kekasih : Untukmu Sahabat

Kehidupan ini hanya sebentar yang didalamnya ada cobaan, peluang, nasib dan takdir. Tidak lebih dari pada perjalanan sebuah mobil yang sesekali bisa berhenti dan mogok untuk selamanya. Untuk itu sedikit saja aku ingin mengatakan ini kepadamu wahai sahabat, tentang realita dan perjalanan kita dari merangkum nilai-nilai terkecil dalam kehidupan yang terkadang kita definisikan berbeda-beda, namun ini menjadikan kita mempunyai warna kebersamaan yang terkuak dibalik perbedaan-perbedaan yang ada diantara kita, mungkin ini yang dinamakan takdir atau mungkin inilah takdir yang kita ciptakan sahabat. Awal dari sebuah pohon adalah benih, awal dari persahabatan ini adalah kita. Janganlah kita mengingat kapan benih itu ada, sahabat. Karena tidak mungkin dari benih itu lalu kita akan menghitung-hitungnya sehingga seperti apa sekarang benih itu. Biarlah benih itu menjadi benih sahabat, biarkan hubungan ini seperti awal mulanya agar kita tahu bahwa tiap hari yang kita lewati adalah awal dari persah

SURAT SARAT

“Aku hanya ingin seperti ini, aku tidak ingin suatu perasaan yang diberikan oleh Allah SWT terhadap hambaNya ini menjadi rusak dengan ruang-ruang yang orang sering mengatakannya dengan pacaran, tapi terus terang perasaan ini tidak dapat dibenamkan dalam kondisi hidup-hidup seperti ini, terkadang hal itu masih teringiang-ngiang dalam telinga jika nanti aku menjadi orang yang terlambat akan itu,aku di dahului oleh orang lain, atau dia memang tidak menginginkan apa yang kurasakan padanya, ya Allah! aku tidak ingin merusak kesucian perasaan hamba yang Engkau anugerahkan kepada hamba pada sosok ciptaanMu yang ini”