Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari November, 2016

ATAN DAN BACAANNYA

Sudah berapa hafalan surah mu? Surah pendek dan panjang, walau tak sampai sejuz tapi cukup banyakkah menurutmu?,. Merajut inspirasi itu bisa dari mana saja, juga bisa siapa saja. Kemarin (20/11/2016) di pesantren al marhamah saya bertemu seorang anak yang mengajarkan banyak hal sekaligus, siapa dia? Namanya Atan, umurnya tak lebih dari seumuran anak-anak di Taman Kanak-Kanak, tentu membaca dan menulis belum begitu lancar, namun hafalan belum tentu. Atan, memanglah hanya seorang anak kecil yang tampak malu-malu. Tapi bagi saya, atan adalah Guru. Karena setiap orang yang kita mampu menyerap pengetahuan darinya, sejatinya adalah guru. "Itu Atan, ia hafalannya banyak, surah-surah panjang lagi, bisa di tes hafalannya", bisik salah seorang ustadnya. Lalu kami meminta atan untuk mengaji, surah pendek Al Quran. Memang, atan tampak malu-malu ketika ditanya mau baca surah apa?, namun tak perlu dua kali, tetiba atan menjawab surah An Naba. Saya diam!, pun surah dengan 40 ayat ini be

Ide hanya akan menjadi ide, maka Tulislah

Seringkali kita berkubang dalam ide, berpikir ini itu, ingin melakukan ini itu, ingin membuat ini itu. Terjebaklah kita pada kata "akan", yaa...kita hanya mampu menghasilkan "akan" dari ide-ide kita. Nanti, saya akan melakukan itu. hiks.. Saya pun demikian, lebih banyak berkubang dengan ide-ide dan hanya menghasilkan "akan". Lambat laut, ide tak akan jadi apa-apa, tak pernah berbuat apa-apa. Konon, dan saya meyakininya bahwa salah satu solusinya tulislah ide-ide itu. Kalau ia belum bisa menjadi apa-apa, ia bisa menjadi petunjuk bagi siapa-siapa yang membacanya kelak. Sama seperti ide-ide yang menjadikan kita galau. Maka tulislah!. Tentu kita akan bertanya, Lalu apa bagusnya? Malah bisa semakin membuat galau, kan? Tak ada jalan keluar, hanya dengan menulis!. Eemmm...saya berpikir malah sebaliknya. Menulis setidaknya memacu kita menemukan jalan keluar atau paling tidak hikmah. Perhatikan beberapa buku yang menulis tentang mengelola galau, apa kita yakin

Satu Jari

Salah seorang teman mengajarkan saya tentang makna terbatasnya diri. Kita mungkin mengira bisa melakukan, membuat, dan menyelesaikan pekerjaan kita sendirian. Ini tentu ada benarnya, namun tidak selamanya dapat seperti itu. Kita merasa bisa mengangkat pensil sendiri, bukan? tapi coba lakukan dengan hanya menggunakan satu jari saja. Tidak!. Kita akan tetap membutuhkan jari lainnya untuk bisa melakukan itu. Kita diciptakan oleh Allah bersamaan dengan orang lain, bukan karena alasan memperbanyak jumlah. Namun ada hukum yang ingin diajarkan kepada kita tentang saling membutuhkan. Kita membutuhkan orang lain, begitu juga orang lain membutuhkan kita atau orang lainnya. Untuk melengkapi, untuk saling membantu. Begitupun memahami suatu peristiwa,kita bisa menilai apa yang terjadi terhadap orang lain, namun untuk menilai diri sendiri tentu kita butuh orang lain. Dengan itu, saya mengingat sepotong ayat yang menyatakan bahwa Manusia diciptakan untuk saling mengenal. Padanan saling mengenal m

Waktu dan Kesempatan

Seperti apa kita memahami antara waktu dan kesempatan? Apakah ia padanan kata yang memiliki arti tak jauh berbeda? Atau bagaimana kita memanfaatkan waktu dan mencipta kesempatan? Saya selalu suka meresapi tulisan-tulisan dari orang-orang hebat, yang menulis bukan sekedar melepas kata namun juga ingin menyampaikan pesan. Mereka menulis serupa melekat-lekatkan inspirasi dalam susunan kata yang disusuannya. Nah, dari pengalaman itu saya menemu pemaknaan dari kata waktu dan kesempatan. Ilustrasi sederhannya begini, kita mengambil contoh pada mereka yang hari ini melakukan sesuatu melampaui dirinya. Entah itu melalui komunitas atau kegiatan-kegiatan diluar pokok kegiatan hariannya (pekerjaanya) untuk melakukan sesuatu buat orang lain. Lalu bandingkan dengan mereka yang "tak sempat" oleh karena sibuk bekerja. Tidak jarang memang kita menyaksikan, mereka yang memiliki waktu lebih dari pekerjaanya untuk berbagi. Lalu tak jarang pula mereka yang bekerja tak memiliki kesempatan yang