Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Juli, 2010

Surat Buat Ibu Sang Kekasih

Bismillah….. Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh… Semoga Allah Senantiasa meridhoi setiap langkahmu ibu… Apa kabarmu hari ini? Wahai orang yang selalu tegar di depan anak-anakmu yang seringkali membuatmu sedikit repot. Kukira kali ini engkau masih terkonsentrasi dengan pekerjaan-pekerjaanmu yang masih saja kau kerjakan dengan alasan untuk anak-anakmu ini. Ibu… Anakmu ini tidak ingat jelas bagaimana waktu engkau melahirkannya, sehingga anakmu terkadang meremehkan perjuanganmu ketika ada hal yang anakmu inginkan darimu namun kau belum bisa menyanggupinya. Terkadang muncul kata-kata yang entah setan darimana mengajarkan anakmu ini, untuk kemudian menujukannya pada dirimu yang suci itu. Tapi aku pernah dengar dari beberapa orang dan guru agama, yang mengatakan bahwa seorang ibu yang akan melahirkan anaknya ibarat kaki kirinya ada di akhirat dan kaki kanannya berada di dunia, dan tentunya bagaimana sakitnya kondisi ketika itu. Tapi engkau tidak pernah mengeluarkan kata-kata “sakit”

Pertobatan Seorang Kekasih

Ya Allah... tiada yang layak dipuji dan dipuja oleh diri khilaf ini, sudah sepatutnya Rasulmu menjadi teladan diri, namun kuselalu lupa akan diri ketika berhadapan dengan sosok mahluk yang indah itu Ya Allah maafkanku atas itu.... Ya Allah... selain rintihan ini dari seorang kekasih yang tak terkasih kumenundukkan diri dalam ilusi duniawi terombang ambing dalam waduk ketidak pastian dari sebuah kemabukan yang tak tersebabkan terbawa arus kesenangan dunia dari sosok indah ciptaanMu yang sering kami sebut itu CINTA....dari seorang kekasih Ya Allah.... sekiranya ini adalah takdirMu terhadapku, Aku ikhlas menerimananya hanya saja apakah ini akan menjadi jalanku dalam apresiasi pasif yang kubuat terhadap sosok itu mungkin Engkau tengah menyuruhku belajar dalam dunia yang menawarkan keindahan dari sisi material ataupun pada sosok pemecah pandangan keindahan butir-butir alam semesta sekiranya ini adalah ibadahku kepadamu, biarlah ini seperti adanya dimana ketika kuberada di posisi ini dan sos

perjalananku berhenti sampai disini

Sudahlah, seperti itu nada pesimisme yang ada dalam benakku kini, ataupun pengharapan yang ditunjukkan dengan usaha yang tak pernah terusahakan seandainya ini hanya bisa berpaling kepada suatu titik tumpul yang hanya bisa mengelus kerasnya dinding langit tak berujung biarlah, itu seakan menjadi slogan yang tengah dianjurkan sang dewa pengatur hati keterlanjuran yang terjadi akibat sebuah usaha yang abstrak sebuah asumsi yang mengawang-awang dan terbang tak terhenti oleh lapisan angin keras. bukankah ini pengakuan atas kekalahan sebelum peperangan dimulai, seperti itukah yang dianggap sebuah kejantanan atau patriotisme berbalut pakaian lusuh sang pecundang? begitulah kini, pembenaran yang tak pernah mengalami sebuah kebenaran yang kemudian malah dalam perjalananya mendapat sayatan perjalanan indahmu bersamanya. memang kutakpernah menawarkan sebuah keindahan taman surga untukmu ataupun pencapaian materialisme duniawi dan sanjungan status sosial di sekelilingmu hanya saja ini akan berbeda