Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari April, 2014

#salUME

Kalian pikir terlibat dan melibatkan diri di UME itu enak? selain seringkali mendapat cemilan "gratisan", lalu apa lagi? Saat ini, mungkin banyak capeknya yaa...kadang harus tidak enakan, jengkel, bahkan risih karena sering di "tuntut" ini itu sama pedagang. Padahal mereka tidak mengerti apa yang sudah dilakukan dibelakang mereka semua, atau mungkin mereka belum mengerti saja? Tapi ini intinya, kalian atau saya sebut kita saja ya. belajar bagaimana menilai, memahami, mengelola dinamika orang banyak disamping dinamika kita secara personal. Kita datang di kampus ini untuk belajar, namun sebatas dalam kelas dengan tembok kokohnya itu kah?

#Note Minggu

Ketika memutuskan untuk kuliah di UNS Surakarta, diawal saya meniatkan untuk bisa belajar bukan sekedar dalam kelas, memahami bukan saja dalam buku. sebagai bekal untuk dibawa pulang ke daerah nanti, pengalaman!. Makanya, ketika saya menemu hal-hal yang bisa memberi pembelajaran, saya tertarik, mudah tertarik. Saat ini saya seringkali bersama pedagang kaki lima, mendampingi mereka, mendengar kesan mereka, tertawa bersama mereka, sesekali mengajari mereka sekaligus mereka mengajari banyak hal kesaya, banyak minggu terlewati dengan pembelajaran. Setidaknya saya belajar dari mereka, tentang hidup dan kehidupan, ketika menengadah keatas kita sulit mencari teladan, namun cobalah sedikit melihat kebawah kita banyak menemukan hikmah. Bukankah harta karun itu berada dibawah?...belajarlah mulai dari bawah. UNS Market Expo

Logika Perut Kosong

gambar dari baidu.com Ada yang bilang kalau logika tanpa logistik, kegiatan tidak akan berjalan dengan baik. Begitu kira-kira yang seringkali dikatakan dalam beberapa kegiatan, seringkali logistik dalam hal ini makanan bisa menjadi sarana bagi bertumbuhnya ide-ide. Apalagi memang suasananya dalam perumusan rencana kerja sebuah organisasi, logistik akan sangat mendukung ide-ide yang akan bermunculan. Maksud dari ide-ide yang muncul disini bukan karena adanya hukum kausalitas yang berlaku antara logika dan logistik tadi, namun pada bagaimana kemudian forum terkelola dengan baik jika perut tidak kosong. Karena bisa jadi teriakan perut yang lapar akan mempengaruhi besarnya teriakan suara, sehingga konflik bisa terjadi kapan saja. Mungkin ini yang orang-orang bilang dengan diplomasi meja makan, yang kebanyakan berakhir dengan kesepakatan bersama.

Resep Memberi Ala Mbah Reso

Seringkali kita sulit memahami apa itu sebuah pemaknaan kehidupan, belajar untuk hidup bukan sekedar menarik dan menghembuskan napas. Kita selalu mencari pembelajaran dari berbagai sarana, buku, televisi, video motivasi, atau apapun itu. Namun, kita lupa bahwa semesta disekitar kita juga menyimpan berbagai makna hidup, hanya kita kurang menyadari kehadirannya. Didekat kita masih banyak menyimpan pelajaran-pelajaran berharga bagi kehidupan. Seketika saya langsung menyimak kata-kata itu, mencoba meresapi tiap katanya untuk menangkap makna yang disampaikan mbah reso. “yaa...gini mbak, mas.. kalau orang mau ngasih, pasti dikasih. Tapi kalau orang tidak mau ngasih, pasti juga tidak dikasih”

Menjadi (anak) Kecil.

Menjadi dewasa seringkali menjadikan kita sangat egois, bahkan untuk diri sendiri. Misalnya menyangkut kebahagiaan sendiri, kita seakan-akan paham betul tentang hidup sehingga serentetan syarat-syarat yang kita buat sendiri untuk bisa dibilang bahwa itu kebahagiaan. kita terjebak pada pencapaian materi, akhirnya kita lupa bahwa hidup itu mesti dijalani di maknai, bukan dihitung-hitung apa yang kita dapat.  Dan, satu hal yang pasti bahwa kita lupa bahwa kita pernah menjadi (anak) kecil. Tidak pernah terikat apapun, tidak oleh materi bermain seperti seharusnya, merasakan seperti seharusnya, tidak terpaku pada hal-hal yang rumit. bagi anak kecil dunianya adalah bermain, teman-temannya adalah lingkungannya. Dewasa menjadikan kita egois dan lupa bahwa pernah menjadi kecil. Ironi!. Kita mejadi dewasa dalam bentuk fisik, namun menjadi kecil dalam jiwa.

Celakanya Saya!

Barangkali setiap orang punya alasan tersendiri dalam memberi nasehat, atau bahkan menuliskan sebuah kata-kata mutiara. Memang membuat orang lain merasa nyaman dengan apa yang kita katakan, membuat orang lain termotivasi terhadap apa yang kita tuliskan itu, semacam akan timbul sebuah efek timbal balik. dalam artian bahwa orang merasa senang dan kita juga akan merasa berarti bagi orang lain dengan kata-kata itu. Namun, pernahkan kita menyadari bahwa apa yang kita katakan adalah juga apa yang kita lakukan? atau misalnya kita menasehati orang dengan begini begitu padalah kita sendiri belum pernah mengalami hal itu? atau ada alasan yang lain, mungkin? Intinya adalah kita menjadi subjek yang pasif dari apa yang kita nasehatkan kepada orang lain.

Kertas-Kertas Ini, Berserakan Tak Berarti?

Setiap kita memiliki pandangan terhadap menjadi manfaat itu apa? bagaimana? dan kepada siapa?. apalagi kemudian ini disangkutpautkan dengan diri sebagai bagian dari rumah akademis. Tentunya, manfaat dalam pendefinisian ilmiah akan sangat terkait dengan teori dan segala yang mengikutinya sehingga dibilang itu ilmiah. Proses ini memang tidak mudah, tapi kita tentu punya pilihan terhadap setiap hal. Dalam pengertian tulisan ini adalah pada apa yang kita akan jalani ketika akan menyelesaikan kuliah. Maka, sebagai persyaratan wajib kita akan diminta membuat sebuah karya ilmiah. Tidak ada pilihan lain selain itu untuk dapat mengecap wisuda sekaligus memiliki gelaran akademik.