Langsung ke konten utama

#salUME


Kalian pikir terlibat dan melibatkan diri di UME itu enak? selain seringkali mendapat cemilan "gratisan", lalu apa lagi?

Saat ini, mungkin banyak capeknya yaa...kadang harus tidak enakan, jengkel, bahkan risih karena sering di "tuntut" ini itu sama pedagang. Padahal mereka tidak mengerti apa yang sudah dilakukan dibelakang mereka semua, atau mungkin mereka belum mengerti saja?

Tapi ini intinya, kalian atau saya sebut kita saja ya. belajar bagaimana menilai, memahami, mengelola dinamika orang banyak disamping dinamika kita secara personal. Kita datang di kampus ini untuk belajar, namun sebatas dalam kelas dengan tembok kokohnya itu kah?

Pelaut yang ulung lahir dari ombak yang besar, minyak bumi itu dihasilkan dari keras dan lamanya ia terpendam dalam tanah, emas itu berharga ketika ia digali dan ditempa dalam panasnya api, kayu gaharu didapat dengan jauhnya menjelajah hutan rimba. Semuanya perlu proses, karena itu lamanya waktu dijalani, kerasnya itu dilewati dan besarnya tantangan dalam proses menentukan seberapa bernilainya sesuatu itu.

Yakinlah kita kini sedang dan senantiasa dalam proses itu. Saat ini mungkin kita belum menyadari sesuatu itu, tapi suatu saat proses yang dilewati bersama ini membuah pada kondisi yang lain didepan kita.

Saya selalu ingat dengan ajaran Pak Tanto tentang Hukum Kekekalan Energi, bahwa energi tidak bisa dihancurkan namun hanya berubah bentuk. Energi yang hari ini kita keluarkan (apalagi itu kebaikan) maka dimasa yang akan datang, sadar atau tidak kita sadari energi itu akan bekerja dengan sendiri untuk kita.

Adalagi, jika hari ini kita menengadah keatas struktur sosial, kita sulit menemu teladan. Maka, Tengoklah kebawah masih kita akan banyak menemu hikmah disana. Bukankah harta karun itu letaknya ada dibawah? Memulai dari bawah kawan, dari UME..:)
#salUME 

Komentar

Tulisan Populer

JANGAN MENGUTUK SEPI DI TENGAH KERAMAIAN

Merasa sepi adalah bagian dari esensi kepemilikan rasa oleh manusia, namun terkadang perasaan sepi menjadi bagian penghalang terhadap sesuatu yang lebih produktif. Perasaan sepi setidaknya pernah dirasa oleh setiap manusia. Berbagai macam alasan bisa muncul dari adanya perasaan sepi ini, mulai dari sesuatu yang termiliki hingga sesuatu yang menyangkut posisi keberadaan makhluk. Namun perasaan sepi dimaksud disini adalah perasaan sepi yang lain, bukan karena kesendirian disuatu tempat, tapi lebih menyangkut sesuatu yang termiliki dalam rasa (baca: hati).

Nyanyian Bocah Tepi Pantai

Gambar disini Diantara bagian pulau yang menjorok kelaut, terselip sebuah kehidupan manusia sederhana. Bocah-bocah manusia yang menggambar masa depannya melalui langkah-langkah diatas pasir, mempelajari kehidupan dari nyanyian angin laut, dan menulisakan kisah melalui deburan ombak yang mengajari menggaris tepi daratan dengan buihnya. Hari-harinya dilakukan dilaut, berkomunikasi dengan laut sekitar. Setiap hal diberikan oleh laut, kecuali sesuatu yang selalu dinantikan mereka, sesuatu yang selalu dinanti anak manusia dalam hidup, dan menjadi kehidupan bagi generasinya mendatang, yakni sesuatu yang berwujud kesempatan. Kesempatan yang disebut kasih sayang Ina’ [1] mereka.