Langsung ke konten utama

MAS LAUDE


Hari itu habis hujan, masih sedikit gerimis. Jalan masih begitu basah, kelokan jalan poros baubau-pasarwajo saat itu cukup licin.

Saya berhati-hati memacu motor, untuk pulang dari mengajar di pasarwajo menuju Baubau.

Pelan berjalan, saya melihat motor yang begitu familiar. Merah hitam, khas motor punya mas laude (panggilan saya pada Mustama Tamar Goqill). Tidak jauh, tepat di warung-warung tepi jalan, ia muncul sambil tersenyum.


Saya menepikan motor.

"Weeee..saya habis jatuh mas, dari motor terseret, licin jalan", khas dia ketika berbicara. "Ehh...terus kamu tidak apa-apa?" Tanya saya balik. "Tidak apa-apa mas, baik. Hanya motor yang tidak bisa jalan". Tapi sudah mi di perbaiki, sedikit jie".

Saya memperhatikan kondisi motornya, lecet di kap sebelah kiri. Dan, persenelan yang agak terdorong kedalam, susah untuk oper gigi. Tapi, sudah dibantu oleh bapak penjual disitu. Mesin masih jalan dengan baik.

"Mau kemana mas?" Saya kembali bertanya. Ia menjawab, "mau ke pasarwajo, saya sudah janji sama mahasiswa". "Tapi ini bukan hari jadwal mu mas", saya menyela. "Saya sudah janji mas, tidak enak sama mahasiswa".

"Hujan mas, kampus juga tadi sudah tutup, saya orang terakhir tadi, tidak ada mi orang", kata saya padanya, sambil mengajaknya pulang saja. "Ayo mas, pulang saja. Nanti saja masuk ngajar, sudah hampir sore dan hujan juga ini".

Ia tak bergeming. "Tidak apa-apa mas, saya lanjut saja". Setelah lama merayunya untuk pulang. Saya mengalah, "oke mas saya jalan dulu, hati-hati".

Itulah dia Almarhum Mustama, selalu komit sama mahasiswanya, sama tugasnya sebagai dosen. Dedikasi sebagai pengajar yang layak untuk diteladani.

Penggalan kisahnya selalu menerbitkan keceriaan. Orangnya supel, ceria, suka ketawa, tapi kalau tetiba dengar suara ketawa panjang uhuuuiiiii...begitu kira-kira, nah itu pasti dia.

Hari ini, ia pergi. Melanjutkan episode kehambaanya kepada Sang Khalik. Sejatinya maut hanyalah momen antara, untuk perjalanan hamba selanjutnya. Dan, kita pasti akan mengalaminya jua.

Selamat jalan saudara, tiada kesan yang tertinggal selain semua adalah keceriaan. Tiada momen yang engkau tinggalkan, kecuali bertukar pahala jariyah. Tiada ucap yang kau tinggal, selain kebaikan.

Innalillahi wainnailaihi rojiun.

Labalawa, 3 Januari 2019

Komentar

Tulisan Populer

Kenangan Kambing

Entahlah kemarin pada saat selesai membaca sebuah novel berjudul Sepatu Dahlan yang ditulis oleh Krishna Pabichara, saya kemudian terkesan dengan semangat yang dimiliki oleh Dahlan dan Teman-temannya. Ada sebuah mozaik yang tertangkap oleh zaman dan akan terus terkenang oleh masa atas sebuah pencapaian mimpi anak manusia dan disertai dengan kerja keras. Banyak hal, banyak nilai yang dicatut dalam novel tersebut salah satu kata yang paling saya senangi dalam novel ini adalah “orang miskin cukup menjalani hidup dengan apa adanya”. Novel yang diangkat dari biografi hidup Dahlan Iskan (Menteri BUMN saat ini), walaupun begitu tetaplah cerita yang ditulisnya adalah sebuah fiksi yang ditambahkan bumbu tulisan disana-sini agar menarik tapi tetap memiliki keinginan kuat untuk menggambarkan kehidupan Dahlan Iskan, yang saat ini menjadi salah satu tokoh yang banyak menjadi inspirasi. Namun ada satu aktivitas Dahlan dalam cerita ini yang langsung memberi sebuah kenangan flashback bagi saya, ...

TANGKANAPO’: MENJADI GENERASI MILENIAL KOTA BAUBAU

Jika Dilan bilang rindu itu berat, justru menentukan pilihan politiklah yang berat. Gejala ini terdapat pada mereka generasi milenial, informasi begitu deras diperoleh namun tak begitu cukup memberi kesimpulan bagi generasi ini untuk menentukan pilihan politiknya kelak. Partisipasi dan rasionalitas terhadap lingkungan mereka cukup besar, akan tetapi menjadi apatis terhadap struktur bernegara juga begitu menghantui. **

Perempuan Yang Menolak Kalah

Lokasi Foto: Pelabuhan Feri Mawasangka, Buton Tengah Seringkali orang-orang hebat itu, bukan berasal dari kilaunya lampu kamera, ramainya kemunculannya pada televisi atau riuhnya sorak sorai orang-orang saat ia muncul. Tapi, kadang kala orang-orang hebat itu berada di tempat yang sunyi, jarang dilewati kebanyakan orang bahkan pada tempat yang seringkali tidak sadari. Mereka terus bergerak, memberi nilai, merubah keadaan dan mencipta keajaiban kecil bagi lingkungannya. Pada beberapa bulan lalu saya berkunjung ke panti asuhan yang sekaligus pesantren Al Ikhlas, Kaisabu. Seperti biasa, turun dari kendaraan saya bertanya pada salah seorang anak disitu. Ustad mana? Ia jawab, di dalam ada ummi. Lalu saya masuk, bertemu ummi. Pertanyaan pertama setelah mengenalkan diri, saya tanya "ummi, ustad mana?". Beliau terpaku sebentar, lalu tersenyum kemudian menjawab "ustad sudah tidak ada". Ada titik bening disudut mata beliau. Saya kembali bertanya,"maksudnya ummi?". ...