Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2019

Ide, Konsep dan Aksi

Ide itu murah, sedang konsep itu mahal, namun Aksi itu terlelang. Kenapa begitu?. Banyak orang bisa lahirkan ide begitu ramai, ruang-ruang diskusi penuh dengan ide. Mulai dari yang receh hingga kritis, siapapun bisa lahirkan ide dengan mudah. Sebagian kita, senang dengan proses itu. Saya akan membuat itu, saya akan menciptakan ini, saya akan melakukan seperti itu. Begitulah ide terlahirkan. Namun tak banyak Ide, digiring menjadi Konsep. Sehingga proses ini, membuat sebuah konsep menjadi mahal. Hanya sebagian orang yang akan bisa melahirkan ide lalu menduplikasikannya dalam konsep. Saya akan melakukan ini, dengan proses seperti ini, itu dan sana. Inilah konsep, ia menjadi anak tangga selanjutnya bagi ide. Namun, ruang ini tak begitu banyak dihuni oleh para peng-ide. Kita bisa begitu kritis dalam ide, namun sulit menjadikannya konsep yang dapat dilakukan. Untuk itulah harga sebuah Aksi akan terlelang. Kita bisa menghasilkan ide, menghadirkan konsep, namun tak banyak

Bertemu Dilan dalam kampanye pilpres

Jika bioskop-bioskop kini tengah sesak sama penonton, yang ingin menikmati serial kedua novel pidi baiq Dilan 1991 itu. Setidaknya, hal serupa juga bisa kita temui di bioskop media sosial perihal kampanye pilpres. Apa nyambungnya sih antara Dilan dan kampanye pilpres?. Nah, baca aja dulu postingan ini...heheh...

Cerita PKM; Pikiran yang sederhana tapi bukan warung sederhana.

Sembari mengulurkan kedua tangan, seraya menggoyang-goyangkan sepuluh jemarinya. Kepala Desa menyampaikan permintaanya, "bapak dosen ajar katong bagini-bagini".

Cerita PKM: Bilingual

Hari itu sudah sore, udara cukup lembab sisa hujan semalam. Suasana desa mulya jaya kecamatan lasalimu selatan cukup lenggang, bukan apa-apa? Karena memang jumlah populasi desa ini tidak begitu banyak.

Kata_Karya

Suara itu nampak bergetar, "terima kasih bapak ibu orang tua yang telah melahirkan mahasiswa hebat seperti mereka, terima kasih pula kepada para kaprodi dan dosen yang turut mendidik dengan baik". Itu adalah penggalan kata-kata Ibu Wa Ode Alzarliani, S.P.,M.M. Selaku Rektor UM. Buton ketika memberikan sambutannya pada prosesi pelepasan mahasiswa peserta Kuliah Kerja Internasional Tahun 2019.

....

Sepi itu pesta jutaan kata, petasan dan kembang api dari cinta yang tak bersambut, kekasih. (Sujiwo Tejo) Dalam era revolusi industri 4.0, yang kini disusul oleh society 5.0, sisi kemanusiaan sejatinya berada pada sisi klimaks antara tergerus oleh teknologi yang eksponensial, atau tuntutan humanisme pada setiap hal.

Catatan Cucu Nonton Debat

Selain banyak hal yang coba diterka secara tajam oleh netizen. Tak begitu banyak gesture, gimmick hingga konten debat yang bisa saya analisa seperti lihainya pada netizen sekalian. Hanya saja, ada hal menarik yang saya sangat suka dengan situasi semalam. Bikin adem dan suasanya yang semula panas menjadi begitu menyejukkan, hingga akhirnya ditutup dengan lagu dari si Bintang RRI itu.

MAS LAUDE

Hari itu habis hujan, masih sedikit gerimis. Jalan masih begitu basah, kelokan jalan poros baubau-pasarwajo saat itu cukup licin. Saya berhati-hati memacu motor, untuk pulang dari mengajar di pasarwajo menuju Baubau. Pelan berjalan, saya melihat motor yang begitu familiar. Merah hitam, khas motor punya mas laude (panggilan saya pada Mustama Tamar Goqill). Tidak jauh, tepat di warung-warung tepi jalan, ia muncul sambil tersenyum.

Membaca 4.0: Ketika Aktivitas Membaca Tidak Selalu Melalui Buku.

Sumber Gambar Disini Namanya Zahwa, siswa di salah satu sekolah menengah pertama Kota Baubau. Film DIlan, membuat dia penasaran dengan novel yang ditulis oleh Pidi Baiq itu. Namun, setelah melihat novel tersebut ia kurang tertarik. Apa pasal? Novelnya terlalu banyak tulisannya, kata dia. Lalu ditambahkannya, saya suka kalau baca buku itu yang banyak gambarnya, sa rasa sakit kepalaku liat tulisan semua satu buku