Langsung ke konten utama

Ide, Konsep dan Aksi




Ide itu murah, sedang konsep itu mahal, namun Aksi itu terlelang.

Kenapa begitu?.

Banyak orang bisa lahirkan ide begitu ramai, ruang-ruang diskusi penuh dengan ide. Mulai dari yang receh hingga kritis, siapapun bisa lahirkan ide dengan mudah. Sebagian kita, senang dengan proses itu.

Saya akan membuat itu, saya akan menciptakan ini, saya akan melakukan seperti itu. Begitulah ide terlahirkan.

Namun tak banyak Ide, digiring menjadi Konsep. Sehingga proses ini, membuat sebuah konsep menjadi mahal.

Hanya sebagian orang yang akan bisa melahirkan ide lalu menduplikasikannya dalam konsep.

Saya akan melakukan ini, dengan proses seperti ini, itu dan sana. Inilah konsep, ia menjadi anak tangga selanjutnya bagi ide. Namun, ruang ini tak begitu banyak dihuni oleh para peng-ide.

Kita bisa begitu kritis dalam ide, namun sulit menjadikannya konsep yang dapat dilakukan.

Untuk itulah harga sebuah Aksi akan terlelang. Kita bisa menghasilkan ide, menghadirkan konsep, namun tak banyak yang bisa terlibat dalam aksi melakukannya.

Makanya, aksi akan senantiasa terlelang kepada mereka-mereka yang spesial.

Saya bertemu dengan orang-orang seperti itu dalam Kelas Inspirasi Buton Tengah. Mereka anak-anak muda, yang paham akan ide, fasih dalam konsep lalu lincah dalam aksi.

Terima Kasih tak hingga, karena sudah mengizinkan saya menjadi bagian dari kalian.

Saya mungkin peng-ide yang handal dalam konsep yang dituangkan pada bentuk kata-kata. Tapi dari kalian, saya mulai belajar untuk ikut memberi aksi.

Semoga saya bisa menjadi murid yang baik, jika memang kalian berkenan mengangkat saya menjadi murid. Hehehe...

Komentar

Tulisan Populer

Kenangan Kambing

Entahlah kemarin pada saat selesai membaca sebuah novel berjudul Sepatu Dahlan yang ditulis oleh Krishna Pabichara, saya kemudian terkesan dengan semangat yang dimiliki oleh Dahlan dan Teman-temannya. Ada sebuah mozaik yang tertangkap oleh zaman dan akan terus terkenang oleh masa atas sebuah pencapaian mimpi anak manusia dan disertai dengan kerja keras. Banyak hal, banyak nilai yang dicatut dalam novel tersebut salah satu kata yang paling saya senangi dalam novel ini adalah “orang miskin cukup menjalani hidup dengan apa adanya”. Novel yang diangkat dari biografi hidup Dahlan Iskan (Menteri BUMN saat ini), walaupun begitu tetaplah cerita yang ditulisnya adalah sebuah fiksi yang ditambahkan bumbu tulisan disana-sini agar menarik tapi tetap memiliki keinginan kuat untuk menggambarkan kehidupan Dahlan Iskan, yang saat ini menjadi salah satu tokoh yang banyak menjadi inspirasi. Namun ada satu aktivitas Dahlan dalam cerita ini yang langsung memberi sebuah kenangan flashback bagi saya, ...

POLITIK ITU IBARAT ANGKA NOL

Barangkali banyak orang yang menganggap kalau politik itu kotor, namun tidak sedikit pula yang beranggapan sebaliknya. Tidak salah memang orang-orang beranggapan seperti itu, tergantung dari preferensi dan pengetahuan masing-masing. Termasuk disini, saya menganggap politik itu sebagai angka nol.

TANGKANAPO’: MENJADI GENERASI MILENIAL KOTA BAUBAU

Jika Dilan bilang rindu itu berat, justru menentukan pilihan politiklah yang berat. Gejala ini terdapat pada mereka generasi milenial, informasi begitu deras diperoleh namun tak begitu cukup memberi kesimpulan bagi generasi ini untuk menentukan pilihan politiknya kelak. Partisipasi dan rasionalitas terhadap lingkungan mereka cukup besar, akan tetapi menjadi apatis terhadap struktur bernegara juga begitu menghantui. **