Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Mei, 2018

Avenger dan Debat Pilwali Kota Baubau 2018

Marvel production selalu mengagumkan dengan film superheronya, terutama yang belum lama ini Avenger: invinity war. Komplotan superhero yang dibangun oleh marvel beragam, pun juga dengan keahlian serta kekuatannya. Mereka padu sebagai avenger, juga kuat bila sendirian. Yah...namanya animasi. Tapi, terkait dengan itu. Tiap-tiap film superhero pasti diperhadapkan sama masalah, dan sudah pasti negara sebesar apapun pasti akan kewalahan menghadapi masalah, disinilah peran dan kehadiran para avenger ini. Bahwa masalah akan selesai jika ada avenger, ini semacam narasi yang pasti dalam film-film superhero. Tahun 2018 ini, Kota Baubau bakal menghelat kenduri demokrasi serentak bernama pilkada. Bagian dari proses itu adalah debat publik, terhadap visi misi dan program para pasangan calon. Dari acara itu, hemat saya kegiatan itu semacam tengah menyaksikan film avenger. Lalu apa hubungannya dengan debat pemilihan walikota (pilwali) kota baubau semalam?. Ini, adalah beberapa catatan saya perihal

Being a Butonese

Sebelah kanan (batik) adalah "Prof", sedang yang kiri (kemeja biru) adalah "water-prof".... Kuliah Umum, bertema Labu Rope Labu Wana: Sejarah Buton yang Terabaikan oleh Prof. Dr. SUSANTO ZUHDI, M.Hum. Catatan baik untuk dishare malam itu, yakni: 1. Dimanapun dan sesiapapun, seringkali menggunggulkan bangsanya. Beliau Prof Susanto mengambil jalan lain, kelahiran banyumas namun sungguh merasa memperoleh "keberuntungan yang tiada tara" ketika mengenal dan bercerita tentang buton (ini tertulis di slide beliau). Ini lecutan buat kami, pemuda. Bangganya disimpan dalam semangat, sedang semangatnya dipersembahkan buat kemajuan daerah yang berurat nadi keluhuran budaya buton. 2. Buton cinta damai, namun lebih cinta akan kebebasan. Maka itu, orang buton terkenal adaptif termasuk dengan bangsa apapun. Terbukti hingga kini jejak genetis itu tetap ada di beberapa penjuru daerag buton. Contoh, mata biru, kulit putih layaknya china bahkan hidung mancung seperti arab

Writer's Gen

Ada beberapa kategori penulis, ini belum begitu ilmiah sih. Hanya kalkulasi sederhana dari saya. Apa saja kategori itu? 1. Penulis yang menulis, ia adalah golongan yang punya ide dan mampu menuliskannya sendiri. Tulisannya, tentu sudah banyak bahkan dalam bentuk buku. 2. Penulis Negeri, ia adalah golongan penulis yang biasanya menulis karena memang diperkerjakan oleh negara dan atau strukturnya. Jadi menulis adalah pekerjaanya, di luar itu ia hanya pemikir. 3. Penulis Swasta, selayaknya mekanisme pasar. Penulis kategori ini, melakukan aktivitas menulis disesuaikan dengan permintaan pasar (baca:pembaca). Jadi, tak ada karyanya yang begitu spesifik kita dapati sebagai kediriannya dalam menulis. 4. Penulis Imajinatif, nah golongan ini biasanya menjadi penulus dibelakang layar, mereka menulis tanpa harus mencantumkan namanya. Istilahnya, menulis hanya untuk orang lain dan sekaligus orang lain tersebutlah yang memiliki pengakuan atas tulisan itu. 5. Penulis Musiman, golongan penulis in

Note, buat relawan!

Saya berkeyakinan bahwa setiap makhluk mampu untuk terbang, termasuk manusia. Jika saja burung mampu terbang dengan sayapnya, lalu manusia terbang dengan apa?. Jika berpikir sederhana, manusia juga mampu terbang namun dengan bantuan alat, tidak seperti burung yang memiliki sayap. Apa saja itu?, pesawat, roket, atau paling tidak teknologi yang bisa membawa manusia untuk bisa terbang. Tapi, manusia juga mampu terbang tanpa alat bantu, tapi sesuatu yang memang hadir dalam dirinya. Seperti halnya sayap, kepakannya mampu membuat manusia terbang hingga mega-mega. Saya menemukannya dalam gerakan kerelawanan, manusia-manusia yang mampu terbang. Sayapnya boleh kecil, namun kepakkannya layaknya mesin jet. Menjadi relawan tidak mudah, berkorban sudah pasti. Namun senyum tak pernah surut membentuk cekungan indah di wajah mereka. Inilah manusia-manusia yang bisa terbang, mereka terbang dengan apa? Doa. Melalui doa orang-orang yang mereka tolong, pun mereka tak saling kenal. Seperti pesan Imam A

"Ruh" dalam sebuah tulisan

Saya masih terus belajar, bagaimana sebuah tulisan dapat memiliki ruh. Maksudnya, ketika seorang pembaca mulai memamah tiap-tiap tulisan itu, lalu tanpa sadar berpikir *oh iya ya* atau paling tidak merasa bahwa ia menjadi bagian dari tulisan itu. Soal ini saya dapati dari salah seorang guru, sehari kemarin ketika berdiskusi tentang buku apa yang sedang dibaca saat ini. Katanya, tak ada buku yang tak berkualitas. Semuanya memiliki manfaat bagi kita, pembaca. Setidaknya, buku dengan isi yang kurang menarik mengajarkan kita kekurangan dari sebuah gagasan yang dituliskan. Lalu, buku dengan isi yang baik mengajarkan kita seperti apa menulis yang baik itu. Terus, masih soal buku juga. Sejatinya tak ada buku yang jelek kecuali ide yang tak pernah di bukukan. Seperti pram berpesan, boleh saja pintar setinggi langit selama tak menulis, ia akan habis ditelan zaman. Dan, simpulannya!, harus mulai rajin menulis lagi nih. Minimal update status, sekalipun tak penting-penting juga sih. Namun, lati

Apa yang kita pelajari, dari organisasi?

Sebenarnya apa yang tengah kita pelajari dari terlibatnya kita dalam sebuah organisasi?, tentu saja banyak hal, bukan?. Termasuk kearifan dalam memahami perbedaan, kemampuan berkompetisi dalam gagasan dan juga memanfaatkan peluang untuk menjadi adaptif. Tapi, jika saja untuk mempertahankan eksistensi organisasi yang kita ada didalamnya dengan membatasi atau bahkan bermaksud "menghancurkan" organisasi lainnya. Maka sejatinya, organisasi tak jadi wadah pembelajaran bagi kita. Ia hanya menjadi penegas, bahwa pengetahuan kita tak beranjak kemana-mana. Catatan: Bisa jadi bahan, kuliah organisasi nih...

Joint International Community and Cultural Program

Selama seminggu yang lalu, 4 sampai 11 Februari 2018 Universitas Muhammadiyah Buton menjejak langkah Internasional. Dengan menyelenggarakan program yang diikui oleh mahasiswa asal tiongkok. Tepatnya Guangxi University For Nationalities yang kini juga tengah menjalani program bahasa indonesia di Universitas Ahmad Dahlan. Sebagai kelas internasional pertama kalinya, ini tantangan bagi Kantor Urusan Internasional UM. Buton dalam melaksanakan program ini. Mulai dari mengenal kampus, belajar bahasa wolio, menyaksikan aktivitas petani rumput laut sampai bagang kerang mutiara, belajar menenun, mengikuti prosesi posuo, mengikuti gelaran kande-kandea sampai mengenal budaya buton serta pariwisatanya. Harapan besar tersemat dalam program ini, menjadi kunci pintu bagi upaya internasionalisasi Universitas Muhammadiyah Buton. Jika hari ini visi UM. Buton adalah Unggul Membangun Prestasi, tentu bukan capaian apa yang sudah diraih, namun bagaimana proses-proses yang tengah menjalin menuju visi terse

Note For Volunteer

Jika nanti kalian ditanya, untuk apa ini?. Jawablah dengan tersenyum dahulu lalu bilang, saya berbahagia dengan ini. Mungkin tak banyak bisa kami kasih ke kalian sebagai volunteer, namun ini investasi. Bukan besok, lusa atau minggu depan lalu bisa dirasakan maksudnya. Namun, boleh jadi jauh didepan sana kalian ternyata tengah mempersiapkan masa depan yang jauh melampaui kaki dimana kalian pijak saat ini. Kita tidak pernah tahu, masa depan seperti apa nanti hanya saja kita bisa menentukannya hari ini. Tomorrow is today, kata-kata dalam sebuah lirik lagu billy joel. Yuppp...sejatinya besok adalah apa yang kita lakukan hari ini. Joint International Community and Cultur Program 2018 ini, akan terselenggara di kampus kita, Universitas Muhammadiyah Buton. Boleh jadi, ini investasi kita dan kalian untuk membangun relasi. Ingat bahwa persaingan, hanya dimenangkan oleh mereka yang adaptif dan mapan dalam membangun relasi. Adik-adik volunteer, kalian adalah baris terdepan mahasiswa kampus ki

Tapak Pertama

Namanya Muhammad Syaifullah Al Mansur, mahasiswa semester 7 pendidikan agama islam Universitas Muhammadiyah Buton. Hari ini, ia menjadi tapak pertama aktivitas akademik mahasiswa skala internasional. Kuliah Kerja Amaliyah Internasional sebutannya. Sebelumnya, ada sedikit pihak yang meragukan ia untuk ikut program ini. Namun, ia begitu gigih untuk mengikuti program ini, bahkan sejumlah prasyarat untuk itu bersedia ia penuhi. Kami mencoba membantu, hingga urusan pasport yang akhirnya menjadi tahap akhir prasyarat yang ia penuhi. Selama duapuluh lima hari kedepan, ia akan berada di Sangkhom Islam Wittaya School Songkhla Thailand. Selama itu pula, ia akan mendemonstrasikan kemampuannya yang kini belum disadari oleh kita. Saya yakin, kondisi "ter-asing" akan memicu kemampuan maksimal seseorang. Seorang Cipu, panggilan akrab syaiful tentu akan berbeda setelah mengikuti program ini. Pengalaman bersama teman seposkonya yang semuanya cewek...eeehh. Maksudnya bukan itu, tapi bertemu

Gelar Karya

Kali kedua mendampingi kelas kewirausahaan ilmu pemerintahan UM Buton, saya tidak banyak memberi pengetahuan tentang teori wirausaha, saya belum menjadi pelaku sepenuhnya. Namun, lebih kepada sharing tentang membangun inovasi, mengambil risiko dan membangun jejaring. Itupun berasal dari pengalaman yang saya peroleh selama berkomunitas. Diakhir perkukiahan, saya memberi tantangan kepada mereka. Inipun hasil dari rentetan diskusi dalam maupun di bawah pohon depan kantin kampus B. Kami bersepakat untuk mengadakan gelaran karya wirausaha. Dengan bekal urunan atau ceka-ceka mahasiswa dalam satu kelompok, mereka mulai meramu ide apa kira-kira yang bisa di tampilkan. Saya berusaha memberi tantangan lebih, bahwa penilaian bukan pada saya, tapi tim juri yang saya minta dari beberapa dosen lain. Jadi, selain membuat produk mereka pun harus bisa mempresentasikan apa yang mereka buat ke tim juri. Nilai mereka, ada pada hasil akumulasi dari juri. Setidaknya ini memudahkan saya memberi nilai tanp

Fildan yang Menapaki Waktu

Saya masih ingat betul ketika ia, si papa muda memberitahu saya di saat sesi diskusi rutin berdua setelah jumatan. "Bang, sekarang saya lagi menulis tentang fildan, kayak biografi begitu". "Bagus bang", komentar singkat saya. Lalu mencoba mencari database biografi yang pernah dibaca, selalunya monoton yakni menjelaskan sosok dari satu atau dua perspektif saja. Saya lalu mengingat satu buku, tepatnya novel based on true story. Tentang biografi juga, tantangannya adalah mampukah membuat biografi tokoh dengan sajian yang lebih gurih, ringan di mamah dalam kata, mudah dicerna dalam maknanya. Novel karya fahd djibran kata saya, kebetulan penulis ini adalah idola kami. Pun juga ada rhenald kasali, namun terlalu akademis. Tidak berselang lama, si papa muda mengirim pesan whatssapp. Isinya tentang daftar isi buku tentang biografi fildan. Dalam pembacaan awam dan awal saya, langsung menanggapi "ini keren". Ciri khas papa muda ketika menulis, layaknya gaya yang ju

Memaknai Moment

Terima Kasih atas ucapan teman, sahabat dan saudara untuk hari kemarin, hari kelahiran yang tercatat oleh negara melalui akta kelahiran dan juga KTP, SIM dan sebagainya.. Kita mungkin menggunakan media sosial sebagai sarana, yang juga sekaligus media yang membuat kita berjarak, begitu dekat namun sejatinya sungguh berjauhan. Tapi bukan itu esensinya, apalah gunanya pertemuan tanpa pesan. Dan ucapan yang ditujukan buat saya adalah pesan buat saya, ucapan yang menembus waktu meluruhkan ruang. Terima Kasih, kata-kata itu menyerupai doa, sekaligus pengingat kepada saya. pengingat yang berkata "heyy...lakukanlah itu". Ngomong-ngomong tentang pengingat, saya begitu mengingat apa yang kakek pernah berpesan. Momentnya juga tepat seperti kemarin, moment kelahiran. Beliau berpesan, "tak menjadi soal jalan mana yang kamu pilih, namun seperti apa sejarah (manfaat) yang bisa kamu berikan melalui jalan itu". Sederhana namun begitu memberi bekas, dan saya ingin membagi ini kepa