Langsung ke konten utama

"Ruh" dalam sebuah tulisan

Saya masih terus belajar, bagaimana sebuah tulisan dapat memiliki ruh. Maksudnya, ketika seorang pembaca mulai memamah tiap-tiap tulisan itu, lalu tanpa sadar berpikir *oh iya ya* atau paling tidak merasa bahwa ia menjadi bagian dari tulisan itu.

Soal ini saya dapati dari salah seorang guru, sehari kemarin ketika berdiskusi tentang buku apa yang sedang dibaca saat ini. Katanya, tak ada buku yang tak berkualitas. Semuanya memiliki manfaat bagi kita, pembaca. Setidaknya, buku dengan isi yang kurang menarik mengajarkan kita kekurangan dari sebuah gagasan yang dituliskan. Lalu, buku dengan isi yang baik mengajarkan kita seperti apa menulis yang baik itu.

Terus, masih soal buku juga. Sejatinya tak ada buku yang jelek kecuali ide yang tak pernah di bukukan. Seperti pram berpesan, boleh saja pintar setinggi langit selama tak menulis, ia akan habis ditelan zaman.

Dan, simpulannya!, harus mulai rajin menulis lagi nih. Minimal update status, sekalipun tak penting-penting juga sih. Namun, latihan itu perlu apalagi kritik dari orang lain. Nah, lewat media sosial adalah cara kita membuka peluang di kritik sekaligus mengembangkan cara menulis.

Mari menulis, tentang kamu, kita dan kita-kita jie...hehe..

Sumber Gambar: google.com

Komentar

Tulisan Populer

Kenangan Kambing

Entahlah kemarin pada saat selesai membaca sebuah novel berjudul Sepatu Dahlan yang ditulis oleh Krishna Pabichara, saya kemudian terkesan dengan semangat yang dimiliki oleh Dahlan dan Teman-temannya. Ada sebuah mozaik yang tertangkap oleh zaman dan akan terus terkenang oleh masa atas sebuah pencapaian mimpi anak manusia dan disertai dengan kerja keras. Banyak hal, banyak nilai yang dicatut dalam novel tersebut salah satu kata yang paling saya senangi dalam novel ini adalah “orang miskin cukup menjalani hidup dengan apa adanya”. Novel yang diangkat dari biografi hidup Dahlan Iskan (Menteri BUMN saat ini), walaupun begitu tetaplah cerita yang ditulisnya adalah sebuah fiksi yang ditambahkan bumbu tulisan disana-sini agar menarik tapi tetap memiliki keinginan kuat untuk menggambarkan kehidupan Dahlan Iskan, yang saat ini menjadi salah satu tokoh yang banyak menjadi inspirasi. Namun ada satu aktivitas Dahlan dalam cerita ini yang langsung memberi sebuah kenangan flashback bagi saya, ...

TANGKANAPO’: MENJADI GENERASI MILENIAL KOTA BAUBAU

Jika Dilan bilang rindu itu berat, justru menentukan pilihan politiklah yang berat. Gejala ini terdapat pada mereka generasi milenial, informasi begitu deras diperoleh namun tak begitu cukup memberi kesimpulan bagi generasi ini untuk menentukan pilihan politiknya kelak. Partisipasi dan rasionalitas terhadap lingkungan mereka cukup besar, akan tetapi menjadi apatis terhadap struktur bernegara juga begitu menghantui. **

Perempuan Yang Menolak Kalah

Lokasi Foto: Pelabuhan Feri Mawasangka, Buton Tengah Seringkali orang-orang hebat itu, bukan berasal dari kilaunya lampu kamera, ramainya kemunculannya pada televisi atau riuhnya sorak sorai orang-orang saat ia muncul. Tapi, kadang kala orang-orang hebat itu berada di tempat yang sunyi, jarang dilewati kebanyakan orang bahkan pada tempat yang seringkali tidak sadari. Mereka terus bergerak, memberi nilai, merubah keadaan dan mencipta keajaiban kecil bagi lingkungannya. Pada beberapa bulan lalu saya berkunjung ke panti asuhan yang sekaligus pesantren Al Ikhlas, Kaisabu. Seperti biasa, turun dari kendaraan saya bertanya pada salah seorang anak disitu. Ustad mana? Ia jawab, di dalam ada ummi. Lalu saya masuk, bertemu ummi. Pertanyaan pertama setelah mengenalkan diri, saya tanya "ummi, ustad mana?". Beliau terpaku sebentar, lalu tersenyum kemudian menjawab "ustad sudah tidak ada". Ada titik bening disudut mata beliau. Saya kembali bertanya,"maksudnya ummi?". ...