Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Januari, 2012

Dia yang memaku

tak akan hilang tergerus akan api, duduk membatu sepertinya kaku, engkau rela menjadi jembatan, hanya untuk dilewati oleh dia, 500 tahun atau 1000 tahun, merelakan waktu untuk guyuran hujan atau terpaan panas, walau sesekali terkencingi oleh mereka, membaui kehidupan yang disembunyikan, dalam kebisuan penantian jawaban, dalam kekakuan dalam tingkah perilaku, pada Dia yang memaku, untuknya....
ini mi Baubau.... silahkan tinjau kesini : http://osiymobaubau.com/ http://www.youtube.com/watch?v=LqXgCxI9V-o&noredirect=1

Sepotong Rindu dalam SMS

Sibuk jariku mencari tiap-tiap sms yang tertulis, Liar mataku mencari tiap kata yang dapat terlihat indah, Lincah otakku untuk menyerap, mengartikan tiap kalimat, Setiap huruf, setiap kata, setiap kalimat Memberi satu kesatuan yang menurutku belum pas Menggambar wajah yang akan menerima, Membayang asa dalam setiap munajat sebelum terkirim, Masih membayang sms yang kini berada di tengah, Terkirim dalam diam dan senyap, Hanya sesekali menengok lampu yang akan menyala, Masih tegang untuk mendapat balasan, Akankah dia kini tahu, Akankah dia membalasnya, Sebuah syair yang kukirim melalui sms, Sms yang kusisipkan sepotong rindu untukknya…

Gudang Ikhlas (sajak untuk mamaku di hari IBU)

Kuringkih untuk kaki yang tak jua menguat untuk melaksanakan amanahmu, berjalan-jalan diatas sesuatu yang sudah kau peringatkan untuk tidak kulakukan, berpikir mencari alasan untuk sesuatu yang ingin kusembunyikan darimu, memberi sesuatu yang tidak lebih banyak porsinya untukmu ketimbang untuk teman-temanku, membaca syair-syair cinta yang hanya sedikit kumengingatmu dalam tiap baitnya ketimbang untuk kekasihku yang kucurahkan lebih banyak. Mama…kau pun masih mengikhlaskanya!!! Ketika kubertemu dengan seorang ibu yang menahan laparnya hanya untuk beberapa suap nasi yang diberikannya untuk anaknya, dari usaha yang dilakukannya hamper satu hari hanya cukup menghasilkan beberapa suap nasi yang bisa menutup sisi lapar lambung si anak, tak juga cukup untuk menutupi lambung sang ibu. Kuminta ijin padamu untuk mengambil beberapa genggam beras yang sudah kau tanak menjadi nasi untuk sang ibu, katamu “kita mesti membantu orang-orang seperti itu, nak”. Namun kau tak pernah menanyaiku kapan ka