Langsung ke konten utama

Gudang Ikhlas (sajak untuk mamaku di hari IBU)



Kuringkih untuk kaki yang tak jua menguat untuk melaksanakan amanahmu, berjalan-jalan diatas sesuatu yang sudah kau peringatkan untuk tidak kulakukan, berpikir mencari alasan untuk sesuatu yang ingin kusembunyikan darimu, memberi sesuatu yang tidak lebih banyak porsinya untukmu ketimbang untuk teman-temanku, membaca syair-syair cinta yang hanya sedikit kumengingatmu dalam tiap baitnya ketimbang untuk kekasihku yang kucurahkan lebih banyak. Mama…kau pun masih mengikhlaskanya!!!

Ketika kubertemu dengan seorang ibu yang menahan laparnya hanya untuk beberapa suap nasi yang diberikannya untuk anaknya, dari usaha yang dilakukannya hamper satu hari hanya cukup menghasilkan beberapa suap nasi yang bisa menutup sisi lapar lambung si anak, tak juga cukup untuk menutupi lambung sang ibu. Kuminta ijin padamu untuk mengambil beberapa genggam beras yang sudah kau tanak menjadi nasi untuk sang ibu, katamu “kita mesti membantu orang-orang seperti itu, nak”. Namun kau tak pernah menanyaiku kapan kau berpikir begitu untuk mama ini! Aku lupa denganmu karena lebih memperhatikan mereka, mestinya ini berimbang untuk keduanya. Mama….kau pun masih tetap mengikhlaskannya!!!!

Kuteringat ketika kau memintaku untuk mengantarkanmu ada urusan kantor, katamu untuk kesana bisa menggunakan jasa ojek namun untuk pulangnya yang cukup sulit makanya kau memintaku untuk mengantarkanmu. Namun kupunyai janji dengan teman-temanku kataku, sehingga tanpa secara langsung kukatakan bahwa sebenarnya saya menolak suruhanmu. Kau hanya bilang “jangan mi tidak jadi, ko sudah janji temanmu”. Berdosanya aku yang hanya berjanji dengan teman yang mungkin pada waktu itu dapat ditunda beberapa menit, hanya untuk bisa mengantar mama. Anak seperti apa aku ini yang lebih mengutamakan teman daripada mama. Namun kau tetap ikhlas, katamu “nanti saya suruh siapa ka yang antar saya pulang”. Hanya menatap punggungmu yang berjalan mencari ojek dan saya hanya terpaku di apit teman-temanku, membuatku merasa berdosa dan mata terasa basah. Kau tetap ikhlas untuk itu, masih tetap mengikhlaskannya…!!

Ketika mengantarkamu pun terkadang ada rasa tidak enak mengerubuti tubuhku, karena seringkali kau meminta mengantarkanmu ke beberapa tempat tanpa kau memberitahuku kemana. Sering terbesit rasa jengkel dalam hati ketika mengetahui hal itu. Namun kau tetap pada tujuanmu, mencoba mencari jalan rejeki lain untuk anakmu ini. Saat itu kuingat kau tida bilang mau kemana, seketika rasa jengkel menyeruak dalam diri, “pergi kok tidak ada tujuan kayak begini”. Namun ternyata kau pergi menagih pelangganmu di salah satu usaha mu yang kutahu ada beberapa. Ketika kau berbincang dan orang yang kita datangi waktu itu selalu saja menyanjungmu, layaknya kamu dijadikannya sebagai tauladannya. Tapi saya tidak pernah berpikir begitu, alangkah bodohnya saya. Seketika itu juga timbul rasa kesemutan yang sangat kurasa di sekujur tubuhku, untuk dosa dan prasangka yang kubangun jelek untukmu. Haru itu menjadi lebih besar ketika pulang, kamu memberiku beberapa lembar uang, katamu “ untuk kau membeli bensin”. Ternyata dalam benakku kamu tidak pernah mengerti anakmu yang sering kamu mintai antar ini, namun semua itu salah. Mama kamu pun masih mengikhlaskannya….!!!
Masih tetap mencoba dan terus menyeru agar kau sehat selalu dalam lindunganNya..

Anakmu..


Komentar

Tulisan Populer

Katange dan Ekspresi Cinta Ala Orang Buton

Jika anda orang buton, tentu tak asing dengan istilah katange. Sedikit memberi penjelasan, bahwa katange itu sebutan untuk bingkisan makanan yang dibawa pulang oleh tamu setelah menghadiri hajatan. Nah, dalam beberapa hajatan masyarakat buton, biasanya katange ini menjadi aturan wajib bagi tamu untuk dibawa pulang. Pernah tinggal dan berinteraksi dengan orang jawa, selama beberapa tahun di solo untuk berkuliah. Saya pun mendapati hal seperti ini, hadiri tahlilan pulang-pulang di beri sekantong roti. Ini berkah bagi anak kost. Setidaknya kopi manis jomblo dipagi hari kita, kini gak jomblo lagi dengan kehadiran roti dari tahlilan. Entah namanya apa?, tapi di buton itu disebut katange. Saya paling suka bagian ini. Dahulu, ketika bapak atau kakek atau siapapun itu, selepas pulang dari hajatan (orang buton menyebutnya haroa) pasti menentenga tas plastik berisi macam-macam penganan khas orang buton. Sasaran incar saya, kalau bukan onde-onde yaaa....pisang goreng tanpa tepung, atau disebut

JANGAN MENGUTUK SEPI DI TENGAH KERAMAIAN

Merasa sepi adalah bagian dari esensi kepemilikan rasa oleh manusia, namun terkadang perasaan sepi menjadi bagian penghalang terhadap sesuatu yang lebih produktif. Perasaan sepi setidaknya pernah dirasa oleh setiap manusia. Berbagai macam alasan bisa muncul dari adanya perasaan sepi ini, mulai dari sesuatu yang termiliki hingga sesuatu yang menyangkut posisi keberadaan makhluk. Namun perasaan sepi dimaksud disini adalah perasaan sepi yang lain, bukan karena kesendirian disuatu tempat, tapi lebih menyangkut sesuatu yang termiliki dalam rasa (baca: hati).

Nyanyian Bocah Tepi Pantai

Gambar disini Diantara bagian pulau yang menjorok kelaut, terselip sebuah kehidupan manusia sederhana. Bocah-bocah manusia yang menggambar masa depannya melalui langkah-langkah diatas pasir, mempelajari kehidupan dari nyanyian angin laut, dan menulisakan kisah melalui deburan ombak yang mengajari menggaris tepi daratan dengan buihnya. Hari-harinya dilakukan dilaut, berkomunikasi dengan laut sekitar. Setiap hal diberikan oleh laut, kecuali sesuatu yang selalu dinantikan mereka, sesuatu yang selalu dinanti anak manusia dalam hidup, dan menjadi kehidupan bagi generasinya mendatang, yakni sesuatu yang berwujud kesempatan. Kesempatan yang disebut kasih sayang Ina’ [1] mereka.