Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Mei, 2013

Satu Tambah Satu, Sama Dengan NOL

gambar disini Ada sebuah pertanyaan, bagaimana caranya agar kita dihormati oleh orang lain?. Jawabannya sederhana, jangan pernah berpikir untuk menjadi terhormat di hadapan orang lain, cukup jadi lah dirimu sendiri dan hormatilah orang-orang disekitarmu. Penghormatan itu bukan kita yang menciptakannya, tapi Dia yang akan menciptakannya. Sederhana, namun jawaban itu memberikan kita pemahaman, bahwa ketika mengharapkan sesuatu terjadi pada kita. Maka buatlah sesuatu itu terjadi pada diri orang lain dahulu oleh perbuatan kita. Seperti efek cermin, kita akan melihat patulan gerakan yang sama seperti gerakan yang kita peragakan di depan cermin. Situasi ini seperti sebuah lelucon kehidupan yang baru saja saya alami dan teman. Ketika apa yang kita lakukan, karena memang hanya bermaksud menolong orang lain. Tidak pernah berniat akan diperlakukan apapun oleh orang tersebut, hanya saja kami ingin belajar lebih dari apa yang diajarkan kepada kami dalam ruang kelas, untuk kemudian memb

Saling Menuntun : Mereka Melengkapi

Gambar disini Dibawah rerimbunan pohon sepanjang jalan dalam kampus, terlihat dua orang tua separoh baya duduk disalah sudut jalan. Dengan menenteng jualan mereka, sapu ijuk, keset kaki, kemoceng, dan beberapa lainnya. kelihatannya itu adalah barang buatan mereka sendiri. Beberapa hari sebelumnya juga begitu, mereka selalu berjalan ke dalam kampus untuk menjual barang dagangannya. Entahlah setiap kali atau bahkan setiap hari jualan yang dibawa mereka itu laku dan terjual berapa banyak. Atau sekedar bertanya apakah jualan mereka mampu memenuhi kebutuhan mereka hari itu. Namun apa yang berbeda dari kedua orang tua paroh baya ini. menuntun, mereka selalu saling menuntun  menyusuri  jalan setapak sepanjang kampus. Dan biasanya berhenti dan duduk di tempat yang kini saya melihat mereka. Karena tujuan saya hari itu adalah ke kantor pos, maka saya cuman menengok sejenak ke arah mereka.

Itu Namanya Jodoh, yaa...

gambar disini Ketika itu.... “Kok suami ibu itu, kayak begiru ya?”. Tanya seorang teman kepadaku. Mangnya kenapa? Tanyaku balik. “diluar ekspektasi, lho. Awalnya saya pikir, suaminya itu ciri-ciri fisiknya tidak seperti itu” (Teman, mencoba menjelaskan ciri-ciri fisik suami seorang ibu yang kita temuai saat itu. sepertinya keadaan yang sebelumnya terlihat dari keadaan si ibu, dan suaminya. Saat ini sangat jauh berbeda dengan imaji yang terbangun sebelumnya dengan kondisi saat ini yang ditemui.) Saya cuman jawab, namanya Jodoh kan?? “Tapi, kok begitu ya...”, dia sambil tersenyum masih penasaran. Itulah keadilan Allah Swt, Jawabku pendek...(tersenyum)

Ketika Hujan...

sumber disini Apa yang terpikirkan olehmu ketika hujan, jemuran di kost-an yang belum diangkat? atau ada hal lain yang membuatmu mengingat seseoranga dikala hujan?. setiap orang tentun punya cerita dan kenangan dengan hujan, bahkan bukan saja kenangan namun muncul ketakutan bagi masyarakat yang selalu menjadi langganan banjir di daerahnya. Namun saya punya cerita, ketika menghadapi hujan di kamar kost yang tidak terlalu luas itu. setiap kali hujan, jika hujannya deras atau bahkan beranging, praktis air rembesan hujan akan selalu menetes dengan teratur didalam kamar. menggenangi lantai yang dilapisi oleh karpet plastik, dan otomatis semakin lama hujannya maka akan semakin membanyak airnya. Tapi, ini menarik. disitulah letak kemenarikannya menurut saya, sedikit repot memang namun saya menikmatinya, tiap tetesan demi tetesan itu menjadi irama dalam kamar kost saya (ini lebay yaa....heheh). menunggunya menetes dan melihat perambatan airnya disepanjang lapisa tripleks kamar itu