Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Juli, 2012

Marhaban Ya Ramadhan

Mohon Maaf Lahir dan Batin, serangkaian sms yang masuk di handphone sya. namun saya sendiri bingung mau menjawabnya seperti apa, ya sudah paling saya menjawab dengan nada dan perkataan yang sama. sebenarnya saya juga bingung, dengan menanti datangnya Ramadhan bukankah sebaiknya dengan hati yang suci. namun ketika kita diperhadapkan dengan hal-hal seperti tadi, muncul banyak pertanyaan di kepala saya. ketika menjelang ramadhan maka kita banyak mengirim sms permohonan maaf ke setiap orang dan akhirnya akan mengirimkan sms pula terhadap orang-orang atau sahabat kita. lalu Ramadhan kita sambut dengan sms dan mengakhirinya dengan sms. Semestinya memang menurut saya menyambut ramadhan disamping dengan mengirim sms permohonan maaf, namun juga mempersiapkan diri menyambut bulan suci ramadhan dengan penuh gembira. bulan yang terbaik dimana malam-malamnya merupakan tempat paling baik bermunajat kepada Allah Swt. semoga Ramadhan kali ini kita kemudian mampu menjadi pemenang dan mencapai fitrah s

Sadarkah Kita?

Sudah sadarkah kita saat ini, diam duduk berpasrah apakah itu cukup. melalui jalan demonstrasi dan konflik terbuka dengan pemangku kebijakan itulah solusinya? atau ini sudah menjadi "agenda" mereka yang ingin kita seperti itu? Mungkin saat ini, kita hanya menganggap semua disekitar kita sedang baik-baik saja. namun apa iya? ketika masih ada berita tentang kemiskinan, kelaparan atau kematian karena kelaparan dan kemiskinan? kalau Mahatma Ghandi pernah berkata kelaparan yang dialamu oleh rakyat bukanlah ketiadaan makanan namun adanya keterbatasan akses terhadap makanan tersebut. lalu apakah ini tidak memiliki sebab? negara? oknum? atau ada sebuah skema transnasional untuk itu. Soekarno dulu pernah mengutuk Amerika dan sekutunya terhadap bantuan mereka untuk RI. "go to hell with your aid" begitu kurang lebih yang disampaikan oleh soekarno, bapak proklamator. ironis memang negeri yang kaya raya ini namun masih ditemui rakyatnya yang mati kelaparan. tidak usahlah ber

Seorang Nenek dengan Keranjang Jualannya

Minggu kemarin saya berniat ke jogjakarta mengunjungi saudara yang kebetulan berkeluarga dan bekerja di sana. awalnya memang saya tidak tahu menahu tentang keberadaan mereka disana. namun melalui jejaring facebook akhirnya saya ketemu deh. padahal sudah hampir lima bulan berada di solo (tetangga dekat jogja), danseringkali juga jalan ke jogja namun tidak tahu bahwa ada keluarga disana. sekali lagi saya mesti berterima kasih kepada jejaring sosial ini. namun dalam tulisan ini tidak untuk membahas itu, namun seorang nenek penjual makanan ringan di stasiun solo balapan. Ada sebuah pembelajaran berharga disini. tapi sebelumnya saya menganalogikannya dalam pertanyaan. ketika kita bertemu seorang ibu pengemis dengan menggendong anaknya di jalan, kemudian menyodorkan tangannya ke kita. apakah hati kecil kita tersentuh dengan itu? saya jujur menyatakan awalnya iya, saya kadang mengutuk pemerintah yang tidak "sempat" memperhatikan mereka.tapi hari itu, bertemu dengan seorang nen

Mendadak :)

Beberapa hari yang lalu saya ditelepon teman, yayu namanya. seperti nama cewek bukan tapi Insya Allah dia laki-laki tulen kok hahaha (sorry bro, bercanda!). iya teman yang satu ini, sudah selayaknya saudara buat saya. kami punya sesuatu (pikiran) yang sama, yang sering dia bilang adalah kegilaan. kami sama-sama tergabung di Bengkel Pendidikan dan Seni (Bengkel Pedas). dalam teleponnya saya dimintanya membuat pamflet buat perekrutan anggota baru Bengkel Pedas. padahal dia tahu saya tidak lebih pintar dalam buat-membuat seperti itu. namun begitulah dia dengan gaya "pemaksaan" dan penuh dengan "memelas"nya meminta itu. padahal saya tidak sedang berada di baubau. namun bukan yayu kalau merayu tidak dengan segudang kata-kat "pembenarannya" (kayak andre OVJ hehehe).