Langsung ke konten utama

perjalananku berhenti sampai disini

Sudahlah, seperti itu nada pesimisme yang ada dalam benakku kini,
ataupun pengharapan yang ditunjukkan dengan usaha yang tak pernah terusahakan
seandainya ini hanya bisa berpaling kepada suatu titik tumpul yang hanya bisa mengelus kerasnya dinding langit tak berujung
biarlah, itu seakan menjadi slogan yang tengah dianjurkan sang dewa pengatur hati
keterlanjuran yang terjadi akibat sebuah usaha yang abstrak
sebuah asumsi yang mengawang-awang dan terbang tak terhenti oleh lapisan angin keras.

bukankah ini pengakuan atas kekalahan sebelum peperangan dimulai,
seperti itukah yang dianggap sebuah kejantanan atau patriotisme berbalut pakaian lusuh sang pecundang?
begitulah kini, pembenaran yang tak pernah mengalami sebuah kebenaran
yang kemudian malah dalam perjalananya mendapat sayatan perjalanan indahmu bersamanya.
memang kutakpernah menawarkan sebuah keindahan taman surga untukmu
ataupun pencapaian materialisme duniawi dan sanjungan status sosial di sekelilingmu
hanya saja ini akan berbeda dalam niatan dan proses yang terjadi nantinya, semoga!

sang galileo rela mengorbankan idealismenya atas ketakutannya terhadap otoritas yang ada,
lalu kenapa denganku yang hanya bisa seperti itu kurang lebih
kalah atas otoritas yang tidak pernah kutanyakan sendiri kepadamu
memang kutakbisa menawarkan diri dalam kelembutan seorang kekasih,
kebersamaan sebagai seorang teman, ataupun kesetiaan seorang sahabat
terhadap dirimu yang terus tersembunyi dalam topeng yang kau nistakan sendiri
atau kamu sudah mulai mengambil kacamata orang lain untuk membicarakan yang lain pula.

entahlah, sudah seharusnya mungkin keinginan dari ketahuanmu tentang diri rapuh ini
BERHENTI SAMPAI DISINI......bukan maksud mengalah atas ketidakmampuan khayal ini menjumpai diri
namun sebagai upaya mengubah arah haluan, biarlah ini berjalan seperti sediakala
ketika kita tak lagi terpagari oleh perasaan yang tak terasakan dinding kegoisan ku terhadapmu.
mungkin ku akan punya jalan lain untuk ini walaupun itu akan memberikan sebuah goresan
ya..sebuah goresan yang akan membuat suatu rangkaian kata yang indah tapi tak terlihat dan manis tapi tak terasa bahkan elok tapi tak teraba...
Perjalananku Berhenti Samapi Disini...
tapi semoga kita dapat bertemu dalam suasana yang lain dan terlepas dari selubung keegoisan hati atas otoritas atau nilai diri yang melampaui diri yang tak lepas dari khilaf ini.
Wassalam.!!!!!

Komentar

Tulisan Populer

Kenangan Kambing

Entahlah kemarin pada saat selesai membaca sebuah novel berjudul Sepatu Dahlan yang ditulis oleh Krishna Pabichara, saya kemudian terkesan dengan semangat yang dimiliki oleh Dahlan dan Teman-temannya. Ada sebuah mozaik yang tertangkap oleh zaman dan akan terus terkenang oleh masa atas sebuah pencapaian mimpi anak manusia dan disertai dengan kerja keras. Banyak hal, banyak nilai yang dicatut dalam novel tersebut salah satu kata yang paling saya senangi dalam novel ini adalah “orang miskin cukup menjalani hidup dengan apa adanya”. Novel yang diangkat dari biografi hidup Dahlan Iskan (Menteri BUMN saat ini), walaupun begitu tetaplah cerita yang ditulisnya adalah sebuah fiksi yang ditambahkan bumbu tulisan disana-sini agar menarik tapi tetap memiliki keinginan kuat untuk menggambarkan kehidupan Dahlan Iskan, yang saat ini menjadi salah satu tokoh yang banyak menjadi inspirasi. Namun ada satu aktivitas Dahlan dalam cerita ini yang langsung memberi sebuah kenangan flashback bagi saya, ...

Catatan Cucu Nonton Debat

Selain banyak hal yang coba diterka secara tajam oleh netizen. Tak begitu banyak gesture, gimmick hingga konten debat yang bisa saya analisa seperti lihainya pada netizen sekalian. Hanya saja, ada hal menarik yang saya sangat suka dengan situasi semalam. Bikin adem dan suasanya yang semula panas menjadi begitu menyejukkan, hingga akhirnya ditutup dengan lagu dari si Bintang RRI itu.

MAS LAUDE

Hari itu habis hujan, masih sedikit gerimis. Jalan masih begitu basah, kelokan jalan poros baubau-pasarwajo saat itu cukup licin. Saya berhati-hati memacu motor, untuk pulang dari mengajar di pasarwajo menuju Baubau. Pelan berjalan, saya melihat motor yang begitu familiar. Merah hitam, khas motor punya mas laude (panggilan saya pada Mustama Tamar Goqill). Tidak jauh, tepat di warung-warung tepi jalan, ia muncul sambil tersenyum.