Langsung ke konten utama

Satu Jari

Salah seorang teman mengajarkan saya tentang makna terbatasnya diri. Kita mungkin mengira bisa melakukan, membuat, dan menyelesaikan pekerjaan kita sendirian. Ini tentu ada benarnya, namun tidak selamanya dapat seperti itu.

Kita merasa bisa mengangkat pensil sendiri, bukan? tapi coba lakukan dengan hanya menggunakan satu jari saja. Tidak!. Kita akan tetap membutuhkan jari lainnya untuk bisa melakukan itu.

Kita diciptakan oleh Allah bersamaan dengan orang lain, bukan karena alasan memperbanyak jumlah. Namun ada hukum yang ingin diajarkan kepada kita tentang saling membutuhkan. Kita membutuhkan orang lain, begitu juga orang lain membutuhkan kita atau orang lainnya. Untuk melengkapi, untuk saling membantu.

Begitupun memahami suatu peristiwa,kita bisa menilai apa yang terjadi terhadap orang lain, namun untuk menilai diri sendiri tentu kita butuh orang lain.

Dengan itu, saya mengingat sepotong ayat yang menyatakan bahwa Manusia diciptakan untuk saling mengenal. Padanan saling mengenal memiliki makna, saling memahami, saling melengkapi, saling mengisi, saling membantu.

#menenggakhikmah

Komentar

Tulisan Populer

JANGAN MENGUTUK SEPI DI TENGAH KERAMAIAN

Merasa sepi adalah bagian dari esensi kepemilikan rasa oleh manusia, namun terkadang perasaan sepi menjadi bagian penghalang terhadap sesuatu yang lebih produktif. Perasaan sepi setidaknya pernah dirasa oleh setiap manusia. Berbagai macam alasan bisa muncul dari adanya perasaan sepi ini, mulai dari sesuatu yang termiliki hingga sesuatu yang menyangkut posisi keberadaan makhluk. Namun perasaan sepi dimaksud disini adalah perasaan sepi yang lain, bukan karena kesendirian disuatu tempat, tapi lebih menyangkut sesuatu yang termiliki dalam rasa (baca: hati).

Nyanyian Bocah Tepi Pantai

Gambar disini Diantara bagian pulau yang menjorok kelaut, terselip sebuah kehidupan manusia sederhana. Bocah-bocah manusia yang menggambar masa depannya melalui langkah-langkah diatas pasir, mempelajari kehidupan dari nyanyian angin laut, dan menulisakan kisah melalui deburan ombak yang mengajari menggaris tepi daratan dengan buihnya. Hari-harinya dilakukan dilaut, berkomunikasi dengan laut sekitar. Setiap hal diberikan oleh laut, kecuali sesuatu yang selalu dinantikan mereka, sesuatu yang selalu dinanti anak manusia dalam hidup, dan menjadi kehidupan bagi generasinya mendatang, yakni sesuatu yang berwujud kesempatan. Kesempatan yang disebut kasih sayang Ina’ [1] mereka.