Langsung ke konten utama

Waktu dan Kesempatan

Seperti apa kita memahami antara waktu dan kesempatan? Apakah ia padanan kata yang memiliki arti tak jauh berbeda? Atau bagaimana kita memanfaatkan waktu dan mencipta kesempatan?

Saya selalu suka meresapi tulisan-tulisan dari orang-orang hebat, yang menulis bukan sekedar melepas kata namun juga ingin menyampaikan pesan. Mereka menulis serupa melekat-lekatkan inspirasi dalam susunan kata yang disusuannya. Nah, dari pengalaman itu saya menemu pemaknaan dari kata waktu dan kesempatan.

Ilustrasi sederhannya begini, kita mengambil contoh pada mereka yang hari ini melakukan sesuatu melampaui dirinya. Entah itu melalui komunitas atau kegiatan-kegiatan diluar pokok kegiatan hariannya (pekerjaanya) untuk melakukan sesuatu buat orang lain. Lalu bandingkan dengan mereka yang "tak sempat" oleh karena sibuk bekerja.

Tidak jarang memang kita menyaksikan, mereka yang memiliki waktu lebih dari pekerjaanya untuk berbagi. Lalu tak jarang pula mereka yang bekerja tak memiliki kesempatan yang lebih untuk berbagi, menjadi sesuatu bagi lingkungannya. Padahal, waktu yang dimiliki oleh semua orang adalah sama 24 jam dalam sehari.

Nah, saya memerhatikan beberapa komunitas dan orang-orang yang bergelut didalamnya. Mereka melakukan sesuatu buat orang lain tanpa menggangu aktivitas utama mereka. Gerakan mereka melampaui dirinya. Saya pun mengikuti beberapa kegiatan komunitas bahkan sesekali bergabung bersama. Hanya untuk mengecap rasa berbagi, menjajaki pengalaman, lalu belajar banyak hal.

Termasuk memahami antara waktu dan kesempatan seperti mereka tengah geluti. Lalu apa itu waktu dan kesempatan? Waktu barangkali adalah satuan masa yang mana sudah tercipta memiliki rasa yang sama bagi siapa saja dimana saja. Berbeda dengan kesempatan, ia serupa masa yang mampu kita ciptakan tanpa mempengaruhi perolehan waktu kita selama sehari.

Kita boleh jadi duduk di taman bersama sahabat pada suatu waktu, namun apakah kita memiliki kesempatan untuk menikmati kebersamaan itu?. Boleh jadi tidak!

Waktu bagi kita mungkin banyak, namun kesempatan belum tentu dimiliki. Bagi saya mereka yang terus melibatkan dirinya dengan keluarganya, sahabat dan orang lain pada bingkai manfaat adalah orang-orang yang mencipta kesempatan.

Jika hari ini kita memiliki waktu bersama keluarga atau untuk berbagi, jadikanlah ia menjadi kesempatan kita. Untuk menjadi, berproses, lalu menebar manfaat. Hingga waktu, tak lagi menjadi belenggu-belenggu harian namun menjadi tapakan-tapakan kesempatan yang kita ciptakan.

#freewriting
#10menitpraktek
#sundayhappy

Komentar

Tulisan Populer

JANGAN MENGUTUK SEPI DI TENGAH KERAMAIAN

Merasa sepi adalah bagian dari esensi kepemilikan rasa oleh manusia, namun terkadang perasaan sepi menjadi bagian penghalang terhadap sesuatu yang lebih produktif. Perasaan sepi setidaknya pernah dirasa oleh setiap manusia. Berbagai macam alasan bisa muncul dari adanya perasaan sepi ini, mulai dari sesuatu yang termiliki hingga sesuatu yang menyangkut posisi keberadaan makhluk. Namun perasaan sepi dimaksud disini adalah perasaan sepi yang lain, bukan karena kesendirian disuatu tempat, tapi lebih menyangkut sesuatu yang termiliki dalam rasa (baca: hati).

Nyanyian Bocah Tepi Pantai

Gambar disini Diantara bagian pulau yang menjorok kelaut, terselip sebuah kehidupan manusia sederhana. Bocah-bocah manusia yang menggambar masa depannya melalui langkah-langkah diatas pasir, mempelajari kehidupan dari nyanyian angin laut, dan menulisakan kisah melalui deburan ombak yang mengajari menggaris tepi daratan dengan buihnya. Hari-harinya dilakukan dilaut, berkomunikasi dengan laut sekitar. Setiap hal diberikan oleh laut, kecuali sesuatu yang selalu dinantikan mereka, sesuatu yang selalu dinanti anak manusia dalam hidup, dan menjadi kehidupan bagi generasinya mendatang, yakni sesuatu yang berwujud kesempatan. Kesempatan yang disebut kasih sayang Ina’ [1] mereka.