Langsung ke konten utama

SURAT SARAT

“Aku hanya ingin seperti ini, aku tidak ingin suatu perasaan yang diberikan oleh Allah SWT terhadap hambaNya ini menjadi rusak dengan ruang-ruang yang orang sering mengatakannya dengan pacaran, tapi terus terang perasaan ini tidak dapat dibenamkan dalam kondisi hidup-hidup seperti ini, terkadang hal itu masih teringiang-ngiang dalam telinga jika nanti aku menjadi orang yang terlambat akan itu,aku di dahului oleh orang lain, atau dia memang tidak menginginkan apa yang kurasakan padanya, ya Allah! aku tidak ingin merusak kesucian perasaan hamba yang Engkau anugerahkan kepada hamba pada sosok ciptaanMu yang ini”

Komentar

Tulisan Populer

JANGAN MENGUTUK SEPI DI TENGAH KERAMAIAN

Merasa sepi adalah bagian dari esensi kepemilikan rasa oleh manusia, namun terkadang perasaan sepi menjadi bagian penghalang terhadap sesuatu yang lebih produktif. Perasaan sepi setidaknya pernah dirasa oleh setiap manusia. Berbagai macam alasan bisa muncul dari adanya perasaan sepi ini, mulai dari sesuatu yang termiliki hingga sesuatu yang menyangkut posisi keberadaan makhluk. Namun perasaan sepi dimaksud disini adalah perasaan sepi yang lain, bukan karena kesendirian disuatu tempat, tapi lebih menyangkut sesuatu yang termiliki dalam rasa (baca: hati).

Nyanyian Bocah Tepi Pantai

Gambar disini Diantara bagian pulau yang menjorok kelaut, terselip sebuah kehidupan manusia sederhana. Bocah-bocah manusia yang menggambar masa depannya melalui langkah-langkah diatas pasir, mempelajari kehidupan dari nyanyian angin laut, dan menulisakan kisah melalui deburan ombak yang mengajari menggaris tepi daratan dengan buihnya. Hari-harinya dilakukan dilaut, berkomunikasi dengan laut sekitar. Setiap hal diberikan oleh laut, kecuali sesuatu yang selalu dinantikan mereka, sesuatu yang selalu dinanti anak manusia dalam hidup, dan menjadi kehidupan bagi generasinya mendatang, yakni sesuatu yang berwujud kesempatan. Kesempatan yang disebut kasih sayang Ina’ [1] mereka.