Langsung ke konten utama

Ujian Tesis


Tertanggal 23 Juli 2014, setelah melalui rangkaian pembimbingan, seminar proposal, penelitian, pembimbingan lagi, seminar hasil, lalu pembimbingan lagi dan akhirnya menjalani ujian tesis. Namun ujian ini tidak seperti ketika menuliskannya, beberapa kali merubah jadwal dan mencocokkan jadwal dengan dosen pembimbing dan penguji adalah hal yang harus dilewati untuk menuju saat-saat ujian.

Tapi, secara umum proses perjalanan hingga titik ini memiliki hikmah tersendiri. banyak pelajaran luar biasa yang bisa diambil sambil terus mengasah titik kesabaran kita sebagai seseorang yang sedang menimba ilmu. Praktis, setelah menjalani Ujian Tesis tentu saya saat ini memiliki amanah yang bertambah. Penambahan Gelar Magister dibelakang nama bukanlah untuk gagah-gagahan bahwa sudah S2 tapi tanggungjawab yang lebih besar dari sebelumnya. Dengan ilmu ini mesti mengajarkan saya banyak hal untuk bisa membaginya dan menuntun diri sendiri untuk bisa lebih bermanfaat bagi orang lain.


Tahapan ini telah dijalani, bukan berarti semua permasalah selesai. Justru sebaliknya, saya tengah memulai suatu awalan untuk sebuah amanah yang lebih dari biasanya. Bukan karena S2 lalu membuat saya pongah dan berbangga diri berlebihan sehingga sombong menjadi padanan kata yang bisa saja disematkan oleh orang lain terhadap saya kapan saja. Jelas bahwa, dengan gelar magister ini Allah Swt tengah menitipkan amanah kepada Hamba-Nya ini, dan merugilah saya jika gelar ini tidak menjadikan saya seseorang yang bisa memberikan manfaat lebih dari biasanya. 

Dengan tingkat pendidikan saat ini, salah satu keinginan besar saya adalah mengangkat derajat kehidupan keluarga kecil saya. Seperti yang selalu saya katakan pada adik saya satu-satunya itu, bahwa :
"barangkali sebagian orang dikenal oleh lingkungannya karena ia adalah anak pejabat ini dan pejabat itu atau memiliki materi atau status sosial yang dimiliki oleh orang tua mereka, namun mari kita membuat jalan sendiri orang-orang akan mengenal orang tua kita dari apa yang kita lakukan anaknya dapat lakukan.
***
orang-orang banyak berkata eh itu si A anak dari bapak Z yang pejabat itu, tapi kita buat beda, orang-orang akan berkata eh itu Ibu B anak dari si D".

Simpel kan!!!

Seperti inilah kita sebagai anak mengabdi buat orang tua, sekalipun semua apa yang pernah dilakukan dan dipersembahkan orang tua kepada kita tidak akan pernah dapat kita balas barang setetes pun. Tapi setidaknya kita dapat pastikan akan selalu ada senyum bahagia melihat prestasi anaknya, dan biar ini menjadi amal jariyah buat keduanya kelak. Dan buat Almarhum bapak, yang belum sempat melihat pencapaian kita saat ini dan nanti bisa menjadi transferan amal buat beliau disana. Aamiin.

Saya mau mengutip kata-kata Iwan Setyawan, Dek!. "Kita tidak dapat memilih masa lalu kita, tapi masa depan kita yang akan tentukan".

Ayoo dek, kita buktikan salah satu janji-Nya....bahwa orang yang berpendidikan akan diangkat derajatnya beberapa derajat.

Ayo senantiasa berpendidikan dalam tingkah laku dan setiap hal kehidupan kita, de!

Komentar

Tulisan Populer

Kenangan Kambing

Entahlah kemarin pada saat selesai membaca sebuah novel berjudul Sepatu Dahlan yang ditulis oleh Krishna Pabichara, saya kemudian terkesan dengan semangat yang dimiliki oleh Dahlan dan Teman-temannya. Ada sebuah mozaik yang tertangkap oleh zaman dan akan terus terkenang oleh masa atas sebuah pencapaian mimpi anak manusia dan disertai dengan kerja keras. Banyak hal, banyak nilai yang dicatut dalam novel tersebut salah satu kata yang paling saya senangi dalam novel ini adalah “orang miskin cukup menjalani hidup dengan apa adanya”. Novel yang diangkat dari biografi hidup Dahlan Iskan (Menteri BUMN saat ini), walaupun begitu tetaplah cerita yang ditulisnya adalah sebuah fiksi yang ditambahkan bumbu tulisan disana-sini agar menarik tapi tetap memiliki keinginan kuat untuk menggambarkan kehidupan Dahlan Iskan, yang saat ini menjadi salah satu tokoh yang banyak menjadi inspirasi. Namun ada satu aktivitas Dahlan dalam cerita ini yang langsung memberi sebuah kenangan flashback bagi saya, ...

Joint International Community and Cultural Program

Selama seminggu yang lalu, 4 sampai 11 Februari 2018 Universitas Muhammadiyah Buton menjejak langkah Internasional. Dengan menyelenggarakan program yang diikui oleh mahasiswa asal tiongkok. Tepatnya Guangxi University For Nationalities yang kini juga tengah menjalani program bahasa indonesia di Universitas Ahmad Dahlan. Sebagai kelas internasional pertama kalinya, ini tantangan bagi Kantor Urusan Internasional UM. Buton dalam melaksanakan program ini. Mulai dari mengenal kampus, belajar bahasa wolio, menyaksikan aktivitas petani rumput laut sampai bagang kerang mutiara, belajar menenun, mengikuti prosesi posuo, mengikuti gelaran kande-kandea sampai mengenal budaya buton serta pariwisatanya. Harapan besar tersemat dalam program ini, menjadi kunci pintu bagi upaya internasionalisasi Universitas Muhammadiyah Buton. Jika hari ini visi UM. Buton adalah Unggul Membangun Prestasi, tentu bukan capaian apa yang sudah diraih, namun bagaimana proses-proses yang tengah menjalin menuju visi terse...

Heyyy....Mau menuliskan apa?

Setiap penulis mungkin pernah mengalami ini, walaupun saya bukan penulis namun saya suka membaca sebuah tulisan. entah untuk kategori ini akan disebut sebagai apa, hanya saja ketika saya mulai menulis pasti sangat dipengaruhi oleh apa yang baru saja saya baca. block writer istilah mudahnya kemandekan dalam menulis, itulah saya kini. saya bisanya (atau ada perjanjian sama diri sendiri untuk menuliskan apa saja tiap minggu) namun akhir-akhir ini sulit untuk menuliskan sesuatu. heyy..lagi-lagi bingung ingin menuliskan apa. Memang kesibukan bukan alasan untuk tidak menulis kan?, toh ketika di sela-sela tugas saya masih bisa menulis sesuatu (itu beberapa bulan lalu) tapi sekarang, entahlah... Menulis? mau menulis apa lagi?