Langsung ke konten utama

Ceracau di Jumat Pagi, Perpustakaan

Entahlah, kenapa tiba-tiba pikiran ini melayang kesebuah gedung di tengah kampus. Memang dari bentuknya, gedung ini bisa ditebak hampir setua dengan umur Universitas, ditambah lagi kesannya yang tidak seperti gedung-gedung baru lainnya di kampus ini. Itulah Perpustakaan pusat Universitas dimana saya sedang menimba ilmu saat ini. 

Memang, tidak ada laporan pasti mengenai koleksi dalam perpustakaan ini, apakah koleksinya sebagian besar baru (terbitan baru) atau malah buku-buku lama yang selalu tersusun rapi dan secara periodik dibersihkan dari debu-debu yang menempel. Di sisi lain, pengunjung perpustakaan ini biasanya hanya karena "perlu" saja datang ke perpustakaan, misalnya meminjam buku. Namun kunjungan perpustakaan belum menjadi kebiasaan dalam mengisi waktu lowong mahasiswa.

Tapi disini saya tidak terlalu memperdulikan hal itu, toh masing-masing orang punya niatan sendiri kenapa datang dan kenapa tidak datang di perpustakaan, dan pendapat saya belum bisa dijadikan justifikasi bahwa perpustakaan itu sepi pengunjung. Saya malah lebih tertarik pada keadaan salah satu rungan di perpustakaan, yakni ruang skripsi, tesis dan disertasi mahasiswa.

Jujur tempat yang paling sepi dan berdebu di perpustakaan adalah ruangan skripsi/tesis mahasiswa. padahal, disinilah diletakkan hasil riset berbulan-bulan dengan rangkaian bimbingan yang lumayan capek bahkan kadang melelahkan, malah ada beberapa orang yang sampai pada titik klimaks pikiran tertentu (untuk tidak dikatakan frustasi). karena alasan itulah para mahasiswa dapat menyandang gelar dan memakai toga di wisudanya nanti, maka disebutlah ia sebagai bagian dari komunitas intelektual.

Namun itulah keadaanya, menulis karya ilmiah dengan waktu dan energi yang terkuras dan hasilnya hanya akan berada di salah satu rak dalam ruangan perpustakaan. tapi, semoga itu tidak menjadi arus surut orang-orang untuk tetap melakukan yang tebaik menulis karya yang terbaik, setidaknya untuk dirinya sendiri.

Padahal jika kita membayangkan di beberapa negara yang kualitas pendidikannya  sudah cukup maju, perpustakaan adalah menjadi ikon dari kampus tersebut. tidak seperti di Indonesia, Perpustakaan belum menjadi kebutuhan pokok selain karena setiap kampus disyaratkan memiliki perpustakaan oleh kementrian pendidikan. potret ini sangat jelas sekali jika kita merunut pada keadaan perpustakaan swasta didaerah, perpustakaan bisa dibilang hanya sekedar ada. setidaknya saya berkomentar seperti ini karena melihat sendiri di daerah saya.

Itulah kondisi perpustakaan saat ini, hanya menjadi tempat dimana buku ditumpuk bukan kemudian dijadikan tempat menumpuknya informasi, yang memanggil mahasiswa untuk dapat memanfaatkan informasi tersebut. bisa dibilang perpustakaan belum menjadi sentrum pembentukan intelektual mahasiswa.

Komentar

Tulisan Populer

Kenangan Kambing

Entahlah kemarin pada saat selesai membaca sebuah novel berjudul Sepatu Dahlan yang ditulis oleh Krishna Pabichara, saya kemudian terkesan dengan semangat yang dimiliki oleh Dahlan dan Teman-temannya. Ada sebuah mozaik yang tertangkap oleh zaman dan akan terus terkenang oleh masa atas sebuah pencapaian mimpi anak manusia dan disertai dengan kerja keras. Banyak hal, banyak nilai yang dicatut dalam novel tersebut salah satu kata yang paling saya senangi dalam novel ini adalah “orang miskin cukup menjalani hidup dengan apa adanya”. Novel yang diangkat dari biografi hidup Dahlan Iskan (Menteri BUMN saat ini), walaupun begitu tetaplah cerita yang ditulisnya adalah sebuah fiksi yang ditambahkan bumbu tulisan disana-sini agar menarik tapi tetap memiliki keinginan kuat untuk menggambarkan kehidupan Dahlan Iskan, yang saat ini menjadi salah satu tokoh yang banyak menjadi inspirasi. Namun ada satu aktivitas Dahlan dalam cerita ini yang langsung memberi sebuah kenangan flashback bagi saya, ...

Catatan Cucu Nonton Debat

Selain banyak hal yang coba diterka secara tajam oleh netizen. Tak begitu banyak gesture, gimmick hingga konten debat yang bisa saya analisa seperti lihainya pada netizen sekalian. Hanya saja, ada hal menarik yang saya sangat suka dengan situasi semalam. Bikin adem dan suasanya yang semula panas menjadi begitu menyejukkan, hingga akhirnya ditutup dengan lagu dari si Bintang RRI itu.

MAS LAUDE

Hari itu habis hujan, masih sedikit gerimis. Jalan masih begitu basah, kelokan jalan poros baubau-pasarwajo saat itu cukup licin. Saya berhati-hati memacu motor, untuk pulang dari mengajar di pasarwajo menuju Baubau. Pelan berjalan, saya melihat motor yang begitu familiar. Merah hitam, khas motor punya mas laude (panggilan saya pada Mustama Tamar Goqill). Tidak jauh, tepat di warung-warung tepi jalan, ia muncul sambil tersenyum.