Langsung ke konten utama

Menemu Harapan

Seringkali saya dibuat jengkel dengan keberadaan baliho para calon anggota legislatif (caleg) pemilu 2014 nanti. bukannya apa, hampir setiap sudut ada pajangan baliho berbagai ukuran bahkan di beberapa dinding, tiang listrik, pagar juga tidak luput dari tempelan stiker caleg. momentumnya memang pas, yakni menjelang pemilu 2014 yang akan dilakukan pada bulan april nanti. 

Namun baliho hingga stiker itu, sangat mengganggu penglihatan kita. sampah visual seakan ikut-ikutan mengganggu kenyamanan kita selain sampah hasil sisa rumah tangga dan industri. disisi lain juga, cara menenpatkan baliho itu juga kayak tidak memiliki estetikanya, asal bisa terpampang dan terlihat orang banyak saja, maka akan ditempel disitu.
Selain itu, disini juga sedang marak pemberitaan miring beberapa caleg ini. mulai dari kasus perjudian, selingkuh, money politic, dan berbagai isue miring lainnya. bahkan selentingan seruan golput banyak di gaungkan di beberapa grup media sosial masyarakat di sini. ini semakin menjengkelkan bukan? jadi wajar saja jamak orang berpikiran seperti itu.

Saya juga heran, dengan modal uang dikota ini kita bisa mendapatkan segalanya. makanya, nilai citra ataupun program yang diangkat oleh para caleg disini juga cuman hanya sebagai pelengkap. karena kita tahu, kalau uang akan lebih menentukan siapa yang menang dan siapa yang kalah. kita tidak bisa terlepas dari ini untuk saat ini, wajar saja siapa yang tidak mau uang.

ditambah lagi pada beberapa perekrutan pegawai, apalagi saat ini dipahami betul tentang penerimaan tenaga honorer. bahkan bukan rahasia lagi kalau mau lulus, jelas kita harus punya bekingan dibelakang orang penting dan sejulah materi (uang) sebagai bentuk sogokan. saya juga sempat ditawari oleh seorang kerabat untuk menjadi pegawai, dengan bayaran puluhan juta. namun pembayaran dibayarkan setelah lulus tes, bukannya ini sama saja?

Tentu kasus ini seakan tidak akan habisnya, proses apapun yang dilewati, titel apapun yang dipunyai akan tetap ditentukan dengan besaran dana sebagai supporting behind the chance. Ketika menuliskan ini, didasarkan pada beberapa bacaan dari komentar warga bahwa pemilu nanti golput saja. tidak ada yang bisa dipercaya lagi akan membawa perubahan, dengan niatan yang baik, dan ikhlas. para caleg saat ini malah ikut-ikutan menjadi mafia di daerahnya, menghisap penghidupan masyarakatnya.

Tapi saya berpikir bahwa, masih ada kok orang-orang yang masih menginginkan kebaikan bersama, orang yang melampaui kemampuannya hanya untuk bisa membantu sesamanya, orang yang masih berpikir bahwa masih ada generasi setelahnya yang akan menuai apa yang dilakukannya hari ini. seperti sejumlah caleg di Kota ini, pemberitaan miring tentang mereka memang banyak, namun masih ada kok yang dengan niatan ikhlas untuk bisa berbuat untuk semuanya.

saya masih yakin, masih ada orang-orang seperti itu. walaupun kemudian hari ini mereka tertutupi dengan kedigdayaan mereka yang punya modal besar namun niatan yang dipertanyakan. mungkin di beberapa caleg kita bisa menemui mereka, hanya saja kita masih saja terbatas memahami itu, atau mereka yang memang tidak mampu memunculkan diri secara masif ke publik.

Insya Allah saya masih percaya, masih banyak mutiara-mutiara perubahan di kota ini. masih ada para penebar benih-benih kebaikan bersama, yang selalu mengusakan sesuatu untuk sekitarnya sekalipun kemudian dia harus bersusah payah. saya yakin, Tuhan tidak pernah menyia-nyiakan apa yang dilakukan hambaNya, bahkan Tuhan tidak pernah menempatkan orang-orang jahat disatu tempat tampa menempatkan mereka yang baik-baik disitu dengan porsi yang sama.

#Ceracau Rabu Siang.

Komentar

Tulisan Populer

Kenangan Kambing

Entahlah kemarin pada saat selesai membaca sebuah novel berjudul Sepatu Dahlan yang ditulis oleh Krishna Pabichara, saya kemudian terkesan dengan semangat yang dimiliki oleh Dahlan dan Teman-temannya. Ada sebuah mozaik yang tertangkap oleh zaman dan akan terus terkenang oleh masa atas sebuah pencapaian mimpi anak manusia dan disertai dengan kerja keras. Banyak hal, banyak nilai yang dicatut dalam novel tersebut salah satu kata yang paling saya senangi dalam novel ini adalah “orang miskin cukup menjalani hidup dengan apa adanya”. Novel yang diangkat dari biografi hidup Dahlan Iskan (Menteri BUMN saat ini), walaupun begitu tetaplah cerita yang ditulisnya adalah sebuah fiksi yang ditambahkan bumbu tulisan disana-sini agar menarik tapi tetap memiliki keinginan kuat untuk menggambarkan kehidupan Dahlan Iskan, yang saat ini menjadi salah satu tokoh yang banyak menjadi inspirasi. Namun ada satu aktivitas Dahlan dalam cerita ini yang langsung memberi sebuah kenangan flashback bagi saya, ...

Joint International Community and Cultural Program

Selama seminggu yang lalu, 4 sampai 11 Februari 2018 Universitas Muhammadiyah Buton menjejak langkah Internasional. Dengan menyelenggarakan program yang diikui oleh mahasiswa asal tiongkok. Tepatnya Guangxi University For Nationalities yang kini juga tengah menjalani program bahasa indonesia di Universitas Ahmad Dahlan. Sebagai kelas internasional pertama kalinya, ini tantangan bagi Kantor Urusan Internasional UM. Buton dalam melaksanakan program ini. Mulai dari mengenal kampus, belajar bahasa wolio, menyaksikan aktivitas petani rumput laut sampai bagang kerang mutiara, belajar menenun, mengikuti prosesi posuo, mengikuti gelaran kande-kandea sampai mengenal budaya buton serta pariwisatanya. Harapan besar tersemat dalam program ini, menjadi kunci pintu bagi upaya internasionalisasi Universitas Muhammadiyah Buton. Jika hari ini visi UM. Buton adalah Unggul Membangun Prestasi, tentu bukan capaian apa yang sudah diraih, namun bagaimana proses-proses yang tengah menjalin menuju visi terse...

Heyyy....Mau menuliskan apa?

Setiap penulis mungkin pernah mengalami ini, walaupun saya bukan penulis namun saya suka membaca sebuah tulisan. entah untuk kategori ini akan disebut sebagai apa, hanya saja ketika saya mulai menulis pasti sangat dipengaruhi oleh apa yang baru saja saya baca. block writer istilah mudahnya kemandekan dalam menulis, itulah saya kini. saya bisanya (atau ada perjanjian sama diri sendiri untuk menuliskan apa saja tiap minggu) namun akhir-akhir ini sulit untuk menuliskan sesuatu. heyy..lagi-lagi bingung ingin menuliskan apa. Memang kesibukan bukan alasan untuk tidak menulis kan?, toh ketika di sela-sela tugas saya masih bisa menulis sesuatu (itu beberapa bulan lalu) tapi sekarang, entahlah... Menulis? mau menulis apa lagi?