Mendengar berita
baik itu mungkin cukup mengagetkan, bagaimana tidak imaji ini selalu tidak
lepas untuk bisa bersua secara faktual. Membincang segala hal yang masih
diperselisihkan, membahas segala hal yang mungkin dilakukan, atau bahkan saling
bertukar pengalaman dan pemahaman terhadap sesuatu yang hingga saat ini menjadi
alasan tidak komunikasi.
Komunikasi
bagiku, bukan sekedar titip salam kemudian balas salam, tanya kabar kemudian
balas kabar baik, tanya sesuatu terus dibalas sesuatu. Semuanya berjalan hanya
sekedar menjawab, bahwa pemahaman kita yang penting menjawab adalah bagian dari
sebuah komunikasi yang kita bangun, bukan.
Komunikasi
bagiku, bukan sekedar menitip pesan menggunakan sesuatu. Kemudian pembicaraan
menjadi canggung setelahnya. Bukan karena tidak ada yang mau dibicarakan, cuman
ada hal-hal yang menjadikan mulut dan lidah ini takut berkata salah, kemudian
menimbulkan kekecewaan. Saling berbicara walau dengan canggung, bagiku sudah
lebih dari cukup. Karena yang terdengar adalah suaramu, hanya suaramu.
Komunikasi
bagiku, mungkin sedikit rumit bagi sebagian orang. Karena melalui komunikasi
kita menanam makna, membingkai kasih dengan berbagai bentuknya. Dengan
komunikasi bukan saja informasi dari masing-masing saling dipertukarkan, namun
ada ikatan yang belum dimengerti bersama, karena semuanya masih seperti semula
belum terikat belum terijab.
Namun, mendengar
berita baikkmu menjadikanku bersyukur disatu sisi dan berkeluh disisi lain.
Bagaimana mungkin kemudian imaji tentang diri yang berdiri disitu, namun
realita melihat orang lain disitu. Berkeluh kesah pasti ada, sekalipun itu
ditutupi oleh kata-kata yang disusun menjadi indah. Tapi, kita tidak pernah
tahu rekayas Tuhan terhadap hambaNya kan? itu yang saling dipahami dahulu,
bukan.
Saat itu
terjadi, terjadilah!. Langkah ini akan tetap datang, tangan ini akan tetap
menengadah merapal doa kebaikan, wajah akan senantiasa menerbitkan pesan ikut
berbahagia, karena memang hidup mesti akan berlanjut, kan?
#Ceracau
Jumat/28.02.2014
Komentar