Langsung ke konten utama

Entah

Entahlah...melihat situasi kampanye capres sampai saat ini, semakin menguatkan asumsi saya kalau bangsa ini masih tetap seperti sekarang atau bahkan lebih buruk lagi nanti. Bagaimana tidak tiap hari hanya berita negatif yang saling menuding menjadi santapan kita di tv, radio atau media sosial. Entahlah...
Tapi setidaknya ini tidak boleh membuat saya atau kamu iyaaa....kamu semakin terpuruk pada pesimisme, karena sebenarya kita punya andil juga. Bagaimana?
Sudahlah, lepaskanlah polemik siapa capres baik dan buruk biarkan mereka. Jikalau akhirny bangsa ini tetap kayak begini2 saja oleh kepemimpinan mereka ..biarkan saja.
Saya atau kalau kamu iyaaaa....kamu mau ikut, mari luruskan niat sederhana ini : jangan tenang saja melihat tetangga kita kelaparan, jangan abai melihat mereka yang sempit di saat kita lowong, jangan lalai melihat orang yang tidak tahu disaat kita tahu. Intinya jadilah manfaat bagi sekitar kita itu minimal.
Mengurusi kampanye capres apalagi meramalkan masa depan dengan hujatan bagi mereka yg lain itu terlalu berat.

Kamu....iyaaaa kamuuu...mau ikut saya? Kita lakukan sama2..

Komentar

Tulisan Populer

Katange dan Ekspresi Cinta Ala Orang Buton

Jika anda orang buton, tentu tak asing dengan istilah katange. Sedikit memberi penjelasan, bahwa katange itu sebutan untuk bingkisan makanan yang dibawa pulang oleh tamu setelah menghadiri hajatan. Nah, dalam beberapa hajatan masyarakat buton, biasanya katange ini menjadi aturan wajib bagi tamu untuk dibawa pulang. Pernah tinggal dan berinteraksi dengan orang jawa, selama beberapa tahun di solo untuk berkuliah. Saya pun mendapati hal seperti ini, hadiri tahlilan pulang-pulang di beri sekantong roti. Ini berkah bagi anak kost. Setidaknya kopi manis jomblo dipagi hari kita, kini gak jomblo lagi dengan kehadiran roti dari tahlilan. Entah namanya apa?, tapi di buton itu disebut katange. Saya paling suka bagian ini. Dahulu, ketika bapak atau kakek atau siapapun itu, selepas pulang dari hajatan (orang buton menyebutnya haroa) pasti menentenga tas plastik berisi macam-macam penganan khas orang buton. Sasaran incar saya, kalau bukan onde-onde yaaa....pisang goreng tanpa tepung, atau disebut

JANGAN MENGUTUK SEPI DI TENGAH KERAMAIAN

Merasa sepi adalah bagian dari esensi kepemilikan rasa oleh manusia, namun terkadang perasaan sepi menjadi bagian penghalang terhadap sesuatu yang lebih produktif. Perasaan sepi setidaknya pernah dirasa oleh setiap manusia. Berbagai macam alasan bisa muncul dari adanya perasaan sepi ini, mulai dari sesuatu yang termiliki hingga sesuatu yang menyangkut posisi keberadaan makhluk. Namun perasaan sepi dimaksud disini adalah perasaan sepi yang lain, bukan karena kesendirian disuatu tempat, tapi lebih menyangkut sesuatu yang termiliki dalam rasa (baca: hati).

Nyanyian Bocah Tepi Pantai

Gambar disini Diantara bagian pulau yang menjorok kelaut, terselip sebuah kehidupan manusia sederhana. Bocah-bocah manusia yang menggambar masa depannya melalui langkah-langkah diatas pasir, mempelajari kehidupan dari nyanyian angin laut, dan menulisakan kisah melalui deburan ombak yang mengajari menggaris tepi daratan dengan buihnya. Hari-harinya dilakukan dilaut, berkomunikasi dengan laut sekitar. Setiap hal diberikan oleh laut, kecuali sesuatu yang selalu dinantikan mereka, sesuatu yang selalu dinanti anak manusia dalam hidup, dan menjadi kehidupan bagi generasinya mendatang, yakni sesuatu yang berwujud kesempatan. Kesempatan yang disebut kasih sayang Ina’ [1] mereka.