Setiap
orang menurutku pernah merasakan galau mungkin, namun bukan galau seperti yang
jamak kita ketahui, galau yang menyangkut percintaan. Namun, ini mungkin galau
tentang masa depan kita yang saat ini masih sulit diprediksi bahkan untuk di
khayalkan. Galau memang sesuatu yang bisa jadi baik namun bisa berefek jelek
juga.
Galau
seperti ini memang patut mendapat manajemen yang baik, jika kemudian waktu
dihabiskan hanya untuk memikirkan apa yang akan terjadi di depan, akan tetapi
kita lupa untuk melakukan sesuatu pada hari ini. otomatis, perhatian kita hanya
pada kegalauan tersebut sehingga yang ada dipikiran adalah mengandai-andai.
Berbeda jika kemudian galau yang kita rasakan itu diarahkan ke tindakan yang
lebih positif.
Kondisi
inilah yang saya sedang merasakannya, getaran galau yang mulai menjadi
khayalan-khayalan diwaktu kosong saya. Untungnya tidak ada setan yang khilaf
dan bertabrakan dengan khayalan saya dan jadilah kita serupa orang gila bahkan
bisa jadi kesurupan.
Seorang
teman pernah bertanya, apakah memang sindrome menuju umur 26 tahun itu dialami
semua orang?, sindrome yang mungkin bisa kita sebut kegalauan atas yang akan
kita lakukan nanti di masa depan. Akan tetapi, kondisi itu sebenarnya lebih
pada kekhawatiran pada usia dan apa yang sudah dilakukan itu belum maksimal
dengan keadaan usia kita. Tapi ini menurut saya baik sih, karena ada sebagian
orang yang melewatkan begitu saja usianya tanpa memikirkan usianya sudah
mencapai berapa, orang seperti itu tentu tidak mungkin ditanya apa yang sudah
dilakukannya, bukan?.
Memang,
galau itu bisa muncul kepada siapa saja. Memikirkan masa lalu yang seakan terlewat dengan cepatnya, tanpa menyisakan
sesuatu yang bisa dirasakan saat ini. kalau Mario Teguh bilang bahwa masa lalu
itu akan tercipta setiap hari, karena hari ini akan menjadi masa lalu dari
besok. Jadi, ketika kita ingin memperbaiki masa lalu maka jadilah baik dan
berbuat terbaiklah untuk hari ini sehingga besok akan kita tahu bahwa masa lalu
kita itu baik.
Disamping
itu juga, perasaan syukur pada apapun yang kita miliki saat ini menjadi point
penting juga. Memahami kegalauan sebagai bagian yang tidak bisa terlepaskan
dari seorang manusia, kegalauan disini menyangkut pilihan yang akan dilakukan
di masa yang akan datang. Memang akan semakin menyesakkan pikiran kita jika
kemudian hanya disikapi sebagai sebuah ketakutan, bahkan momok buat kita di
masa depan.
Untuk
itu saat ini saya berusaha memahami kegalauan ini dengan banyak bersyukur, dan
bertobat biar diberi petunjuk. Selain itu mungkin ada beberapa hal yang mesti
saya lakukan, menghabiskan waktu dengan sesuatu atau usaha yang lebih baik.
Setidaknya saat ini saya bisa melakukan apapun itu asal baik, dan tidak hanya
duduk dan berpikir dan terus berpikir saja atas apa yang akan dilakukan nanti.
Just
do it!, mungkin ini menjadi kata yang akan dicatat hari ini. pokonya melakukan
dulu, persoalan apa yang akan terjadi nantinya itu persoalan nanti. Yang jalas
tida ada yang akan sia-sia dengan apa yang dilakukan hari ini, karena semuanya
akan dinilai juga pada masa akan datang bukan?, untuk itu melakukan sesuatu
dengan maksimal dan baik adalah prasyarat utama yang akan saya lakukan.
Kalau
Dahlan Iskan, bapak menteri BUMN itu mengatakan dalam hidup pasti ada yang
namanya gagal dan berhasil, maka selagi muda jadi habiskanlah jatah kegagalanmu
dengan terus mencoba sehingga tidak tersisa lagi kegagalan di masa akan datang.
Sebaiknya memang getaran kegalauan ini diarahkan kepada sesuatu yang lebih
baik, makanya ketika getaran galai itu saya rasakan tadi, sehingga menjadi
tulisan ini.
Memang
merealisasikan kata-kata itu cukup sulit apalagi menyangkut persoalan akan
datang, tiap-tiap orang pasti punya penilaian yang berlainan untuk itu, maka
terkadang mendapat cibiran akan mengiringi proses tersebut. namun yakini saja
bahwa, apa yang masih bisa dipikirkan maka pasti bisa diwujudkan. Semoga Allah
Swt menyertai kita semua yaa....
Baubau,
15 Desember 2013.
Andy
A M W
Komentar