Disaat hiruk pikuk perkotaan yang kian individualis, wilayah privasi menjadi begitu digdaya. Kita lalu, mulai sulit melihat ciri manusia sebagai makhluk sosial. Begitupun dengan kebersamaan, kesukarelaan dan kekompakkan dalam melakukan sesuatu. Ruang-ruang social kita hanya dapat mewujud dalam media social, tak lebih. Selasa siang (14/11/2017) mendapat undangan dari salah seorang mahasiswa saya, desa kaongke-ongkea, salah satu desa di Kabupaten Buton. Undangan tersebut dalam rangka pingintan anaknya sekaligus acara syukuran pindahan rumah. Diawal, dalam pikiran saya, acara ini tidak begitu besar hanya sekedarnya, mungkin duduk dirumah lalu menyantap beberapa makanan tradisional khas sana. Namun ternyata saya salah mengira, ketika sampai di lokasi. Nampak ramai, bapak-bapak sibuk membongkar panggung tempat acara, lalu para ibu-ibunya ada yang sibuk mencuci piring, merapikan dandang bekas masak, menyapu sekitar, hingga mulai memilah dan memilih piring dan gelas milik mereka yang sudah...