Langsung ke konten utama

Vonis Ahok dan Muhasabah Muslim


Menanggapi vonis terhadap Ahok, sejatinya menjadi muhasabah bagi kita muslim, bukan menjadi bahan untuk mencela. 

Toh, kemenangan sesungguhnya seorang muslim adalah saat kuatnya ia melawan dorongan hawa nafsunya. Seperti halnya, apa yang diputus oleh pengadilan hari ini, ahok dipenjara 2 tahun.
Sebagai muslim yang baik, tak perlu merayakan secara berlebih vonis ahok. Misalnya, menyebar meme bertuliskan ini itu yang cenderung nyiyir boleh jadi (maaf) mencela, bahkan sampai buat syukuran dengan niat riya'.

Mesti dilakukan adalah, muhasabah diri sebagai muslim yang baik. Perbaiki perilaku kita sebagai muslim, tunjukkan agungnya nilai islam dari cara kita memperlakukan orang lain, cemerlangkan cahaya ajaran al quran dan hadis pada tindak tutur kata sopan kita.

Agar, tak ada lagi yang berani menista agama islam apalagi terpeleset lidahnya untuk merendahkan islam. Islam itu rahmatan lil alamin, sebagai muslim kita menjadi agen pembawa rahmatan lil alamin itu.

Wallahualam

Komentar

Tulisan Populer

JANGAN MENGUTUK SEPI DI TENGAH KERAMAIAN

Merasa sepi adalah bagian dari esensi kepemilikan rasa oleh manusia, namun terkadang perasaan sepi menjadi bagian penghalang terhadap sesuatu yang lebih produktif. Perasaan sepi setidaknya pernah dirasa oleh setiap manusia. Berbagai macam alasan bisa muncul dari adanya perasaan sepi ini, mulai dari sesuatu yang termiliki hingga sesuatu yang menyangkut posisi keberadaan makhluk. Namun perasaan sepi dimaksud disini adalah perasaan sepi yang lain, bukan karena kesendirian disuatu tempat, tapi lebih menyangkut sesuatu yang termiliki dalam rasa (baca: hati).

Nyanyian Bocah Tepi Pantai

Gambar disini Diantara bagian pulau yang menjorok kelaut, terselip sebuah kehidupan manusia sederhana. Bocah-bocah manusia yang menggambar masa depannya melalui langkah-langkah diatas pasir, mempelajari kehidupan dari nyanyian angin laut, dan menulisakan kisah melalui deburan ombak yang mengajari menggaris tepi daratan dengan buihnya. Hari-harinya dilakukan dilaut, berkomunikasi dengan laut sekitar. Setiap hal diberikan oleh laut, kecuali sesuatu yang selalu dinantikan mereka, sesuatu yang selalu dinanti anak manusia dalam hidup, dan menjadi kehidupan bagi generasinya mendatang, yakni sesuatu yang berwujud kesempatan. Kesempatan yang disebut kasih sayang Ina’ [1] mereka.