Langsung ke konten utama

Balada Buku Best Se(e)ller

New York Times menulis, buku yang bagus itu adalah buku yang bisa menghantui pembaca jauh sesudah buku itu ditutup. Apa pasal? Buku itu memiliki nilai, yang terus jadi kenangan.

Bagaimana dengan buku best se(e)ller yang dimaksud tulisan ini? Ialah, buku yang bahkan sudah menghantui "pembacanya" jauh sebelum buku itu dibaca, singkatnya dipegang saja belum. Sampai-sampai, dibuatkan meme bahwa buku ini adalah buku yang dirindukan. Dahsyat, sudah menghantui malah dirindukan pula.

Mana ada coba, hantu yang bikin rindu?

Oke, buku ini terbilang mudah didapat kok. Kata orang, tinggal penuhi syaratnya dan dibantu dengan sejumlah pergerakan berarti. Mendapatkan buku ini memang perlu bayar tapi tak mahal kok, begitupun men"sah"kannya itu *gratis* jika dilakukan di KUA. Begitu informasi terakhir yang saya dapati.

Saya termotivasi ingin memiliki buku ini, saya pun mensearch syarat mendapatkannya, dan kira-kira apa nama agen penjualnya dan jika dikuar kota, jasa pengiriman apa digunakan. Untuk harga tak ada masalah, sebagai buku best se(e)ller seperti ini itu bukan soal, wajarlah. Ketika tahu syaratnya, saya gaget...eh kaget. Wajar buku ini jika dibilang, begitu menghantui.

Kenapa begitu menghantuinya buku ini?, syarat dan ketentuan tetap berlaku mas dan mbak bro. Ada dua syarat utama yang wajib, dan lainnya syarat pendukung pun itu sunah. Pertama; ada rekomendasi dan restu dua orang tua, ini mudah (saya membatin).

Kedua, buku harus dibeli sepaket dalam artian berpasangan, ini mudah tidak masalah. Tapiiii...begitu juga dengan kita sebagai pembeli, harus berpasangan. Sampai disini, senyap-sepi-angin berhembus-krikk-krikk...krikkk...

Oke, tunggu dulu. Saya menoleh kekanan-kekiri-atas-bawah.....

Pasangan....mana pasangan....

To be continued...

Komentar

Tulisan Populer

Kenangan Kambing

Entahlah kemarin pada saat selesai membaca sebuah novel berjudul Sepatu Dahlan yang ditulis oleh Krishna Pabichara, saya kemudian terkesan dengan semangat yang dimiliki oleh Dahlan dan Teman-temannya. Ada sebuah mozaik yang tertangkap oleh zaman dan akan terus terkenang oleh masa atas sebuah pencapaian mimpi anak manusia dan disertai dengan kerja keras. Banyak hal, banyak nilai yang dicatut dalam novel tersebut salah satu kata yang paling saya senangi dalam novel ini adalah “orang miskin cukup menjalani hidup dengan apa adanya”. Novel yang diangkat dari biografi hidup Dahlan Iskan (Menteri BUMN saat ini), walaupun begitu tetaplah cerita yang ditulisnya adalah sebuah fiksi yang ditambahkan bumbu tulisan disana-sini agar menarik tapi tetap memiliki keinginan kuat untuk menggambarkan kehidupan Dahlan Iskan, yang saat ini menjadi salah satu tokoh yang banyak menjadi inspirasi. Namun ada satu aktivitas Dahlan dalam cerita ini yang langsung memberi sebuah kenangan flashback bagi saya, ...

TANGKANAPO’: MENJADI GENERASI MILENIAL KOTA BAUBAU

Jika Dilan bilang rindu itu berat, justru menentukan pilihan politiklah yang berat. Gejala ini terdapat pada mereka generasi milenial, informasi begitu deras diperoleh namun tak begitu cukup memberi kesimpulan bagi generasi ini untuk menentukan pilihan politiknya kelak. Partisipasi dan rasionalitas terhadap lingkungan mereka cukup besar, akan tetapi menjadi apatis terhadap struktur bernegara juga begitu menghantui. **

Perempuan Yang Menolak Kalah

Lokasi Foto: Pelabuhan Feri Mawasangka, Buton Tengah Seringkali orang-orang hebat itu, bukan berasal dari kilaunya lampu kamera, ramainya kemunculannya pada televisi atau riuhnya sorak sorai orang-orang saat ia muncul. Tapi, kadang kala orang-orang hebat itu berada di tempat yang sunyi, jarang dilewati kebanyakan orang bahkan pada tempat yang seringkali tidak sadari. Mereka terus bergerak, memberi nilai, merubah keadaan dan mencipta keajaiban kecil bagi lingkungannya. Pada beberapa bulan lalu saya berkunjung ke panti asuhan yang sekaligus pesantren Al Ikhlas, Kaisabu. Seperti biasa, turun dari kendaraan saya bertanya pada salah seorang anak disitu. Ustad mana? Ia jawab, di dalam ada ummi. Lalu saya masuk, bertemu ummi. Pertanyaan pertama setelah mengenalkan diri, saya tanya "ummi, ustad mana?". Beliau terpaku sebentar, lalu tersenyum kemudian menjawab "ustad sudah tidak ada". Ada titik bening disudut mata beliau. Saya kembali bertanya,"maksudnya ummi?". ...