Langsung ke konten utama

Cinta dan Budaya

Candra Malik dalam Republik Ken Arok menulis cinta itu seperti api, mampu membakar dan merusak. Padahal, cinta selayaknya menuntaskan kegelapan dan menghangatkan. Bagi saya, cinta itu mendamaikan. Yaa...,mendamaikan apa saja.

Kemarin saya menonton satu lagi film anak makassar, SILARIANG dalam pengertiannya kawin lari. Menariknya, film ini mencoba memperkenalkan budaya bugis makassar kepada orang banyak, tapi dengan caranya yang elegan. Begitu pemahaman saya dengan film produksi art2tonic ini.

Saya tidak begitu bisa menjelaskan banyak hal tentang budaya bugis makassar, apalagi tentang silariang. Hanya saja, dari film ini saya memahami bahwa cinta dan budaya bukanlah sesuatu yang kadang-kadang kita temui itu saling bertentangan.

Seperti halnya, silariang ini. Karena orang tua tak merestui dua sejoli yang saling mencinta, maka silariang menjadi pilihan. Masih ingat dengan film sebelumnya? Uang panai. Seringkali memang, cinta dibenturkan dengan syarat budaya, dan tidak jarang beberapa terhambat cintanya oleh ini.

Tapi, film ini mengajarkan sisi budaya yang lain. Bahwa, budaya dan cinta justru berada satu pelaminan dan saling bergandeng, berdampingan. Sudah semestinya, persepsi ini dibangun bahwa budaya itu bentuk abstrak dari cinta dan cinta adalah perlakuan bagi budaya. Budayakan cinta, dan cinta akan budaya.

Kepada kalian, tontonlah film ini kalau mau ajak saya juga boleh, saya senang ditraktir kalian kok. Meski dalam cerita kita akan dsuguhkan, konteks "keras"nya orang bugis makassar terhadap harga dirinya (siri'), namun diatas cinta, sanksi budaya masih memiliki pilihan.

Karena cinta menghadirkan budaya pada sisi kemanusiaan kita. Sebagai catatan, ini tidak bermaksud memberi dukungan pada perilaku SILARIANG, karena pesan akhir film cinta yang berkah adalah cinta dengan restu orang tua. Setuju kan?.

Soal uang panai atau boka dalam istilah orang buton, jangan juga jadi motivasi untuk berlaku seperti di film yaa. Kan masih bisa kredit, apalagi dengan kedatangan raja salman saat ini, bisa jadi kan ada kredit tanpa bunga. Bagi mereka yang tengah berbunga-bunga.

Uhuukkkk...
Selamat Menonton, kabari jika mau mentraktir saya.

Komentar

Tulisan Populer

Kenangan Kambing

Entahlah kemarin pada saat selesai membaca sebuah novel berjudul Sepatu Dahlan yang ditulis oleh Krishna Pabichara, saya kemudian terkesan dengan semangat yang dimiliki oleh Dahlan dan Teman-temannya. Ada sebuah mozaik yang tertangkap oleh zaman dan akan terus terkenang oleh masa atas sebuah pencapaian mimpi anak manusia dan disertai dengan kerja keras. Banyak hal, banyak nilai yang dicatut dalam novel tersebut salah satu kata yang paling saya senangi dalam novel ini adalah “orang miskin cukup menjalani hidup dengan apa adanya”. Novel yang diangkat dari biografi hidup Dahlan Iskan (Menteri BUMN saat ini), walaupun begitu tetaplah cerita yang ditulisnya adalah sebuah fiksi yang ditambahkan bumbu tulisan disana-sini agar menarik tapi tetap memiliki keinginan kuat untuk menggambarkan kehidupan Dahlan Iskan, yang saat ini menjadi salah satu tokoh yang banyak menjadi inspirasi. Namun ada satu aktivitas Dahlan dalam cerita ini yang langsung memberi sebuah kenangan flashback bagi saya, ...

Catatan Cucu Nonton Debat

Selain banyak hal yang coba diterka secara tajam oleh netizen. Tak begitu banyak gesture, gimmick hingga konten debat yang bisa saya analisa seperti lihainya pada netizen sekalian. Hanya saja, ada hal menarik yang saya sangat suka dengan situasi semalam. Bikin adem dan suasanya yang semula panas menjadi begitu menyejukkan, hingga akhirnya ditutup dengan lagu dari si Bintang RRI itu.

MAS LAUDE

Hari itu habis hujan, masih sedikit gerimis. Jalan masih begitu basah, kelokan jalan poros baubau-pasarwajo saat itu cukup licin. Saya berhati-hati memacu motor, untuk pulang dari mengajar di pasarwajo menuju Baubau. Pelan berjalan, saya melihat motor yang begitu familiar. Merah hitam, khas motor punya mas laude (panggilan saya pada Mustama Tamar Goqill). Tidak jauh, tepat di warung-warung tepi jalan, ia muncul sambil tersenyum.