Langsung ke konten utama

Ruang Sepi; Memilih Menjadi Relawan

Beberapa orang pernah bertanya, kenapa perlu membela palestina bukankah tetangga kita masih banyak yang perlu dibantu?, atau Palestina itu jauh, yang dekat-dekat saja dibantu?. Pertanyaaan seperti ini cukup telak memang, bagaimana saya mencoba merespon ini?

Tidak setiap orang mungkin paham, dan memiliki persepsi yang sama tentang suatu hal. Tugas relawan, bukan saja berhadapan dengan tugas-tugas sukarela, namun juga ikut memberi pengetahuan tentang tujuan kerja-kerja relawan. Yahh...ini pun kita harus lakoni dalam giat-giat kegiatan KNRP Baubau.

Saya memiliki beberapa catatan, jika berhadapan dengan kondisi tersebut. Tak perlu, saling ngotot beradu argumen, cukup tetap tenang menjelaskan. Soal si dia mengerti atau paham, biar garis hidayah oleh Allah dibukakan untuknya. Bagaimana itu, begini ceritanya;

Pertama; Membela Palestine, bukan berarti mengabaikan tetangga kita yang juga membutuhkan. Toh, soal bantu membantu ini baiknya disimpan sebagai deposit amal, bukan pemenuh bentang foto unggahan di medsos kita.

Kedua; membela palestine, ini soal ke-gawat daruratan sebuah fenomena. Kita boleh miskin di negeri ini, tapi masih bisa berusaha dengan aman, tidur dengan aman, dan masih bisa memiliki indeks kebahagiaan yang tinggi. Tapi, di palestina jangankan miskin, mereka pun berkekurangan juga yang paling penting boleh jadi tak ada kata aman. Hidup ditengah kekhawatiran, tentu memiliki masalah gawat darurat tersendiri. Dan itu terjadi di palestine.

Ketiga; membela palestine, bukan saja soal saudara muslim atau alasan kemanusiaan belaka. Tapi ini soal, kita tengah belajar proses berjuang, melalui dukungan materiil dan moril. Boleh jadi, kita hanya serupa pasukan yang hanya mengumpulkan kerikil buat amunis mereka digaris depan perjuangan. tapi setidaknya kita tahu sebelah mana kita berpihak.

Keempat; menjadi relawan itu serupa berjalan dalam jalan sepi, namun memiliki tanggung jawab yang besar. Untuk itu, para relawan adalah mereka yang tangguh. Bukan soal menjalankan program dan menggorganisir kegiatan belaka. Namun juga bertanggungjawab kepada masyarakat sekitar sekaligus.

Berhadapan dengan kepentingan pribadi, keluarga, pekerjaan dan lingkungan sosial diri bukan soal ecek-ecek. Galau iya, bimbang pasti namun selalu tak lupa bahagia. Apalagi jalan relawan adalah jalan jodoh eehh, soal yang ini skip saja.

Jangan tanya soal kesejahteraan pada relawan, senyum bahagia orang yang ditolongnya boleh jadi harta yang perompak manapun tak bisa mencurinya, pun tak ada mall termegah yang sanggup menghisap habisnya dalam sejumlah sale dan diskon menggiurkan.

..nb..;Bahagia mengenal kalian relawan KNRP BAUBAU
kalian jangan lupa bahagia yaa..

Komentar

Tulisan Populer

Kenangan Kambing

Entahlah kemarin pada saat selesai membaca sebuah novel berjudul Sepatu Dahlan yang ditulis oleh Krishna Pabichara, saya kemudian terkesan dengan semangat yang dimiliki oleh Dahlan dan Teman-temannya. Ada sebuah mozaik yang tertangkap oleh zaman dan akan terus terkenang oleh masa atas sebuah pencapaian mimpi anak manusia dan disertai dengan kerja keras. Banyak hal, banyak nilai yang dicatut dalam novel tersebut salah satu kata yang paling saya senangi dalam novel ini adalah “orang miskin cukup menjalani hidup dengan apa adanya”. Novel yang diangkat dari biografi hidup Dahlan Iskan (Menteri BUMN saat ini), walaupun begitu tetaplah cerita yang ditulisnya adalah sebuah fiksi yang ditambahkan bumbu tulisan disana-sini agar menarik tapi tetap memiliki keinginan kuat untuk menggambarkan kehidupan Dahlan Iskan, yang saat ini menjadi salah satu tokoh yang banyak menjadi inspirasi. Namun ada satu aktivitas Dahlan dalam cerita ini yang langsung memberi sebuah kenangan flashback bagi saya, ...

TANGKANAPO’: MENJADI GENERASI MILENIAL KOTA BAUBAU

Jika Dilan bilang rindu itu berat, justru menentukan pilihan politiklah yang berat. Gejala ini terdapat pada mereka generasi milenial, informasi begitu deras diperoleh namun tak begitu cukup memberi kesimpulan bagi generasi ini untuk menentukan pilihan politiknya kelak. Partisipasi dan rasionalitas terhadap lingkungan mereka cukup besar, akan tetapi menjadi apatis terhadap struktur bernegara juga begitu menghantui. **

Perempuan Yang Menolak Kalah

Lokasi Foto: Pelabuhan Feri Mawasangka, Buton Tengah Seringkali orang-orang hebat itu, bukan berasal dari kilaunya lampu kamera, ramainya kemunculannya pada televisi atau riuhnya sorak sorai orang-orang saat ia muncul. Tapi, kadang kala orang-orang hebat itu berada di tempat yang sunyi, jarang dilewati kebanyakan orang bahkan pada tempat yang seringkali tidak sadari. Mereka terus bergerak, memberi nilai, merubah keadaan dan mencipta keajaiban kecil bagi lingkungannya. Pada beberapa bulan lalu saya berkunjung ke panti asuhan yang sekaligus pesantren Al Ikhlas, Kaisabu. Seperti biasa, turun dari kendaraan saya bertanya pada salah seorang anak disitu. Ustad mana? Ia jawab, di dalam ada ummi. Lalu saya masuk, bertemu ummi. Pertanyaan pertama setelah mengenalkan diri, saya tanya "ummi, ustad mana?". Beliau terpaku sebentar, lalu tersenyum kemudian menjawab "ustad sudah tidak ada". Ada titik bening disudut mata beliau. Saya kembali bertanya,"maksudnya ummi?". ...