Langsung ke konten utama

Kenapa Riset Menarik?,


Memilih Judul Hingga Menyusun Narasi

Ini catatan hari ke dua, klinik penulisan artikel ilmiah nasional di bali. Untuk hari ini, semakin menyenangkan pikiran tentang riset dan seluk beluknya. Masih soal produktifitas dalam riset, singkatnya bukan banyaknya riset dilakukan, tapi seberapa banyak riset kita divisitasi (dirujuk) oleh orang lain.

Pernyataan ini membuka pikiran saya hari ini, bahwa riset kita boleh banyak namun tanpa disitasi orang lain, apalah gunanya!. Nah..hari ini, saya menyerap beberapa pengetahuan dan semoga manfaat dan berdaya guna dengan dibagikan disini. Apa saja itu?

Materi pertama oleh Jaka Sriyana, Ph.D, Dosen Ekonomi UII ini memberi penyegaran kita terhadap memilih judul yang bukan saja menarik orang untuk membacanya, namun juga mudah ditemukan dalam mesin pencari online. Bayangkan, jika ada ribuan artikel yang memuat kata kunci yang sama?. Berpikirlah seperti editor dan pengguna jurnal, apa yang membuat orang atau pengguna tertarik untuk membaca dan menvisitasi, hanya dari menemukan judul artikel kita.

Selain itu, kata kunci sejatinya memberikan informasi yang mudah untuk orang lain dapati. Lalu, menulis judul semestinya dilakukan setelah menulis hasil penelitian. Buat apa?, agar dari judul orang sudah bisa tahu apa yang bisa didapatinya dari artikel kita.

Lusitra Munisa Ph.D, dosen UI ini memberi materi ke-dua mengenai penulisan pendahuluan, pendekatan dan metode. Apa yang penting perihal ini?, kata beliau soal substansi penulisan kita. Artikel yang baik itu memberi informasi temuan baru (novelty), dan ingat bahwa artikel ilmiah bukan ringkasan laporan riset. Saya bergumam, hmmm...saya harus bertobat segera dalam penulisan artikel saya yang lalu.

Materi ketiga, Prof. Suminar S Achmadi memberi petunjuk penulisan pembahasan dan simpulan sebuah artikel. Kata beliau, pemilihan narasi yang baik, dapat menuntub pembaca untuk menyimpulkan penelitian kita. Argumentasi yang kuat dan dukung dengan temuan yang ada sebelumnya.

Selanjutnya, Prof. Wasmen Manalu dari IPB memberi pencerahan mengenai penulisan ilustrasi (tabel dan grafik). Kata beliau, tabel dan grafik bukan penambah halaman artikel kita, namun sarana memudahkan pembaca dan editor dalam menangkap isi artikel.

Kemudian, Prof. Suminar Pratapa menuntun kami menggunakan teknologi informasi untuk memudahkan kita dalam mensintesis artikel penelitian ataupun buku dalam artikel kita, lalu membantu penyusunan referensi sesuai kaidah yang berlaku. Momen ini, saya akhirnya bertaaruf dengan mendeley dan zotero. Maaf, untuk ini kita boleh poligami kok.

Terakhir dan cukup meriah, oleh Dr. Wahyu Wibowo dari UNAS. Dosen dengan sejumlah publikasi buku yang cukup banyak ini, memberdayakan kami dengan kebahasaan dalam artikel ilmiah. Ilusi kata beliau, itu penting dalam menyusun narasi artikel ilmiah. Untuk itu, seorang peneliti harus menjalin hunungan baik dengan EYD, KBBI dan Kaidah berbahasa ilmiah. Agar pembaca tertarik dan tidak tersesat dalam tulisan kita.

Intinya, setelah kemarin disarankan untuk menjadi "orang gila" hari ini kita harus kembali "waras". Juga, jangan lupa bahagia...

Komentar

Tulisan Populer

JANGAN MENGUTUK SEPI DI TENGAH KERAMAIAN

Merasa sepi adalah bagian dari esensi kepemilikan rasa oleh manusia, namun terkadang perasaan sepi menjadi bagian penghalang terhadap sesuatu yang lebih produktif. Perasaan sepi setidaknya pernah dirasa oleh setiap manusia. Berbagai macam alasan bisa muncul dari adanya perasaan sepi ini, mulai dari sesuatu yang termiliki hingga sesuatu yang menyangkut posisi keberadaan makhluk. Namun perasaan sepi dimaksud disini adalah perasaan sepi yang lain, bukan karena kesendirian disuatu tempat, tapi lebih menyangkut sesuatu yang termiliki dalam rasa (baca: hati).

Nyanyian Bocah Tepi Pantai

Gambar disini Diantara bagian pulau yang menjorok kelaut, terselip sebuah kehidupan manusia sederhana. Bocah-bocah manusia yang menggambar masa depannya melalui langkah-langkah diatas pasir, mempelajari kehidupan dari nyanyian angin laut, dan menulisakan kisah melalui deburan ombak yang mengajari menggaris tepi daratan dengan buihnya. Hari-harinya dilakukan dilaut, berkomunikasi dengan laut sekitar. Setiap hal diberikan oleh laut, kecuali sesuatu yang selalu dinantikan mereka, sesuatu yang selalu dinanti anak manusia dalam hidup, dan menjadi kehidupan bagi generasinya mendatang, yakni sesuatu yang berwujud kesempatan. Kesempatan yang disebut kasih sayang Ina’ [1] mereka.