Langsung ke konten utama

Titik Buta

Gegap gempita perayaan HUT Kota Baubau, begitu menyita perhatian hingga beberapa hari ini. Namun di tengah riuhnya perayaan, akan selalu ada sudut yang begitu terbuka namun tak terlihat, titik buta.

Kemarin malam, pasca berkunjung ke pameran yang ramai juga sedikit sesak, memaksa saya untuk berguman “sayangnya, kota dengan prestasi hattrick Piala Adipura ini. Begitu sulit menemukan tempat sampah pada pameran dalam rangka ulang tahunnya”, tapi ini dalam hati saya sahaja, setidaknya sampai akhirnya saya menuliskannya disini.

Tak perlu begitu menggerutu, selalu ada yang menggetarkan menginspirasi dari sisi paling gelap sekalipun. Saat karnaval budaya, saya memerhatikan satu moment yang akhirnya menggerakkan saya untuk memotret, lalu menuliskannya. Biar orang-orang tahu,tergerak, syukur-syukur menginspirasi.

Adalah petugas kebersihan, berada pada urutan paling belakang dari barisan karnaval hari itu. Pikir saya, mereka juga adalah bagian dari karnaval. Ternyata tidak, terlihat dari jaraknya dengan barisan karnaval didepan mereka. Sambil membawa keranjang, mereka sigap memunguti sampah yang dengan sengaja disisakan oleh sebagian besar peserta karnaval.

Ini harus diberitakan, disaat gegap gempita perayaaan karnaval ada sisi-sisi yang tak begitu menarik untuk ikut dirayakan. Mereka boleh jadi menjadi bagian yang kecil, namun memberi efek yang begitu besar namun tak disadari.

Apalah jadinya ketika sejumlah prestasi, tak diikuti dengan apresiasi dalam perilaku sehari-hari. Tak perlu berbangga yang kebanyakan hingga tiga miliar, lalu habis untuk sebuah tugu di ruang publik, namun tak menjadi gugu perilaku di ruang hati masyarakat.

Apa yang dilakukan petugas kebersihan ini boleh jadi bagian dari tugasnya, namun memudahkan tugas saudara kita juga bagian dari tugas bersama. Merayakan dengan semarak boleh, tapi menjaga perilaku jamak juga perlu. Kalau ada meme menulis, sekolah tinggi-tinggi masih buang sampah sembarangan, belajar apa di sekolah?, katanya.

Pun, jauh dari pemberitaan adalah mereka yang rela memberikan kesempatannya untuk mengajak menjaga kebersihan, memelihara lingkungan, membiasakan yang benar terhadap masalah sampah. Mereka lentera, bukan sekedar lampu jika listrik off maka mati. Bahan bakar mereka semangat menggubah, bukan semangat mengunggah.

Selamat merayakan HUT Kota Baubau, sampahmu cukup di tempat sampah jangan kemana-mana. Atau barangkali kamu, buta titik!.

Taman Baca Hay-Luz
Selasa, 17 Oktober 2017

Komentar

Tulisan Populer

JANGAN MENGUTUK SEPI DI TENGAH KERAMAIAN

Merasa sepi adalah bagian dari esensi kepemilikan rasa oleh manusia, namun terkadang perasaan sepi menjadi bagian penghalang terhadap sesuatu yang lebih produktif. Perasaan sepi setidaknya pernah dirasa oleh setiap manusia. Berbagai macam alasan bisa muncul dari adanya perasaan sepi ini, mulai dari sesuatu yang termiliki hingga sesuatu yang menyangkut posisi keberadaan makhluk. Namun perasaan sepi dimaksud disini adalah perasaan sepi yang lain, bukan karena kesendirian disuatu tempat, tapi lebih menyangkut sesuatu yang termiliki dalam rasa (baca: hati).

Nyanyian Bocah Tepi Pantai

Gambar disini Diantara bagian pulau yang menjorok kelaut, terselip sebuah kehidupan manusia sederhana. Bocah-bocah manusia yang menggambar masa depannya melalui langkah-langkah diatas pasir, mempelajari kehidupan dari nyanyian angin laut, dan menulisakan kisah melalui deburan ombak yang mengajari menggaris tepi daratan dengan buihnya. Hari-harinya dilakukan dilaut, berkomunikasi dengan laut sekitar. Setiap hal diberikan oleh laut, kecuali sesuatu yang selalu dinantikan mereka, sesuatu yang selalu dinanti anak manusia dalam hidup, dan menjadi kehidupan bagi generasinya mendatang, yakni sesuatu yang berwujud kesempatan. Kesempatan yang disebut kasih sayang Ina’ [1] mereka.