Langsung ke konten utama

So After This, What??




"Melalui sebuah TOA kecil, diatas hamparan bendera Palestina. Seorang mahasiswa sedang berorasi mengenai kondisi palestina. saat itu mereka juga sedang melakukan penggalangan dana bagi masyarakat Palestina di Jalur Gaza yang memang beberapa hari ini diberitakan adanya penyerangan disana, dan menyebabkan adanya korban jiwa masyarakat sipil"



Pemandangan yang "lain" di saat Car Free Day Slamet Riyadi Solo, disaat yang lain sibuk dengan aktivitasnya teman-teman mahasiswa ini (hanya beberapa) pun sibuk dengan orasi-orasinya (maaf tidak ada gambar yang terabadikan, belum punya kamera). saya juga tidak terlalu banyak bertanya terhadap mereka, walaupun memang ada beberapa yang saya kenal dari mahasiswa ini. hanya saja saya bertanya dengan teman seperjalanan saya ke CFD ini, apa iya ada yang mendengar orasi mereka ya? 

Seperti itulah gambaran saat itu, saya jadi teringat dengan peristiwa 2010 kapal Mavi Marmara yang beranjak dari Turki untuk memberikan bantuan kepada masyarakat Gaza yang kemudian harus berhadapan dengan berondolan peluru dari tentara Israel. lalu beberapa waktu lalu menonton berita bagaimana mendrop bantuan ke Jalur Gaza, bahkan ada yang nekat melewati jalur bawah tanah dari Mesir ke Jalur Gaza, dan katanya jika kedapatan oleh tentara Mesir atau Israel bisa di tembak Mati. 

Mengusahakan perdamaian di Jalur Gaza, memang selalu hanya berakhir di meja perundingan dan korban jiwa masih saja terus berjatuhan. hari ini pun seperti itu, bagaimana tentara Israel kemudian yang melakukan serangkaian serangan udara terhadap beberapa tempat pemukiman warga di jalur Gaza. lalu apakah seperti ini terus kondisi saudara muslim kita di jalur Gaza?

Miris memang, melihat kondisi ini. Bahkan OKI pun yang katanya berlabel "Negara Mayoritas Muslim" tidak bisa berbuat selebihnya, PBB pun hanya bisa menghimbau. namun pembelaan ini berbeda jika dikaitkan dengan negara "bertenggernya kantor PBB". apakah ini konspirasi? atau adanya pembiaran?

Disaat yang lain, kelompok-kelompok Muslim hanya sibuk dengan tarik ulur Kekuasaan, Mazhab yang mau dipakai, Pandangan Seperti apa yang dirujuk, Pembentukan Khilafah, Pandangan Ulama Mana yang baik, Mana yang lebih sesat Sunni, Syiah, Salafi, Wahabi atau lainnya, atau bahkan mengaku menjadi Nabi pun ada. Sebenarnya yang mereka perjuangkan apa sih??? Bukankah Agama mengajarkan kita tentang Kemanusiaan?

Iya, tentang Kemanusiaan. Riwayat Nabi Muhammad SAW melalui Piagam Madinahnya adalah adanya alasan Kemanusiaan, yang mendudukan setiap manusia di Madinah (Yastrib) untuk memiliki hak yang sama, apapun pilihan kepercayaanya dibawah kepemimpinan Beliau. atau saat ini yang kita pikir manusia itu adalah pikiran-pikiran kita saja? tidak ada hubungannya dengan saudara kita lainnya? Palestina hari ini sedang tidak baik-baik saja. 

Perlakuan Israel dalam serangan ke Gaza pun bukan saja persoalan solidaritas Muslim, namun juga persoalan Kemanusiaan. bahkan Indonesia sendiri yang katanya adalah negeri yang penduduknya mayoritas Muslim tidak mampu secara tegas untuk memberikan pengakuan terhadap keberdaan Negeri Palestina. (kecuali Soekarno Presiden I RI, yang pernah menyangkal keberadaan Negara Israel jika Negara Palestina belum ada).

Hari ini, kembali lagi headline news pemberitaan media masih seputar serangan tentara Israel dan balasan dari kelompok Hamas palestina. berapa banyak korban lagi yang mesti jatuh? atau berapa banyak paham tafsir keagamaan lagi yang perlu "ada" untuk mengadakan pengakuan paling benar?...sudahlah, saya menulis ini agak emosional melihat "geal-geol" mereka.

Menuliskan inipun, sekaligus saya mengutuk diri sendiri yang hanya bisa menuliskan ini saja atau mengelus dada untuk prihatin tanpa adanya aksi lebih nyata. malu. atau pikiran sederhana saya konflik palestina dan Israel ini memang adalah bagian dari Takdir-Nya, untuk selalu mengingatkan kita bahwa "perlawanan" itu akan tetap ada hingga akhir zaman nanti. wallahu alam bin shawab.

"mari berdoa untuk saudara Palestina kita, karena hanya itu keberanian kita" 

silahkan baca ke link ini, ini, ini

Komentar

Tulisan Populer

Kenangan Kambing

Entahlah kemarin pada saat selesai membaca sebuah novel berjudul Sepatu Dahlan yang ditulis oleh Krishna Pabichara, saya kemudian terkesan dengan semangat yang dimiliki oleh Dahlan dan Teman-temannya. Ada sebuah mozaik yang tertangkap oleh zaman dan akan terus terkenang oleh masa atas sebuah pencapaian mimpi anak manusia dan disertai dengan kerja keras. Banyak hal, banyak nilai yang dicatut dalam novel tersebut salah satu kata yang paling saya senangi dalam novel ini adalah “orang miskin cukup menjalani hidup dengan apa adanya”. Novel yang diangkat dari biografi hidup Dahlan Iskan (Menteri BUMN saat ini), walaupun begitu tetaplah cerita yang ditulisnya adalah sebuah fiksi yang ditambahkan bumbu tulisan disana-sini agar menarik tapi tetap memiliki keinginan kuat untuk menggambarkan kehidupan Dahlan Iskan, yang saat ini menjadi salah satu tokoh yang banyak menjadi inspirasi. Namun ada satu aktivitas Dahlan dalam cerita ini yang langsung memberi sebuah kenangan flashback bagi saya, ...

TANGKANAPO’: MENJADI GENERASI MILENIAL KOTA BAUBAU

Jika Dilan bilang rindu itu berat, justru menentukan pilihan politiklah yang berat. Gejala ini terdapat pada mereka generasi milenial, informasi begitu deras diperoleh namun tak begitu cukup memberi kesimpulan bagi generasi ini untuk menentukan pilihan politiknya kelak. Partisipasi dan rasionalitas terhadap lingkungan mereka cukup besar, akan tetapi menjadi apatis terhadap struktur bernegara juga begitu menghantui. **

Perempuan Yang Menolak Kalah

Lokasi Foto: Pelabuhan Feri Mawasangka, Buton Tengah Seringkali orang-orang hebat itu, bukan berasal dari kilaunya lampu kamera, ramainya kemunculannya pada televisi atau riuhnya sorak sorai orang-orang saat ia muncul. Tapi, kadang kala orang-orang hebat itu berada di tempat yang sunyi, jarang dilewati kebanyakan orang bahkan pada tempat yang seringkali tidak sadari. Mereka terus bergerak, memberi nilai, merubah keadaan dan mencipta keajaiban kecil bagi lingkungannya. Pada beberapa bulan lalu saya berkunjung ke panti asuhan yang sekaligus pesantren Al Ikhlas, Kaisabu. Seperti biasa, turun dari kendaraan saya bertanya pada salah seorang anak disitu. Ustad mana? Ia jawab, di dalam ada ummi. Lalu saya masuk, bertemu ummi. Pertanyaan pertama setelah mengenalkan diri, saya tanya "ummi, ustad mana?". Beliau terpaku sebentar, lalu tersenyum kemudian menjawab "ustad sudah tidak ada". Ada titik bening disudut mata beliau. Saya kembali bertanya,"maksudnya ummi?". ...