Langsung ke konten utama

JANGAN MENGUTUK SEPI DI TENGAH KERAMAIAN



Merasa sepi adalah bagian dari esensi kepemilikan rasa oleh manusia, namun terkadang perasaan sepi menjadi bagian penghalang terhadap sesuatu yang lebih produktif. Perasaan sepi setidaknya pernah dirasa oleh setiap manusia. Berbagai macam alasan bisa muncul dari adanya perasaan sepi ini, mulai dari sesuatu yang termiliki hingga sesuatu yang menyangkut posisi keberadaan makhluk. Namun perasaan sepi dimaksud disini adalah perasaan sepi yang lain, bukan karena kesendirian disuatu tempat, tapi lebih menyangkut sesuatu yang termiliki dalam rasa (baca: hati).


Pagi ini saya ditanya teman, bagaimana untuk melepaskan diri dari rasa sepi?. Sebenarnya saya sendiri belum punya pengalaman untuk bisa melepaskan diri dari rasa sepi ini, namun ada beberapa kegiatan yang biasanya saya lakukan untuk mencoba menghilangkan rasa sepi ini. alasan sepi tentunya macam-macam, namun seringkali yang dominan adalah perasaan sepi terhadap seseorang yang menjadi “istimewa” disamping kita, perasaan keterbutuhan berbagi, menyapa, memberi kesan akan selalu muncul, baik itu dalam bentuk bayang bahkan bisa menjadi imaji atas pandangan kita.

Menurut saya, itu naluriah. Kita tidak bisa serta merta menepis perasaan sepi yang termaksud namun alangkah buruknya jika kita terpaku dan memasrahkan diri dalam rasa sepi ini dalam diri. Bukankah setan akan lebih mudah menggoda manusia yang merasa sepi untuk menjerumuskannya dalam perbuatan buruk. Untuk itu, manajemen sepi bisa menjadi salah satu solusi untuk itu. maka, sepi menurutku adalah bagaimana kita menyikapinya dengan positif, bukan dengan mengutuk sepi ditengah keramaian seperti maksud tulisan ini.

Saya jadi teringat dengan sebuah hadist qudsi, “Aku adalah apa yang hamba-Ku sangkakan, dan Aku akan selalu bersamanya selama ia mengingat-Ku”. Nah, point utama dalam menanggapi perasaan sepi ini adalah mencoba untuk berprasangka baik. Bukan saja kepada sebab terasanya sepi tersebut, namun kepada Sang Khalik karena Dia lebih mengetahui mana yang terbaik bagi ummat-Nya. Jadi ketika kita tidak diperhadapkan atau dipersatukan dengan keinginan kita, bisa jadi itu adalah jalan terbaik pilihan-Nya terhadap kita.

Menjawab pertanyaan teman tersebut, ada beberapa hal yang kemudian terlintas untuk diberikan bahasan disini. Yaitu :
1.      Berprasangka Baik
Langkah awal yang bisa dilakukan adalah berprasangka baik, bisa melalui apa saja. Ketika hal ini menyangkut perasaan terhadap seseorang kenapa tidak kita berprasangka baik saja, dengan mengingat kebaikan yang sudah dilakukan orang tersebut kepada kita. Saya pikir tidak bijak seorang yang memiliki akal untuk hanya berpikir mengenai sisi negatif orang lain terhadap kita, mengingat sesuatu yang baik terhadap orang itu akan lebih membuat hati menjadi tenang.

Setelah itu, yakinlah bahwa Allah Swt memiliki rekayasa paling indah untuk ummt-Nya. Memiliki pikiran yang positif terhadap takdir-Nya akan mengantarkan kita pada sebuah perasaan tenang untuk setiap perjalanan hidup. Dalam Firman-Nya :
“boleh jadi engkau membenci sesuatu padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi engkau menyukai sesuatu padahal ia amat buruk bagimu. Allah mengetahui sedagkan kamu tidak mengetahui.” (QS. Al-Baqarah [2]; 216).

Berprasangka baik itu juga dapat memperpanjang umum, menjalani hidup dengan berprasangka baik akan lebih memudahkan kita menangkap setiap makna kehidupan, dan tentunya menjadi manusia yang penuh syukur. saya jadi ingat candaan yang mengatakan bahwa orang gila itu panjang umur dan jarang sakit, kenapa? Katanya karena orang gila menjalani hidupnya bukannya memikirkan hidupnya.
Jadi, jalanilah kesepianmu dengan berprasangka baik terhadap sesuatu yang menjadikan perasaan sepi tersebut. Dan utamanya adalah berprasangka baiklah terhadap Allah Swt, bahwa Dia lebih tahu mana yang baik buat umat-Nya. Maka bersyukurlah kita masih dikaruniai perasaa sepi dan masih mampu untuk bisa menjaganya dalam perilaku yang baik.

2.      Baca Al Qur’an dan terjemahannya
Salah satu senjata yang paling ampuh adalah ini, menurut saya sih tapi pasti sebagain besar orang akan percaya dengan ini. yakni jika merasa sedang kesepian atas sesuatu yang kita alami maka membaca Al-Quran disertai dengan terjemahannya akan membuat lebih tenang. Kenapa bisa? Saya pikir sudah banyak penelitian secara medis bagaimana cara kerja ayat-ayat Al-Quran menstimulus pikiran positif dari pembacanya, bahkan ada penelitian yang mengatakan bahwa kondisi relaksasi otak orang yang diperdengarkan lantunan ayat-ayat Al-Quran akan menunjukkan peningkatan perasaan bahagia. Bayangkan jika kita membacanya kemudian mendengarkan serta membaca terjemahannya dan menserapi maknanya. Subhanallah...

Bahkan bayi yang masih dalam rahim jika diperdengarkan lantunan ayat Al-Quran kemudian mampu memicu kesehatan dan tentunya kecerdasan sang bayi nantinya. Membaca Al-Quran adalah bagian dari Doa kita, “dan Tuhanmu berfirman; ‘Berdoalah kepada-ku, niscaya akan Aku kabulkan bagimu.” (QS. Ghafir [40]; 60). Menyempatkan diri untuk membaca beberapa ayat Al-Quran ketika merasa sepi akan menjadi terapi yang baik untuk jiwa, apalagi diawali dengan doa untuk diberikan perasaan tenang dengan segala permasalahan yang melingkupi kita.

Disamping itu, membaca terjemahan Al-Quran biasanya secara “tidak sengaja” kita akan dituntun untuk lebih memahami hidup. Saya sering mencoba hal ini, ketika diperhadapkan kepada masalah. Saya akan coba berdoa, “tunjukanlah jalan yang lurus” dan ajaibanya ketika membaca Al-Quran dan terjemahannya, seakan-akan ada tuntunan yang memberikan jawaban kepada saya untuk tetap berusaha, kuat, dan tangguh untuk menghadapi masalah tersebut. Bukankah janji Allah Swt akan dipenuhi-Nya, tinggal kita saja bertawakkal dan terus berusaha untuk itu.

3.      Membaca Semesta
Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah, Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam, Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. (QS. Al Alaq [96]; 1-5)

Mengambil kebijaksanaan hidup melalui pembacaan terhadap semesta, apa yang disiratkan oleh-Nya melalui perantaraan alam semesta bagi manusia untuk belajar sekaligus mengujinya. Mama saya pernah berpesan, melihatlah selalu kebawah karena apa yang kita alami saat ini masih ada yang lebih menderita dari kita, dan belajarlah dari mereka.

Membaca disini maksud saya adalah, bukan hanya membaca buku namun juga membaca semesta. Apa yang ada dalam semesta yang merupakan ciptaan-Nya, ditujuka untuk menjadi rahmat bagi manusia. Membaca membantuk persepsi kita terhadap segala sesuatu yang menimpa kita, bukan berarti apa yang kita alami saat ini adalah yang terburuk karena bisa jadi ini adalah bagian dari pemrosesan kita menjadi lebih dewasa. Bukankah melalui ujian sebenarnya Allah Swt sedang memuliakan hamba-Nya.

Menyibukkan diri dengan pembacaan terhadap semesta dan sebab akibat yang menyertainya, untuk kemudian menarik nilai-nilai kebijkasanaan didalamnya akan membuat kita tidak merasa sepi seperti diatas tadi. Dengan begitu kita merasa memiliki semesta yang didalamnya memberikan kita pelajaran untuk lebih bijak menghadapi hidup. Menjadikan semesta sebagai teman akan membuat kita melupa pada perasaan sepi, merasa bahwa saat ini semesta sedang menemani kita dengan kebijaksanaan hidup yang diberikan-Nya.

4.      Nonton Film (rekomendasi film India)
Ini adalah ide yang agak gila untuk rekomendasi bagaiman melupakan perasaan sepi, memang sih kelihatannya agak lebay. Mengusir perasaan sepi dengan menonton film india yang kebanyakan berkisah tentang percintaan, namun maksud saya bukan yang itu saja. Namun bagaimana kita menjadikan kisah tersebut sebagai pelajaran yang baik, bukankah setiap tempat adalah sekolah dan setiap makhluk adalah guru.

Merekomendasikan untuk menonton film india, maksud saya adalah bagaimana kita menyikapi sebuah kisah untuk dijadikan motivasi hidup kita. Walaupun memang film india yang terkadang cukup lebay mengisahkan, namun setidaknya adal pelajaran yang di sampaikan bahwa seperti apapun penghalang yang ada dalam sebuah kepemilikan rasa, jika memang itu menjadi takdir maka akan bertemu. Lihat saja bagaimana kisah heriosme dalam mendapatkan cinta, dalam kisah-kisah yang diceritakan dalam film india. Bahkan hal-hal yang menurut kita tidak masuk akal digambarkan sebagai usaha meraih cinta.

Jadi setidaknya melalui tontonan film india dapat membuat kita menjadi merasa positif dalam mengadili perasaan sepi yang menyeruak dalam dada. Dengan begitu juga, kemudian memaknai kebijaksanaan hidup dalam bentuk yang berbeda akan lebih mendewasakan kita. Ini ide cukup gila, tapi cobalah sesekali untuk menangkap pesan di film india tersebut. Heheh...

  
5.      Dan Berbahagialah
Terakhir, dan berbahagialah!. Hidup terlalu singkat untuk dilalui dengan memikirkan perasaan duka atau sepi tersebut. Bukankah kita dilengkapi dengan perangkat akal oleh Allah Swt untuk dapat berpikir dan memecahkan masalah sendiri. Dalam firmanNya:
Sesungguhnya Allah tidak merobah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia. (QS. Ar-Rad [13]; 11)

Banyak orang yang mengukur kebahagiaan itu sebagai sesuatu yang didapati, namun menurutku kebahagiaan itu adalah kepemilikan terhadap diri. Kita seringkali menyangkutkan kebahagiaan sebagai bagian yang berada diluar kita, namun kemudian lupa dengan apa yang kita miliki untuk dipotensikan semaksimal mungkin sebagai sebuah kebahagiaan. Seperti kata hikmah yang mengatakan orang akan menyadari dan bersyukur masih memiliki kaki untuk berlari ketika melihat orang lain yang tidak memiliki kaki.

Tapi tentunya akan lebih istimewa kemudian, ketika kita kemudian mampu menangkap kebijaksanaan tersebut. Bersyukur terhadap kepemilikan terhadap diri yang kemudian disandarkan pada kesyukuran kepada Sang Pemberi Hidup, akan mengajak bentuk kesyukuran lainnya. dan tentunya perasaan sepi tadi bisa tertangani dengan sendirinya dengan mengajak diri untuk bersyukur yang kemudian bermuara pada perasaan kebahagiaan.

Jadi kesimpulan dari diskusi tulisan ini adalah, janganlah kita mengutuk sepi di tengah keramaian. Maksudnya bagaimana? Begini, ketika kita berusaha untu menghilangkan sepi dengan berada dalam keramaian maka belum tentu akan menjadikan perasaan sepi tersebut hilang, bahkan bisa jadi hal terburuk adalah kepenguasaan setan terhadap diri yang akan menjerumuskan kita pada kemaksiatan dan perbuatan dosa. Sepi atau biasa disebut galau, itu normal namun tergantung penaganannya oleh kita menjadi obor penyemangat hidup kedepan atau jurang terjerumusan kita pada kekalahan.

Sekarang tempatkanlah sepi itu dalam sepi juga, maksudnya sepi itu adalah ketiadaan teman maka bawalah atau giring sepi tersebut kepada ke-Esaan, ke tunggalan yang tidak memiliki sekutu yaitu Allah Swt. Bisa dilakukan dengan mendekatkan diri pada Al-Quran, Hadist, atau hal-hal tersirat dalam semesta. Membawa perasaan sepi diperhadapkan pada Ke-Esa-an Allah Swt akan menjadikan sepi tersebut sebagai jalan merenggut kedamaian, keindahan dan wujud optimisme diri. Mencoba untuk berdoa, berusaha dan dicukupkan dengan tawakkal adalah bagian yang disukai oleh-Nya dari hamba-hamba-Nya. Berbahagialah orang-orang yang merasa sepi dan kemudian membawanya menjadi lebih dekat kepada Allah Swt.

Mengutip hadist, sebagai rekomendasi akhir dan silahkan mengungkap, mengeksporasi dan menterjemahkan sendiri pembacaan terhadap semesta terhadap perasaan sepi yang dialami. Hadist qudsi mengatakan :
“barangsiapa yang mendekat pada-Ku dalam jarak sejengkal, maka Aku mendekat padanya dalam jarak sehasta dan barangsiapa yang mendekat pada-Ku dalam jarak sehasta, maka Aku mendekat padanya dalam jarak sedepa. Jikalau hamba-Ku itu mendatangi Aku dengan berjalan, maka Aku mendatanginya dengan bergegas-gegas.”(Muttafaq’alaih).

Tetap senyum, tetap senyum
Pasti bisa pasti ada jalan, sobat.


[kamar kost solo, 26 januari 2013]

Komentar

Tiyas Nur Haryani mengatakan…
Saya buka lagi postingan mu ini. saya cocokkan satu per satu jawaban atas pertanyaan yang kamu rangkai. Dan, ternyata itu benar adanya.

Tulisan Populer

Kenangan Kambing

Entahlah kemarin pada saat selesai membaca sebuah novel berjudul Sepatu Dahlan yang ditulis oleh Krishna Pabichara, saya kemudian terkesan dengan semangat yang dimiliki oleh Dahlan dan Teman-temannya. Ada sebuah mozaik yang tertangkap oleh zaman dan akan terus terkenang oleh masa atas sebuah pencapaian mimpi anak manusia dan disertai dengan kerja keras. Banyak hal, banyak nilai yang dicatut dalam novel tersebut salah satu kata yang paling saya senangi dalam novel ini adalah “orang miskin cukup menjalani hidup dengan apa adanya”. Novel yang diangkat dari biografi hidup Dahlan Iskan (Menteri BUMN saat ini), walaupun begitu tetaplah cerita yang ditulisnya adalah sebuah fiksi yang ditambahkan bumbu tulisan disana-sini agar menarik tapi tetap memiliki keinginan kuat untuk menggambarkan kehidupan Dahlan Iskan, yang saat ini menjadi salah satu tokoh yang banyak menjadi inspirasi. Namun ada satu aktivitas Dahlan dalam cerita ini yang langsung memberi sebuah kenangan flashback bagi saya, ...

TANGKANAPO’: MENJADI GENERASI MILENIAL KOTA BAUBAU

Jika Dilan bilang rindu itu berat, justru menentukan pilihan politiklah yang berat. Gejala ini terdapat pada mereka generasi milenial, informasi begitu deras diperoleh namun tak begitu cukup memberi kesimpulan bagi generasi ini untuk menentukan pilihan politiknya kelak. Partisipasi dan rasionalitas terhadap lingkungan mereka cukup besar, akan tetapi menjadi apatis terhadap struktur bernegara juga begitu menghantui. **

Perempuan Yang Menolak Kalah

Lokasi Foto: Pelabuhan Feri Mawasangka, Buton Tengah Seringkali orang-orang hebat itu, bukan berasal dari kilaunya lampu kamera, ramainya kemunculannya pada televisi atau riuhnya sorak sorai orang-orang saat ia muncul. Tapi, kadang kala orang-orang hebat itu berada di tempat yang sunyi, jarang dilewati kebanyakan orang bahkan pada tempat yang seringkali tidak sadari. Mereka terus bergerak, memberi nilai, merubah keadaan dan mencipta keajaiban kecil bagi lingkungannya. Pada beberapa bulan lalu saya berkunjung ke panti asuhan yang sekaligus pesantren Al Ikhlas, Kaisabu. Seperti biasa, turun dari kendaraan saya bertanya pada salah seorang anak disitu. Ustad mana? Ia jawab, di dalam ada ummi. Lalu saya masuk, bertemu ummi. Pertanyaan pertama setelah mengenalkan diri, saya tanya "ummi, ustad mana?". Beliau terpaku sebentar, lalu tersenyum kemudian menjawab "ustad sudah tidak ada". Ada titik bening disudut mata beliau. Saya kembali bertanya,"maksudnya ummi?". ...