Langsung ke konten utama

Dunia dalam Mimpi



(Karena Bermimpi Tak Membuatmu Berdosa)

Mimpi kita anggap sesuatu yang tidak kita sadari, atau mimpi itu Cuma bunga tidur mungkin juga ada yang menganggap mimpi itu hanya sekedar sesuatu yang dilewatkan ketika tidur dan pada saat bangun sudah terendap kedalam alam lupa manusia. Bahkan beberapa orang yang menganggap mimpi sebagai bahan cemoohan, ketika misalnya kita berkeinginan untuk ke Inggris dan memiliki kapal pesiar kita akan dibilangi “mimpi kali yee” atau “ko mimpi ka?”, apakah kemudian mimpi bukan satu dunia namun berbeda dimensi dengan sisi sadar manusia? Atau malah mimpi adalah bagian dari dunia sadar kita, namun kita lalai mengetahuinya?
Beberapa waktu lalu saya membaca postingan sahabat tentang “teruslah bermimpi”, lalu saya penasaran denga mimpi ini yang dibicarakan orang sebagai perwujudan impian-impian manusia. Setidaknya seperti itu preferensi yang saya dapatkan dari postingan sahabat saya itu. Lalu juga dalam lirik lagu Band Nidji yang diciptakan Andrea Hirata, mengatakan “mimpi adalah kunci untuk kita manaklukkan dunia”. Banyak memang lirik lagu yang kemudian mengisahkan tentang mimpi, tentang dunia-dunia, tentang pertentangan, tentang perang, tentang kedamaian dan banyak hal lainnya yang digambarkan dalam mimpi tersebut. Untuk sementara saya cuman menanggapi bahwa karena bermimpi tidak membuatmu berdosa kan.?
Penafsiran tentang mimpi sulit memang dilakukan, namun ada beberapa orang yang memiliki kemampuan untuk memberikan gambaran tentang mimpi seseorang. Walaupun memang dalam teorinya Sigmund Freud mimpi bisa dikatakan hanya sebagai bagian dari alam tak-sadar manusia dan kemudian didalamnya berisi hal-hal yang tidak dilakukan pada saat sadar dan akhirnya menimbulkan penafsiran bahwa hal itu tidak dapat dilakukan atau di aktualkan dalam dunia nyata (sadar). Namun saya lebih sepakat dari intisari buku yang ditulis oleh Carl G Jung, seorang pemikir psikologi analistis yang beranggapan tentang mimpi sebagai penyeimbang dunia sadar dan ketak-sadaran manusia dan didalamnya terdapat simbol-simbol yang kemudian bisa menggambarkan masa depan, dia melihat mimpi dalam sebuah kausalitas dan saya lebih memberikan apresiasi tentang itu.
Agak sulit memang ketika kita hanya ingin menulis sesuatu yang sederhana namun mesti berhadapan dengan sejumlah teori yang ada, namun saya hanya melihat dari kedua teori diatas tersebut untuk memberikan pernyataan tentang mimpi dalam tulisan sederhana ini. Toh yang dijadikan subjek adalah mimpi saya. Jadi kembali ke pembahasan mimpi tersebut, dengan mimpi manusia kemudian menjadi tuan bagi dunianya sendiri. Terkadang pada suatu waktu kita berimpi (pada saat tidur) namun ketika bangun maka kita lupa dengan mimpi kita, namun ada juga yang masih mengingatnya. Yang pada gilirannya mimpi bisa menjadi waktu yang di tak sadari sewaktu tidur atau kemudian dia menjadi paradok dalam aktivitas ketika mimpi itu berkenaan dengan hal-hal yang menyeramkan.
Dalam tradisi para leluhur kita pun kadang-kadang menganggap mimpi menjadi sesuatu pertanda dari alam untuk sesuatu yang akan kita raih kedepan. Misalnya saja ketika katanya kita bermimpi bertemu ular maka serta merta kita akan menikah dikemudian hari (padahal kalau dipikir semua orang ingin menikah tapi waktu yang belum diketahui), tapi dengan itu saya tidak ingin mengugurkan tafsiran mimpi leluhur kita namun ada satu benang merah tentang mimpi, bahwa mimpi mengandung unsur pertanda untuk masa depan. Jadi tidak salah jika kita kemudian mampu bermimpi untuk bisa meraih hal-hal yang kita inginkan, atau mewujudkan mimpi-mimpi kita tentang dunia, kenapa tidak!
Dari beberapa hal diatas kemudian, kita dapat mempertanyakan posisi khayalan, imajinasi dan kreatifitas. Saya belum mengerti dengan pasti hubugan ketiga hal tersebut dengan mimpi tapi kalau menurut saya, keempat hal tersebut memiliki hubungan kausalitas. Teori sederhananya begini mimpi adalah wadah bagi khayalan yang kemudian menjadi suatu imajinasi dalam dunia sadar manusia yang pada gilirannya menjadi sesuatu yang disebut kreatifitas ketika bisa diwujudkan. Saya teringat dengan perkataan seorang tokoh “you is what are you feel dan you think” kau adalah apa yang kamu rasa dan kamu pikirkan seperti itu kurang lebih dalam penafsiran saya. Jadi disini kemudian berlaku bahwa mimpi adalah kunci untuk kita menaklukkan dunia, tentunya untuk orang-orang yang bisa memaksimalkan hal tersebut.
Lalu dengan mimpi menurutku kita mampu mengkonstruksi dunia kita sendiri, namun ada sebagian orang beranggapan bahwa yang akan merekonstruksi dunia kita adalah yang ada pada alam sadar kita dan mimpi masuk dalam alam ketaksadaran kita. Tapi ada contoh dari para tokoh-tokoh dunia yang dalam posisi terbatas dalam dunia sadar mereka (fisik,materi), namun mereka kemudian punya mimpi-mimpi yang besar untuk dunia. Bayangkan hanya karena seekor capung yang terbang diatas kali membangkitkan mimpi seorang BJ Habibie untuk bisa membuat pesawat terbang. Bahkan ada yang mengatakan bahwa orang genius itu adalah orang yang bisa membawa mimpi-mimpi mereka dari dunia ketaksadaran menjadi sesuatu yang aktual dan nyata (sadar).
Kadang memang manusia menjadi individu yang lalai, kita punya sesuatu namun tidak pernah kita untuk bersyukur karena memilikinya tapi hanya sibuk memikirkan yang dimiliki oleh orang lain. Saya pernah bertemu dengan seorang anak yang menjajakan kacang goreng, ketika saya tanya “kamu sekolah?,dia berkata “iya”. Jadi kamu kalau tidak sekolah berjualan?, dia menjawab “iya,untuk bantu mama!”. Apa cita-cita mu ka?.” Anak itu menjawab”mau jadi dokter” (sambil tersenyum malu-malu). Anak ini punya waktu lebih yang disyukurinya dengan berusaha membantu orang tuanya, namun kita kadang selalu berkata “ih malam mi lagi” tanpa pernah berpikir apa yang sudah saya lewatkan ketika menjelang malam ini?.
Sekelumit cerita tentang anak jalanan ini kemudian memberikan saya sebuah pelajaran. Dimana terkadang orang yang memiliki keterbatasan materi namun punya mimpi besar untuk hidupnya, bisa jadi merupakan wujud kesyukuran mereka terhadap Tuhan bukan menjadikan hal itu sebagai pelarian status atau keresahan mereka. Dibandingkan dengan oleh sebagian orang yang hidup berkecukupan namun memiliki mimpi yang kecil sehingga hanya menjebak merek dalam rutinitas yang sama tiap harinya dan stress menjadi kawan pendamping mereka. Memang kita di anugerahi oleh Tuhan dengan waktu yang sama dalam sehari 24 jam, namun kita berbeda dalam penggunaanya. Melalui mimpi-mimpilah kemudian kita bisa mewujudkan dunia yang kita ingini. Jangan takut untuk bermimpi, mimpi itu gratis tidak dibebankan sekelumit birokrasi ataupun dikenai retribusi karena mimpi adalah suatu dunia yang kita bangun sendiri dan karena mimpi tidak menjadikanmu tua dan mati. Sepenggal tulisan dari novel berjudul Blues Merbabu oleh Gitanyali mengatakan : “Tidak benar orang berhenti hidup dalam mimpi ketika usia bertambah dan menjadi tua. Orang menjadi tua karena berhenti bermimpi. Aku tidak pernah menjadi tua”. jadi jangan takut untuk bermimpi, dan teruslah bermimpi.

Njk! (290511)

Komentar

Tulisan Populer

Kenangan Kambing

Entahlah kemarin pada saat selesai membaca sebuah novel berjudul Sepatu Dahlan yang ditulis oleh Krishna Pabichara, saya kemudian terkesan dengan semangat yang dimiliki oleh Dahlan dan Teman-temannya. Ada sebuah mozaik yang tertangkap oleh zaman dan akan terus terkenang oleh masa atas sebuah pencapaian mimpi anak manusia dan disertai dengan kerja keras. Banyak hal, banyak nilai yang dicatut dalam novel tersebut salah satu kata yang paling saya senangi dalam novel ini adalah “orang miskin cukup menjalani hidup dengan apa adanya”. Novel yang diangkat dari biografi hidup Dahlan Iskan (Menteri BUMN saat ini), walaupun begitu tetaplah cerita yang ditulisnya adalah sebuah fiksi yang ditambahkan bumbu tulisan disana-sini agar menarik tapi tetap memiliki keinginan kuat untuk menggambarkan kehidupan Dahlan Iskan, yang saat ini menjadi salah satu tokoh yang banyak menjadi inspirasi. Namun ada satu aktivitas Dahlan dalam cerita ini yang langsung memberi sebuah kenangan flashback bagi saya, ...

TANGKANAPO’: MENJADI GENERASI MILENIAL KOTA BAUBAU

Jika Dilan bilang rindu itu berat, justru menentukan pilihan politiklah yang berat. Gejala ini terdapat pada mereka generasi milenial, informasi begitu deras diperoleh namun tak begitu cukup memberi kesimpulan bagi generasi ini untuk menentukan pilihan politiknya kelak. Partisipasi dan rasionalitas terhadap lingkungan mereka cukup besar, akan tetapi menjadi apatis terhadap struktur bernegara juga begitu menghantui. **

Perempuan Yang Menolak Kalah

Lokasi Foto: Pelabuhan Feri Mawasangka, Buton Tengah Seringkali orang-orang hebat itu, bukan berasal dari kilaunya lampu kamera, ramainya kemunculannya pada televisi atau riuhnya sorak sorai orang-orang saat ia muncul. Tapi, kadang kala orang-orang hebat itu berada di tempat yang sunyi, jarang dilewati kebanyakan orang bahkan pada tempat yang seringkali tidak sadari. Mereka terus bergerak, memberi nilai, merubah keadaan dan mencipta keajaiban kecil bagi lingkungannya. Pada beberapa bulan lalu saya berkunjung ke panti asuhan yang sekaligus pesantren Al Ikhlas, Kaisabu. Seperti biasa, turun dari kendaraan saya bertanya pada salah seorang anak disitu. Ustad mana? Ia jawab, di dalam ada ummi. Lalu saya masuk, bertemu ummi. Pertanyaan pertama setelah mengenalkan diri, saya tanya "ummi, ustad mana?". Beliau terpaku sebentar, lalu tersenyum kemudian menjawab "ustad sudah tidak ada". Ada titik bening disudut mata beliau. Saya kembali bertanya,"maksudnya ummi?". ...