Langsung ke konten utama

Tentang Mimpi...


Tahukah Kamu tentang Mimpi?
Mimpi untuk memperoleh sesuatu
Menggambar harapan-harapan
Atas sebuah cita-cita?

Saya pernah memiliki mimpi,
Kemudian menuliskannya pada kertas,
Namun ingatan melupa kondisi kertas selanjutnya,
Hujan mendapatinya sehingga air menghapuskannya.

Saya pernah memiliki mimpi,
Kemudian menuliskannya kembali pada pasir,
Namun diri tak pernah menyadari,
Angin berhembus dan menghapus tulisan diatas pasir.

Saya pernah memiliki mimpi,
Kemudian menuliskannya lagi pada bebatuan tepi pantai,
Namun cuaca selalu berubah dan ombak datang menghempas,
Ombak perlahan menghancurkan pahatan tulisan diatas bebatuan.

Akan tetapi, saya belajar dari hikmah
Bahwa mimpi tak cukup untuk dituliskan,
Namun mimpi itu dilakukan,
Dilakukan dalam serangkain usaha.

Akhirnya, saya menyadari sesuatu,
Maka tuliskanlah MIMPImu diatas langit Harapan,
Tulislah dengan pena USAHA yang menggunakan tinta CITA-CITA,
Kemudian bingkailah dengan TAWAKKAL kepada-Nya.

Kini, maukah kau bercerita tentang mimpimu??

Meja Kerja,
[Surakarta, 16 April 2013]

Komentar

Tulisan Populer

JANGAN MENGUTUK SEPI DI TENGAH KERAMAIAN

Merasa sepi adalah bagian dari esensi kepemilikan rasa oleh manusia, namun terkadang perasaan sepi menjadi bagian penghalang terhadap sesuatu yang lebih produktif. Perasaan sepi setidaknya pernah dirasa oleh setiap manusia. Berbagai macam alasan bisa muncul dari adanya perasaan sepi ini, mulai dari sesuatu yang termiliki hingga sesuatu yang menyangkut posisi keberadaan makhluk. Namun perasaan sepi dimaksud disini adalah perasaan sepi yang lain, bukan karena kesendirian disuatu tempat, tapi lebih menyangkut sesuatu yang termiliki dalam rasa (baca: hati).

Nyanyian Bocah Tepi Pantai

Gambar disini Diantara bagian pulau yang menjorok kelaut, terselip sebuah kehidupan manusia sederhana. Bocah-bocah manusia yang menggambar masa depannya melalui langkah-langkah diatas pasir, mempelajari kehidupan dari nyanyian angin laut, dan menulisakan kisah melalui deburan ombak yang mengajari menggaris tepi daratan dengan buihnya. Hari-harinya dilakukan dilaut, berkomunikasi dengan laut sekitar. Setiap hal diberikan oleh laut, kecuali sesuatu yang selalu dinantikan mereka, sesuatu yang selalu dinanti anak manusia dalam hidup, dan menjadi kehidupan bagi generasinya mendatang, yakni sesuatu yang berwujud kesempatan. Kesempatan yang disebut kasih sayang Ina’ [1] mereka.