Langsung ke konten utama

Dear; Adik-Adik SMA yang akan UAN

Gambar disini



Assalamualaikum..

Bagaimana kabarmu hari ini? masihkan berkelindan dikepalamu mengenai pelajaran-pelajaran yang diberikan guru di kelas, sehingga ketika tidurpun mimpi yang kaudapati tidak jauh berbeda dengan apa yang guru dikelas sampaikan, bahwa soal-soal inilah yang akan muncul.

Masihkan kental dalam pikiranmu mengenai predikat lulus dan tidak lulus? Padahal kamu sendiri paham, kalau selama 3 tahun yang kau jalani tidaklah adil jika hanya dalam beberapa hari diulang dan menjadi penilaian mutlak untuk lulus. Bukankah pengetahuan itu lahir karena proses yang dimulai pada awal waktu, bukan saja pada titik akhir pengalaman. Seperti kupu-kupu yang menajubkan karena melalui proses metamorfosisnya yang utuh kemudian menjadikannya indah pada akhirnya.

Saya melihat di beberapa surat kabar, memberitakan teman-temanmu di beberapa daerah menggelar semacam terapi stress, sholat istigosah, yasinan bersama, dzikir dan doa bersama, hingga ada yang mengikuti semacam ritual kepada “orang-orang pintar” yang tak pernah lulus dari sekolah menengah pertama itu. apakah kalian hari ini berpikiran untuk melakukan seperti itu juga? Saya berharap tidak adik-adikku...

Oh iya, setahun lalu hal serupa juga terjadi. Bukan siswa seperti kalian saja yang stress namun guru, kepala sekolah juga ikut-ikutan stress, namun stress yang seperti siswa alami itu tidak sama dengan stress mereka. Mereka stress karena takut siswanya banyak yang tidak lulus, maka predikat sekolah mereka akan menurun pula. Ingat, predikat sekolah. Lalu kalian sibuk membuat, merapal dan menghafal doa-doa yang bahkan itu baru kalian sebutkan pada saat akan ujian, bukan disaat kau menjalankan kewajiban ibadahmu, lima kali sehari itu. hanya untuk mempertahankan predikat sekolah kalian dan kebanggaan dari guru dan sistem pendidikan kita, bukan karena untuk menunjukkan kemampuan pengetahuan kalian kepada dunia.

Kalian kenal dengan sastrawan Pramudya Ananta Toer?, mungkin namanya jarang terpampang dalam buku-buku sejarah atau bahasa kalian, yang hanya mampu menampilkan kisah kisah yang bukan berasal dari bangsa kita. Padahal Pramudya lebih dikenal oleh dunia tapi tidak oleh bangsanya sendiri, dalam salah satu pesannya mengatakan “Seorang yang berpengetahuan harus bisa melawan ketakutannya, karena ketakutan dalah salah satu bentuk ketidaktahuan. Dan saat ini, pasti dalam benak kalian bahwa UAN itu adalah semacam ketakutan baru didalam pendidikan dan masadepan kalian.

Jika memang kalian yakin dengan pencapaian, usaha dan belajar sungguh-sungguh kalian sejak 3 tahun lalu, kenapa mesti takut menghadapi UAN? Bukan UAN yang akan menentukan masa depan kalian kok, tapi kalian sendiri. Yakinlah bahwa Allah itu tau yang terbaik buat tiap-tiap hamba-Nya.

Tetaplah berusaha semampumu, dik. Tidak perlu takut dengan UAN, toh UAN juga buatan manusia dan bisa saja salah. Tapi Allah Swt. tidak pernah ingkar dengan janjinya, namun jika masih saja kebimbangan itu terpatri dalam pikiranmu, tekadkanlah usahamu semaksimal mungkin, berdoa dan sisanya tawakkallah kepada-Nya dengan berbuat baik dengan orang lain. Karena barang siapa membantu keperluan saudaranya, maka Allah akan membantu keperluannya juga.

masa depanmu itu ada ditanganmu sendiri, bukan ditangan pembuat sistem UAN..jadi tak perlu repot buat terapi-terapian yaa...

Selamat UAN adik-adik....

[surakarta,11 april 2013]

Komentar

Tulisan Populer

JANGAN MENGUTUK SEPI DI TENGAH KERAMAIAN

Merasa sepi adalah bagian dari esensi kepemilikan rasa oleh manusia, namun terkadang perasaan sepi menjadi bagian penghalang terhadap sesuatu yang lebih produktif. Perasaan sepi setidaknya pernah dirasa oleh setiap manusia. Berbagai macam alasan bisa muncul dari adanya perasaan sepi ini, mulai dari sesuatu yang termiliki hingga sesuatu yang menyangkut posisi keberadaan makhluk. Namun perasaan sepi dimaksud disini adalah perasaan sepi yang lain, bukan karena kesendirian disuatu tempat, tapi lebih menyangkut sesuatu yang termiliki dalam rasa (baca: hati).

Nyanyian Bocah Tepi Pantai

Gambar disini Diantara bagian pulau yang menjorok kelaut, terselip sebuah kehidupan manusia sederhana. Bocah-bocah manusia yang menggambar masa depannya melalui langkah-langkah diatas pasir, mempelajari kehidupan dari nyanyian angin laut, dan menulisakan kisah melalui deburan ombak yang mengajari menggaris tepi daratan dengan buihnya. Hari-harinya dilakukan dilaut, berkomunikasi dengan laut sekitar. Setiap hal diberikan oleh laut, kecuali sesuatu yang selalu dinantikan mereka, sesuatu yang selalu dinanti anak manusia dalam hidup, dan menjadi kehidupan bagi generasinya mendatang, yakni sesuatu yang berwujud kesempatan. Kesempatan yang disebut kasih sayang Ina’ [1] mereka.