Gambar disini |
Setiap pagi sehabis
membenahi rumah, mengisi air di bak penampungan, membersihkan piring sisa
semalam, olahraga pagi dan menyapu halaman rumah. Sejenak sebelum seisi rumah
memulai hari dengan aktivitas masing-masing, kekantor, kekampus, dan aktivitas
pekerjaan lainnya. Ada sebuah kebiasaan yang selalu dijalani dirumah, ngopi pagi bersama. Sebuah hal yang
terbiasa dilakukan dan dianggap wajar oleh kami, namun ini adalah salah satu
model “family time” khas kami.
Keluarga sederhana.
Kebiasaan di keluarga
kami ini memang tanpa disadari terjalani dengan begitu saja tiap hari, kecuali
bulan ramadhan tentunya, kan pagi puasa!. Saya kurang tau pastinya kebiasaan
ini dimulai, namun seingat saya ketika saya menyelesaikan studi sarjana di
makassar rutinitas ini selalu terjalani tiap pagi dirumah, setidaknya
pengamatan langsung yang saya lakukan seperti itu. dan satu hal lagi, bahwa
entah mulai kapan mama menyukai meminum kopi dipagi hari.
Ketika almarhum bapak
masih ada, biasanya yang cuman ngopi adalah beliau. Dan saya sendiri mulai
ngopi pada waktu mulai kuliah, karena sebagian besar kawan adalah perokok dan
saya mengalihkan diri pada ngopi. Kenapa saya tidak merokok? Padahal almarhum
bapak adalah seorang perokok, dan kebiasaan ini seringkali dijengkeli oleh
mama. Karena hampir setiap sudut rumah adalah asbak, dan bekas lubang api rokok
bisa ditemui di taplak meja, kursi dan bahkan tikar dirumah (untungnya di
tempat tidur tidak ada heheh). Alasannya karena saya ingi membuktikan ke
orang-orang, bahwa kalau bapaknya perokok maka anaknya perokok juga. Dan hal
ini tidak terjadi pada keluarga kami, hipotesis anda?
Kebiasaan ngopi dari
makassar ini, saya bawa pulang kerumah kalau liburan kuliah yang biasanya hanya
pada saat lebaran Idul Fitri. Nah, kebiasaan ini awalnya cuman saya sendiri
dirumah membeli beberapa bungkus kopi diwarung kemudian menyeduhnya pada pagi
hari. Entahlah mungkin pada waktu itu, mama memperhatikan hal itu kemudian
setiap pulang dari koperasi (tempat awal mama bekerja dan hingga sekarang,
sedangkan penempatan PNS beliau di Dinas Pendapatan Kota Baubau) beliau
membawakan serenteng kopi buat saya. Kemudian beliau juga mulai coba-coba dan
menyukainya, dan jadilah kemudian kebiasaan ini, ngopi pagi bersama. Adik-adik
saya (Dian dan Isma) cuman sekali-sekali untuk ngopi, namun untuk ngumpulnya
sama, setiap pagi seperti itu.
Mulai dari kebiasaan
tersebut kemudian, setelah saya menyelesaikan studi sarjana di Makassar. Hampir
setiap pagi kebiasaan ini dilakukan, waktu ngopi ini adalah antara jam 07.00 –
09.00 (2 jam), ngopi pagi bersama
didepan tivi sambil menonton berita pagi atau ceramah pagi di televisi,
biasanya ditemani dengan kue-kue atau pisang goreng dari hasil kebun mini depan
rumah kami. Ruangan tengah rumah kami yang lebih luas dari ruangan lainnya
adalah titik kumpul kami, biasanya semuanya disitu pada pagi hari.
Saya sendiri biasanya
setelah olahraga pagi dan menyapu halaman akan ikut bergabung disitu. Semenjak
Kakak (semestinya adalah Paman, namun saya merasa dia adalah kakak saya karena
dari kecil ikut sama mama) Ito, memutuskan ikut tinggal bersama dirumah setelah
meninggalnya Almarhum bapak dan saya berangkat kuliah di makassar menjadikannya
semakin ramai.
Cukup bahas sejarahnya
kebiasaan tersebut, yang ingin disampaikan disini adalah bagaimana sebuah
kebiasaan ngopi pagi ini adalah menjadi
ketaksadaran keluarga kami bahwa ini adalah family
time keluarga kami semenjak ditinggal oleh almarhum bapak tahun 2006 silam.
Biasanya setiap kali ke pasar atau ke koperasi, jika saya yang mengantarkan
mama pertanyaan yang selalu sama adalah, masih ada kopi dirumah?
Kebiasaan ini kemudian
berkembang menjadi waktu kami untuk mengeluarkan uneg-uneg tentang hari
kemarin, atau ada pekerjaan yang belum selesai, atau ada kegiatan baru saya,
bahkan bisa banyak hal. Dua jam itu kadang terlewati dengan singkat, saling
curhat masalah atau pengalaman kemarin. Biasanya juga diselingi dengan candaan
kami sekeluarga, dan biasanya yang menjadi candaan adalah igo dan erna (dua
kakak beradik kemenakan kami berasal dari sepupu dua kali yang rumahnya depan
rumah kami, tapi tinggal dirumah dari
kecil hingga sekarang, namun kami lebih menganggapnya sebagai adik).
Memang kami tidak
pernah menyadari hal ini, ngopi pagi sebagai sebuah arena kami berkumpul untuk
kemudian terpisah melakukan aktivitas masing-masing yang biasanya ketemu pada
siang atau sore itupun biasanya kembali keluar hingga malam baru pulang.
Kualitas dari pertemuan ini terkadang tidak disadari oleh kami, namun menjadi
ajang menyuarakan masalah masing-masing.
Hal ini mungkin yang
orang-orang kebanyakan, biasanya mengidap pada keluarga kaya terhadap masalah
psikologis keluarga mereka. Kekeringan pada kuntitas pertemuan keluarga yang
berimbas pada kurangnya bahkan bisa hilangnya kualitas kekerabatan keluarga.
Dan kondisi ini yang biasa kita menyadarinya sebagai “broken home”, konflik
keluarga dan beberapa lainnya yang diidap masyarakat modern hari ini, yang
lebih menonjol pada kebiasaan individualitik mereka.
Waktu yang saya sebut family time yang tak disadari ini,
dikemudian hari mungkin bisa jadi efektif untuk saling berbagi masalah
masing-masing di keluarga. Walaupun memang untuk keluarga sederhana kami
mungkin permasalahan pun akan sederhana, tapi semoga hal ini tetap terjaga
hingga nanti. Tidak perlu ke restoran mewah, family gathering di tempat mewah
seperti yang mereka lakukan, tapi kami cukup membuat kopi dan ngumpul di pagi
hari sebagai ajang kumpul keluarga, Family
time.
Saat ini entah
bagaimana disana, saya sendiri yang kembali menjalani studi di tanah jawa.
Disamping itu kakak Ito yang sudah menikah, tentu waktunya sebagian besar
dirumah keluarga istrinya walaupun seringkali juga datang kerumah. Untuk itu
saya selalu rindu dengan family time ini, selalu rindu dengan candaan dan
saling berbagi cerita pada pagi hari. Ada sebuah spirit yang selalu bisa saya
bawa kemanapun saya pergi, saya bisa cerita kesiapapunn bahwa disana saya memiliki keluarga kecil dan
sederhana yang memiliki kebiasaan unik. Ngopi
pagi bersama.
gambar disini |
Kelak saya juga akan
lebih berfokus pada keluarga saya sendiri, ketika sudah menikah nantinya. Tapi
apapun itu, kebiasaan ini tetap dijaga dan saya akan tetap menjaganya. Ngopi
pagi bersama diruang tengah depan televisi, sambil berbincang-bincang mengenai
banyak hal. Kelak keluarga saya nanti,
harus punya hal seperti ini juga.
Saya yakin, kebiasaan
ngopi pagi bersama yang saat ini saya sadari sebagai family time adalah hal yang unik dikeluarga kami. Sejak kuliah
dijawa, terkadang beberapa atau malah lebih sering, ketika diajak keluar
sarapan oleh kawan, saya biasanya hanya ngopi,
yaa hanya ngopi!. Itu karena saya
ingat rumah dan bisa jadi kalian sedang melakukan hal yang sama, ngopi bersama.
Jadi apapun jarak yang tercipta antar keluarga kami, kebiasaan ini yang akan
tetap menjadi alasan penyatuan itu.
Semoga hal ini, family time kami. Seperti yang terbangun
dalam pikiran saya, bahwa kebiasaan ngopi dalam kebersamaan adalah bagian dari
keluarga kami. Bukan hanya kemudian kami berkumpul bersama karena kami sadar adalah
sebuah keluarga, namun karena kami keluarga maka berkumpul adalah tidak saja
karena kami menyadarinya tapi berkumpul adalah yang terjalani dalam keluarga
kami. Keluarga sederhana, yang memiliki kebiasaan ngopi pagi dan itu saya sebut family
time kami.
Saya kangen dengan
kebiasaan keluarga kami ini, terutama mama yang selalu memperhatikan “stok”
kopi kami. Semoga kalian baik dan selalu sehat disana, saya akan kembali dan
bercerita banyak hal tentang perjalanan saya disini, pada saat masing-masing
sibuk dengan gelas kopi masing-masing dipagi hari. Saya kangen kalian, keluarga
sederhanaku.
_
Surakarta_3/2/2013_
Komentar