Langsung ke konten utama

Pahamkan Mereka Dengan Sederhana



Beberapa waktu lalu, ketika singgah untuk sedikit ngopi di salah satu angkringan depan kampus. sembari mengisi pandangan pada serangkaian jalur jalan, mobil motor hingga bus-bus besar luar kota berlalu lalang. entah mereka seperti memparodikan jalannya kehidupan di depanku, yakni kehidupan itu dijalani dan selalunya bergerak kedepan.

Namun ada yang berbeda dengan bapak angkringan (yang saya panggil pak Le'), pertanyaan yang berbeda seperti biasanya kalau saya singgah di angkringannya. awalnya pak le' cuman bertanya saya sering sholat subuh berjamaah ke masjid? saya bilang iya, tapi tidak sering juga sih karena kadang ketiduran heheheh. katanya lagi, saya mau berjamaah subuh juga, nanti kita sama-sama ya? (cuman mengangguk dan tersenyum tidak ada yang bisa saya katakan). 

Terus pak le' melanjutkan, bahwa masa saya mau begini terus mas. Saya mau juga sholat, setidaknya saya bisa berubah kayak dulu, jarang bahkan tidak sholat sama sekali. kita juga mesti punya pegangan amalan dengan Tuhan kan. saya terdiam saja, lama saya cari kata-kata untuk menyampaikan sesuatu, untuk bisa memperkuat niatnya. tapi hanya "yang penting niatnya pak le' dulu yang diperkuat, Insya Allah lancar". sebatas itu, lalu pak le' bercerita panjang tentang pengalamannya lagi, makanya dia mau sholat. Insya Allah katanya.

Lalu apa yang ingin saya bahas dalam postingan ini adalah betapa susahnya lidah ini mengatakan hal yang sederhana, memberikan pemahaman sedikit dari sedikit yang saya pahami tentang Agama. padahal alasan pak le' menceritakan ini, karena mau curhat sama saya yang menurut sangkaannya banyak tahu tentang Agama. Sayapun lagi belajar, pak le' saya membela diri, namun dia hanya tersenyum. saya tahu dari gelagatnya, saat itu sangkaannya bahwa saya sedang merendah. padahal betulan saya juga masih belajar tentang Agama. makanya saya cuma bisa bilang "Yang penting niatnya", betapa beratnya lidah untuk menyederhanakan kata-kata untuk bisa menambah semangat dan memperkuat niatan pak le' tadi.

Menyederhanakan sesuatu yang kita peroleh di buku-buku, atau kondisi lainnya dalam pembelajaran cukup sulit bagi saya. Menggunakan istilah-istilah ilmiah dan cukup susah bagi sebagian orang tidak bisa saya hindari. kesannya kemudian menjadikan orang yang ingin saya sampaikan pesan itu bingung, dengan apa yang saya katakan. saya mesti lebih banyak belajar tentang bagaimana meramu kesederhanaan ini jika ingin membantu memahamkan orang lain. kalau tidak salah ada Hadist Nabi Saw yang mengatakan Pahamkan mereka sesuai dengan kapasitas mereka.

Sampaikanlah walau satu ayat, saya selalu ingat dengan ini namun jika bahasa yang kita gunakan juga terlalu ilmiah maka akan membingungkan, kan? saya pun teringat pada beberapa hal lainnya, cerita dengan bapak dan ibu sekitaran pondokan. karena mereka tahu saya dari sosial politik, mereka berkomentar politik itu kotor ya? saya mau bilang apa pada mereka? menjelaskan politik dari kajian filsafat klasik hingga postmodernisme? dari mistis, metafisik hingga saintifik seperti kata hume? pasti mereka bingung. padahal kalau saja disederhanakan pasti mereka paham, bahwa politik dengan kekotorannya itu dua hal yang berbeda, yang satu adalah ilmunya dan satunya adalah praktek yang dilakukan para pelakunya.

Hal ini masih menyangkut politik, lalu bagaimana dengan kiranya menyangkut persoalan pemahaman Agama, dengan berbagai mazhab, sekte, aliran, pandangan, jalan, dan banyak lainnya yang kita temukan hari ini? apakah mereka yang tak pernah tahu atau diberitahu itu, ketika melakukan penyimpangan maka mereka akan kita salahkan bahwa "sesat"? padahal kita yang tahu belum pernah memberitahukan kepada mereka tentang itu, dan mereka mendapati jawaban keresahan mereka di sisi yang kita pahami itu salah? kita mesti belajar lagi untuk itu, terutama saya ini kayaknya.

Mencari pandangan yang sederhana ini bakalan menjadi pe-er saya kayaknya saat ini. namun setelah beberapa waktu saya berfikir, dan ini sebenarnya ingin saya menuliskannya dalam status di FB namun bagusnya di bahas disini karena kepanjangan nantinya hehe. begini ilustrasinya :
Ada seorang anak bertanya, Ibadah itu apa, kak?
jawaban I  : Ibadah itu adalah menjalankan segala perintah-Nya. Ibadah itu Syahadat, Sholat 5 kali sehari itu wajib ada juga yang sunah, bacaaannya, niatnya,posisinya harus benar. Puasa di bulan Ramadhan wajib bagi setiap muslim, ada juga puasa sunah senin-kamis, puasa daud dan banyak lagi.....
jawaban II : Ibadah itu berbuat baik kepada siapapun itu sudah dihitung ibadah oleh Allah Swt.

kedua jawaban diatas, sama benarnya. hanya saja dari seorang anak yang belum paham betul dengan banyak hal, banyak kosakata. jadi saya pikir jawaban kedua lebih mudah dicerna olehnya. baru kemudian biarkan dia diberikan pemahaman untuk tahu yang lebih jauh. pemahaman awal berada pada dasar Tauhid dulu, baru kemudian pada pemahaman lainnya. karena saya juga bingung dengan banyaknya mazhab, kelompok yang saling klaim kebenaran bahkan ada beberapa yang saling menyesatkan satu sama lain. yang jelas pemahaman kita tentang Tauhid adalah yang utama, Rasulullah Saw. meriwayatkan  bahwa segala sesuatunya tergantung niatnya. kalau niatnya baik, Insya Allah akan baik semuanya.

Terakhir, semoga pak' le bisa memperkuat niatnya untuk mau sholat berjamaah. kata terakhir waktu itu saya bilang, kalau sholat berjamaah itu bisa menguatkan kita apalagi pada saat punya masalah, sholat berjamaah serasa kita sedang membagi masalah itu buat dipikul berjamaah. oke, cukup sampai disini saya mau melanjutkan bacaan saya...oh iya, sekalian mengunjungi kembali pak le' di depan, mungkin  dia mau melanjutkan "curhatnya". saya sudah mempersiapkan kata-kata yang sederhana. :)

_Surakarta,22 Febuari 2013_
(19:54)

Komentar

Tulisan Populer

JANGAN MENGUTUK SEPI DI TENGAH KERAMAIAN

Merasa sepi adalah bagian dari esensi kepemilikan rasa oleh manusia, namun terkadang perasaan sepi menjadi bagian penghalang terhadap sesuatu yang lebih produktif. Perasaan sepi setidaknya pernah dirasa oleh setiap manusia. Berbagai macam alasan bisa muncul dari adanya perasaan sepi ini, mulai dari sesuatu yang termiliki hingga sesuatu yang menyangkut posisi keberadaan makhluk. Namun perasaan sepi dimaksud disini adalah perasaan sepi yang lain, bukan karena kesendirian disuatu tempat, tapi lebih menyangkut sesuatu yang termiliki dalam rasa (baca: hati).

Nyanyian Bocah Tepi Pantai

Gambar disini Diantara bagian pulau yang menjorok kelaut, terselip sebuah kehidupan manusia sederhana. Bocah-bocah manusia yang menggambar masa depannya melalui langkah-langkah diatas pasir, mempelajari kehidupan dari nyanyian angin laut, dan menulisakan kisah melalui deburan ombak yang mengajari menggaris tepi daratan dengan buihnya. Hari-harinya dilakukan dilaut, berkomunikasi dengan laut sekitar. Setiap hal diberikan oleh laut, kecuali sesuatu yang selalu dinantikan mereka, sesuatu yang selalu dinanti anak manusia dalam hidup, dan menjadi kehidupan bagi generasinya mendatang, yakni sesuatu yang berwujud kesempatan. Kesempatan yang disebut kasih sayang Ina’ [1] mereka.