Langsung ke konten utama

........Sudah di Surga.!




Rahasia jodoh, rejeki dan kematian adalah bagian dari ketetapan-Nya, yang patut kita senantiasa berprasangka baik terhadap itu. tidak ada sesuatu yang terjadi secara kebetulan, tanpa sebab musababnya, dan tanpa ketiadagunaan, semua terhadirkan karena ada sebuah hikmah bagi orang-orang yang mengerti.

Terkadang memang apa yang diberikan-Nya kepada kita, berupa rasa sakit, kemiskinan, ditinggalkan oleh orang-orang yang kita sayangi dirasa sangat berat, namun Dia lebih tahu mana yang terbaik bagi makhluk-Nya. Bersyukur adalah salah satu kunci untuk dapat menangkap setiap hikmah yang ada, saat ini kita mendapat sakit namun disisi lain perhatian lebih dari keluarga dan orang-orang sekitar yang kita dapati. Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan (QS.[99];6).

Mendapatkan kabar duka, karena ada yang meninggal apakah itu berasal dari keluarga, teman, tetangga atau siapaun yang kita kenal tentunya menjadi perasaan tersendiri. Ada sebuah kenyataan yang tidak bisa kita mengelak olehnya. Kamatian. Kita tidak pernah tahu kapan, dimana atau seperti apa nanti kita akan menghadap Sang Khalik pemilik kehidupan ini. kematian menghampiri orang-orang yang sudah waktunya, tua muda, sakit sehat, apapun kondisinya jika telah waktunya tak dapat ada yang menolak. Tiap-tiap yang hidup pasti akan mati.

Pun, kemudian saat ini keadaan kita sehat wal afiat belum tentu kita bisa memprediksikan besok masih bisa menghirup udara dunia? Apakah kita atau orang tua kita yang akan dahulu dipanggil oleh-Nya, tidak ada yang tahu. Namun bagaimana jika kemudian orang tua kita duluan yang dipanggil, kita memang menyanyangi mereka namun Allah Swt. lebih menyanyanginya, kan?

Sekitar lebih dari seminggu yang lalu, saya mendapat sms perihal meninggalnya ibu/ mama dari seorang anak yang pernah saya bercerita tentangnya diblog ini. Menurutku kematian adalah bagian dari jalan kisah-Nya, rahasia-Nya, dan selalu ada rencana terbaik yang diskenariokan kepada hamba-Nya jika kita kemudian mampu mengambil pelajaran.

Ditinggalkan oleh orang yang kita cintai, bisa menjadi hal terberat untuk diterima namun apapun itu kita sebagai hamba-Nya tidak bisa menolak skenario yang dilakukan-Nya. Bukankah segala sesuatu yang terbaik buat umat manusia, Allah lebih tahu tentang itu. Namun bagaimana kemudian ini dipersangkutkan dengan pola penerimaan manusia, dewasa dan anak-anak tentu akan berbeda.

Saya berpikir mengenai penerimaan oleh anak-anak, bagaimana tingkah pola mereka yang lucu, lugu, dan sebagain besar digerakkan oleh kesenangan. Namun kemudian diperhadapkan dengan suatu kondisi ditinggalkan oleh orang yang disayanginya, dalam hal ini orang tua apalagi sosok ibu/mama. Pada posisinya orang dewasapun cukup sulit untuk menjelaskan hal ini kepada pemahaman anak-anak, kehilangan bagi mereka adalah kebelum mengertian baru.

Namun ada hal-hal yang orang dewasa melupa dengan kondisi masa kecil mereka, yakni rasa atau bisa jadi telepati, keterhubungan antara anak dan orang tuanya. Saya meyakini mereka memiliki “rasa” yang orang dewasa terkadang kehilangan ini. rasa yang menjadikan mereka mengerti melampaui simbol, rasa yang lebih dalam, ikhlas, lugu dan bisa jadi nyata, namun dimata orang dewasa mungkin hilang atau terpendam dalam kedewasaan.

Anak-anak mungkin belum mengerti dengan serangkaian kisah ditinggalkan oleh orang-orang disayanginya ini, mereka belum mengerti banyak. Namun terkadang pencarian pengertiannya itu yang membuat orang dewasa kadang tercekat. Bilamana kemudian, seorang anak mencari mamanya yang telah meninggal, menanyakan mama kenapa?, mamanya kemana? Kenapa mamanya diam saja waktu dipanggilnya?.

Mungkin jawaban bisa diberikan saat itu, namun bagaimana dengan malam-malam berikutnya, hari-hari berikutnya? Mereka akan mulai mengerti, mengerti bahwa mereka saat itu telah kehilangan. Tapi ada sesuatu yang mereka bisa mengerti, dan biasanya mereka bisa merasakannya sendiri. Anak-anak lebih mengenal surga, jika mereka telah mengerti arti kehilangan yang mereka tahu orang yang disanyanginya itu di surga, ya di surga. Neraka dikenal mereka hanya bagian dari orang-orang jahat dan diluar dari orang-orang yang dikenalnya.

Bagi saya, mungkin ini bagian dari bagaimana mereka berdoa. Doa pertama yang langsung meminta kepada-Nya, dengan keluguan anak-anak. “Mama saya sudah disurga” [Aamiin], kata yang tak pernah ada mengajarkannya mereka katakan. Kata yang jauh dan sangat jauh datang dari dalam hatinya, ikhlas. Doa anak soleh/soleha yang diijabah oleh Allah Swt. Seorang anak yang belum mengerti arti kehilangan, namun tahu tentang surga untuk kedua orang tuanya, untuk mama yang disayanginya. Sangat.

Jadilah Anak Soleh/Soleha

Bersyukurlah kalian yang hingga kini masih memiliki orang tua yang lengkap, berkhidmatlah kepada keduanya sesungguhnya ridho orang tua adalah ridho Allah Swt. Carilah jalan surgamu melalui keduanya, bahwa surga ada ditelapak kaki ibu. Lalu bagaimana dengan kita dan sebagian yang lain, yang Allah berkehendak lain? Apa yang bisa kita persembahkan kepada keduanya? Atas perjuangan dan kasih sayangnya kepada anak-anaknya?.

Bisa jadi, orang tua tidak pernah mengharapkan kita memenuhinya dengan serangkaian materi maupun barang-barang lainnya. cukup menjadi anak yang baik untuk keduanya, dan memberikan kebanggaan keduanya sehingga mengangkat nama baik keduanya adalah sudah lebih dari cukup. Karena seperti apapun kita berusaha mengganti kasih sayang keduanya kepada kita dengan materi, tidak akan pernah bisa menggantikannya.

Sedangkan bagi yang sudah meninggal, bagaimana kita membalas semua perjuangan dan pengorbanan orang tua terhadap kita, anaknya?. Hal paling sederhana adalah menjadi anak baik dalam bahasa agamanya anak soleh dan soleha. Rasulullah Saw. Bersabda ada tiga amalan yang tidak putus dari umatku yang telah meninggal, Amal Jariyah, Ilmu yang manfaat, dan Doa anak sholeh (HR. Bukhari). Bukankah kita masih bisa mengabdi kepada keduanya, dengan pilihan menjadi anak sholeh?

Kita mungkin tidak punya waktu, materi, uang untuk membahagiakan mereka pada masa hidupnya, namun pengabdian kita pada bagaimana menjadi anak yang baik (sholeh/sholehah). Menjadi “aset” bagi timbangan amal kedua orang tua kita kelak, pilihan yang sederhana atas kecintaan kita kepada keduanya. Menjadi anak yang baik, menyambung silaturahim dengan kenalan orangtua kita, bermanfaat bagi lingkungan sekitar, menyebar kebaikan walau kecil. Karena semuanya akan diperhitungkan di hari pembalasan nanti, dan orang tua menjadi tersebab adanya amalan-amalan itu.

Seperti dicontohkan oleh Rasulullah Saw. Yang senantiasa mengunjungi makam orang tua beliau dan mendoakannya. Disamping sebagai pengabdian beliau kepada kedua orang tuanya dan juga sebagai petunjuk untuk selalu mengingat kematian. Sesuatu yang sudah pasti dari makhluk, setiap yang hidup pasti akan mati.

Jadilah anak yang sholeh, si kecil. Yakinlah setiap apa yang direncanakan oleh-Nya adalah terbaik, setiap apa yang diambilnya dari kita maka akan digantikannya dengan sesuatu yang lebih baik, setiap yang terjadi ada hikmah dibelakangnya, ambilah hikmah atas segala sesuatunya, terimalah dengan ikhlas, dan bersabarlah. Rekayasa-Nya selalu yang paling baik,de.

Jadilah anak yang soleh/soleha, yang membuat timbangan amalan mama menjadi berat. Yakinlah kalian akan dipertemukan dalam doa pertamamu saat ini, “mama sudah disurga”. Suatu saat, ketika kamu dewasa akan berubah “keluarga kita akan disurga”.

Jadilah anak yang soleh/soleha, yang ketika kamu dewasa kamu akan mengerti kamu adalah sebaik-baiknya perhiasan dunia. Bahkan bidadari bermata jeli akan cemburu padamu.

Saya tidak memiliki pengetahuan agama yang banyak, tapi jika kamu membutuhkan seseorang buat sharing, insya Allah saya siap walau sedikit yang kudapat berikan. Atau saya punya beberapa kenalan yang bisa turut membimbingmu.

“Ya Allah, Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Lindungilah kami dari godaan setan yang terkutuk. “
“Ya Allah, Maafkanlah dosaku dan dosa kedua orangtuaku, dan sayangilah mereka sebagaimana mereka menyanyangiku selalu”
Aamiin..
(Surakarta_09/02/2013)   

Komentar

Tulisan Populer

Kenangan Kambing

Entahlah kemarin pada saat selesai membaca sebuah novel berjudul Sepatu Dahlan yang ditulis oleh Krishna Pabichara, saya kemudian terkesan dengan semangat yang dimiliki oleh Dahlan dan Teman-temannya. Ada sebuah mozaik yang tertangkap oleh zaman dan akan terus terkenang oleh masa atas sebuah pencapaian mimpi anak manusia dan disertai dengan kerja keras. Banyak hal, banyak nilai yang dicatut dalam novel tersebut salah satu kata yang paling saya senangi dalam novel ini adalah “orang miskin cukup menjalani hidup dengan apa adanya”. Novel yang diangkat dari biografi hidup Dahlan Iskan (Menteri BUMN saat ini), walaupun begitu tetaplah cerita yang ditulisnya adalah sebuah fiksi yang ditambahkan bumbu tulisan disana-sini agar menarik tapi tetap memiliki keinginan kuat untuk menggambarkan kehidupan Dahlan Iskan, yang saat ini menjadi salah satu tokoh yang banyak menjadi inspirasi. Namun ada satu aktivitas Dahlan dalam cerita ini yang langsung memberi sebuah kenangan flashback bagi saya, ...

TANGKANAPO’: MENJADI GENERASI MILENIAL KOTA BAUBAU

Jika Dilan bilang rindu itu berat, justru menentukan pilihan politiklah yang berat. Gejala ini terdapat pada mereka generasi milenial, informasi begitu deras diperoleh namun tak begitu cukup memberi kesimpulan bagi generasi ini untuk menentukan pilihan politiknya kelak. Partisipasi dan rasionalitas terhadap lingkungan mereka cukup besar, akan tetapi menjadi apatis terhadap struktur bernegara juga begitu menghantui. **

Perempuan Yang Menolak Kalah

Lokasi Foto: Pelabuhan Feri Mawasangka, Buton Tengah Seringkali orang-orang hebat itu, bukan berasal dari kilaunya lampu kamera, ramainya kemunculannya pada televisi atau riuhnya sorak sorai orang-orang saat ia muncul. Tapi, kadang kala orang-orang hebat itu berada di tempat yang sunyi, jarang dilewati kebanyakan orang bahkan pada tempat yang seringkali tidak sadari. Mereka terus bergerak, memberi nilai, merubah keadaan dan mencipta keajaiban kecil bagi lingkungannya. Pada beberapa bulan lalu saya berkunjung ke panti asuhan yang sekaligus pesantren Al Ikhlas, Kaisabu. Seperti biasa, turun dari kendaraan saya bertanya pada salah seorang anak disitu. Ustad mana? Ia jawab, di dalam ada ummi. Lalu saya masuk, bertemu ummi. Pertanyaan pertama setelah mengenalkan diri, saya tanya "ummi, ustad mana?". Beliau terpaku sebentar, lalu tersenyum kemudian menjawab "ustad sudah tidak ada". Ada titik bening disudut mata beliau. Saya kembali bertanya,"maksudnya ummi?". ...