Rahasia jodoh, rejeki
dan kematian adalah bagian dari ketetapan-Nya, yang patut kita senantiasa
berprasangka baik terhadap itu. tidak ada sesuatu yang terjadi secara
kebetulan, tanpa sebab musababnya, dan tanpa ketiadagunaan, semua terhadirkan
karena ada sebuah hikmah bagi orang-orang yang mengerti.
Terkadang memang apa
yang diberikan-Nya kepada kita, berupa rasa sakit, kemiskinan, ditinggalkan
oleh orang-orang yang kita sayangi dirasa sangat berat, namun Dia lebih tahu
mana yang terbaik bagi makhluk-Nya. Bersyukur adalah salah satu kunci untuk
dapat menangkap setiap hikmah yang ada, saat ini kita mendapat sakit namun
disisi lain perhatian lebih dari keluarga dan orang-orang sekitar yang kita
dapati. Sesungguhnya bersama kesulitan ada
kemudahan (QS.[99];6).
Mendapatkan kabar duka,
karena ada yang meninggal apakah itu berasal dari keluarga, teman, tetangga
atau siapaun yang kita kenal tentunya menjadi perasaan tersendiri. Ada sebuah
kenyataan yang tidak bisa kita mengelak olehnya. Kamatian. Kita tidak pernah
tahu kapan, dimana atau seperti apa nanti kita akan menghadap Sang Khalik
pemilik kehidupan ini. kematian menghampiri orang-orang yang sudah waktunya,
tua muda, sakit sehat, apapun kondisinya jika telah waktunya tak dapat ada yang
menolak. Tiap-tiap yang hidup pasti akan
mati.
Pun, kemudian saat ini
keadaan kita sehat wal afiat belum tentu kita bisa memprediksikan besok masih
bisa menghirup udara dunia? Apakah kita atau orang tua kita yang akan dahulu
dipanggil oleh-Nya, tidak ada yang tahu. Namun bagaimana jika kemudian orang
tua kita duluan yang dipanggil, kita memang menyanyangi mereka namun Allah Swt.
lebih menyanyanginya, kan?
Sekitar lebih dari seminggu
yang lalu, saya mendapat sms perihal meninggalnya ibu/ mama dari seorang anak
yang pernah saya bercerita tentangnya diblog ini. Menurutku kematian adalah bagian
dari jalan kisah-Nya, rahasia-Nya, dan selalu ada rencana terbaik yang
diskenariokan kepada hamba-Nya jika kita kemudian mampu mengambil pelajaran.
Ditinggalkan oleh orang
yang kita cintai, bisa menjadi hal terberat untuk diterima namun apapun itu
kita sebagai hamba-Nya tidak bisa menolak skenario yang dilakukan-Nya. Bukankah
segala sesuatu yang terbaik buat umat manusia, Allah lebih tahu tentang itu. Namun
bagaimana kemudian ini dipersangkutkan dengan pola penerimaan manusia, dewasa
dan anak-anak tentu akan berbeda.
Saya berpikir mengenai
penerimaan oleh anak-anak, bagaimana tingkah pola mereka yang lucu, lugu, dan
sebagain besar digerakkan oleh kesenangan. Namun kemudian diperhadapkan dengan suatu
kondisi ditinggalkan oleh orang yang disayanginya, dalam hal ini orang tua
apalagi sosok ibu/mama. Pada posisinya orang dewasapun cukup sulit untuk
menjelaskan hal ini kepada pemahaman anak-anak, kehilangan bagi mereka adalah kebelum
mengertian baru.
Namun ada hal-hal yang
orang dewasa melupa dengan kondisi masa kecil mereka, yakni rasa atau bisa jadi telepati,
keterhubungan antara anak dan orang tuanya. Saya meyakini mereka memiliki
“rasa” yang orang dewasa terkadang kehilangan ini. rasa yang menjadikan mereka
mengerti melampaui simbol, rasa yang lebih dalam, ikhlas, lugu dan bisa jadi
nyata, namun dimata orang dewasa mungkin hilang atau terpendam dalam kedewasaan.
Anak-anak mungkin belum
mengerti dengan serangkaian kisah ditinggalkan oleh orang-orang disayanginya
ini, mereka belum mengerti banyak. Namun terkadang pencarian pengertiannya itu
yang membuat orang dewasa kadang tercekat. Bilamana kemudian, seorang anak
mencari mamanya yang telah meninggal, menanyakan mama kenapa?, mamanya kemana?
Kenapa mamanya diam saja waktu dipanggilnya?.
Mungkin jawaban bisa
diberikan saat itu, namun bagaimana dengan malam-malam berikutnya, hari-hari
berikutnya? Mereka akan mulai mengerti, mengerti bahwa mereka saat itu telah
kehilangan. Tapi ada sesuatu yang mereka bisa mengerti, dan biasanya mereka
bisa merasakannya sendiri. Anak-anak lebih mengenal surga, jika mereka telah
mengerti arti kehilangan yang mereka tahu orang yang disanyanginya itu di
surga, ya di surga. Neraka dikenal mereka hanya bagian dari orang-orang jahat
dan diluar dari orang-orang yang dikenalnya.
Bagi saya, mungkin ini
bagian dari bagaimana mereka berdoa. Doa pertama yang langsung meminta
kepada-Nya, dengan keluguan anak-anak. “Mama
saya sudah disurga” [Aamiin], kata yang tak pernah ada mengajarkannya
mereka katakan. Kata yang jauh dan sangat jauh datang dari dalam hatinya,
ikhlas. Doa anak soleh/soleha yang diijabah oleh Allah Swt. Seorang anak yang
belum mengerti arti kehilangan, namun tahu tentang surga untuk kedua orang tuanya,
untuk mama yang disayanginya. Sangat.
Jadilah
Anak Soleh/Soleha
Bersyukurlah kalian
yang hingga kini masih memiliki orang tua yang lengkap, berkhidmatlah kepada
keduanya sesungguhnya ridho orang tua adalah ridho Allah Swt. Carilah jalan
surgamu melalui keduanya, bahwa surga ada ditelapak kaki ibu. Lalu bagaimana
dengan kita dan sebagian yang lain, yang Allah berkehendak lain? Apa yang bisa
kita persembahkan kepada keduanya? Atas perjuangan dan kasih sayangnya kepada
anak-anaknya?.
Bisa jadi, orang tua
tidak pernah mengharapkan kita memenuhinya dengan serangkaian materi maupun
barang-barang lainnya. cukup menjadi anak yang baik untuk keduanya, dan
memberikan kebanggaan keduanya sehingga mengangkat nama baik keduanya adalah
sudah lebih dari cukup. Karena seperti apapun kita berusaha mengganti kasih
sayang keduanya kepada kita dengan materi, tidak akan pernah bisa
menggantikannya.
Sedangkan bagi yang
sudah meninggal, bagaimana kita membalas semua perjuangan dan pengorbanan orang
tua terhadap kita, anaknya?. Hal paling sederhana adalah menjadi anak baik
dalam bahasa agamanya anak soleh dan soleha. Rasulullah Saw. Bersabda ada tiga
amalan yang tidak putus dari umatku yang telah meninggal, Amal Jariyah, Ilmu
yang manfaat, dan Doa anak sholeh (HR. Bukhari). Bukankah kita masih bisa
mengabdi kepada keduanya, dengan pilihan menjadi anak sholeh?
Kita mungkin tidak
punya waktu, materi, uang untuk membahagiakan mereka pada masa hidupnya, namun
pengabdian kita pada bagaimana menjadi anak yang baik (sholeh/sholehah). Menjadi
“aset” bagi timbangan amal kedua orang tua kita kelak, pilihan yang sederhana
atas kecintaan kita kepada keduanya. Menjadi anak yang baik, menyambung
silaturahim dengan kenalan orangtua kita, bermanfaat bagi lingkungan sekitar,
menyebar kebaikan walau kecil. Karena semuanya akan diperhitungkan di hari
pembalasan nanti, dan orang tua menjadi tersebab adanya amalan-amalan itu.
Seperti dicontohkan
oleh Rasulullah Saw. Yang senantiasa mengunjungi makam orang tua beliau dan
mendoakannya. Disamping sebagai pengabdian beliau kepada kedua orang tuanya dan
juga sebagai petunjuk untuk selalu mengingat kematian. Sesuatu yang sudah pasti
dari makhluk, setiap yang hidup pasti akan mati.
Jadilah anak yang
sholeh, si kecil. Yakinlah setiap apa yang direncanakan oleh-Nya adalah
terbaik, setiap apa yang diambilnya dari kita maka akan digantikannya dengan
sesuatu yang lebih baik, setiap yang terjadi ada hikmah dibelakangnya, ambilah
hikmah atas segala sesuatunya, terimalah dengan ikhlas, dan bersabarlah.
Rekayasa-Nya selalu yang paling baik,de.
Jadilah anak yang soleh/soleha,
yang membuat timbangan amalan mama menjadi berat. Yakinlah kalian akan
dipertemukan dalam doa pertamamu saat ini, “mama
sudah disurga”. Suatu saat, ketika kamu dewasa akan berubah “keluarga kita akan disurga”.
Jadilah anak yang soleh/soleha,
yang ketika kamu dewasa kamu akan mengerti kamu adalah sebaik-baiknya perhiasan
dunia. Bahkan bidadari bermata jeli akan cemburu padamu.
Saya tidak memiliki
pengetahuan agama yang banyak, tapi jika kamu membutuhkan seseorang buat
sharing, insya Allah saya siap walau sedikit yang kudapat berikan. Atau saya
punya beberapa kenalan yang bisa turut membimbingmu.
“Ya
Allah, Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Lindungilah kami dari godaan
setan yang terkutuk. “
“Ya Allah, Maafkanlah
dosaku dan dosa kedua orangtuaku, dan sayangilah mereka sebagaimana mereka
menyanyangiku selalu”
Aamiin..
(Surakarta_09/02/2013)
Komentar