Langsung ke konten utama

Biru

Sudah selayaknyalah ketika saya pulang kampung menggunakan kapal laut karena, walaupun memang ada kapal terbang yang bisa sampai kesana. Namun hai itu saya tetap menggunkan kapal laut, dan seperti biasa ketika perjalanan pulang kampung dengan menggunkan kapal laut jarang sekali atau boleh dibilang tanpa tidur sekalipun ketika itu bersama teman-teman yang lain dalam rombongan pulang kampung. Dan hari itu memang saya tidak tidur karena kondisi di dalam kapal cukup panas dengan kondisi keolengan kapal yang cukup membuat beberapa penumpang lainnya keringat dingin dan mabok laut, maklumlah kapal yang digunakan adalah kapal fery yang tidak terlalu besar dan tentunya terasa sekali “guncangan” yang diakibatkan oleh gelombang hari itu.
Maka dari itu daripada menambah deretan penumpang yang keringat dingin dan mabok laut saya putuskan malam itu untuk berjalan-jalan di luar menghirup udara segar di balkon kapal. Asyik juga sih melihat-lihat kondisi laut pada malam hari walaupun pada waktu itu hampir gelap semua namun ada beberapa titik lampu yang terlihat, mungkin ada kapal nelayan yang sedang mencari iakan dilaut. Namun ada beberapa hal yang menjadi hal yang menarik untuk dibahas yakni beberapa rasi bintang yang tampak elok pada malam hari.
Saya sempat berpikir mengenai susunan bintang berbebentuk layangan saya agak lupa dengan nama ilmiahnya tapi ini seakan mengingatkan saya dengan novel yang ditulis Tasaro GK “Galaksi Kinanti” atau yang di novel itu dia menyebutkannya sebagai galaksi cinta yang terletak di tengah-tengah rasi bintang itu, saya langsung berpikir seandainya ada dia disini ingin kuperlihatkan rasi bintang itu padanya, walaupun memang secara rasional mungkin saja itu hanya imajinasi Tasaro saja. menarik memang membahas simbol simbol di alam semesta seperti yang dilakukan oleh novelis sekaligus profesor mengenai tanda-tanda dan ini banyak mengilhami penulisan novelnya yakni Dan Brown.
Namun itu tidak membuat kekaguman saya tentang keindahan alam semesta tertpatok pada hal itu saja, namun ketika menghadap ke laut terlihat senteran cahaya lampu kapal yang membuat warna biru laut yang indah dan berkilau pada malam harinya. Tapi ada beberapa pertanyaan yang menjadikan “kemisteriusan” warna biru laut ini. Pertama kok bisa warna laut itu biru ketika terlihat di laut dan coba kita ambil segelas air laut tentunya warnanya akan terlihat bening, kedua berbeda dengan warna air sungai yang tampak hijau ketika terlihat di sungai, kok berbeda dantara warna air laut dan warna air sungai?. Luar biasa.
Mengenai warna biru laut yang ketika terkumpul banyak di laut maka terlihat biru dan biasanya berbeda warnanya seiring dengan kedalaman laut, pasti kita pernah melihatnya kan di pantai warna laut yang seperti kue lapis legit. Saya kemudian berpikir kok bisa ya! Hingga hal ini terlihat seperti ini, ini cukup berbeda dengan kondisi air sungai kan. Saya sempat berpikir mungkin ada semacam organisme yang hidup di air laut ataupun di air sungai itu yang membuat warna air laut itu tadi seperti itu. Tentunya kita pernah dengar dengan sebutan laut merah yang dikarenakan adanya rumput laut yang berwarna merah dan tersebar banyak di dalam laut itu. Tapi itu kan nampak oleh mata. Tapi untuk warna biru ini kan beda, seperti yang kita lihat gambar-gambar di dasar laut yang warnanya boleh dibilang beragam warna namun setelah diatas permukaan terlihat biru!. Tapi saya masih menganggap ada organisme hidup yang berada di dalam air laut maupun air sungai itu, salah satu misteri tuhan bagi orang-orang yang berpikir dan mau melihat keseimbangan yang dibuat oleh tuhan untuk selruh hanmbanya. Dan saya patut bersyukur atas nikmat ini mata saya yang masih bisa menangkap gejala ini dan pikiran saya yang masih akan terus mencari tahu tentang ini. (Baus,22/02/10)

Komentar

Tulisan Populer

Kenangan Kambing

Entahlah kemarin pada saat selesai membaca sebuah novel berjudul Sepatu Dahlan yang ditulis oleh Krishna Pabichara, saya kemudian terkesan dengan semangat yang dimiliki oleh Dahlan dan Teman-temannya. Ada sebuah mozaik yang tertangkap oleh zaman dan akan terus terkenang oleh masa atas sebuah pencapaian mimpi anak manusia dan disertai dengan kerja keras. Banyak hal, banyak nilai yang dicatut dalam novel tersebut salah satu kata yang paling saya senangi dalam novel ini adalah “orang miskin cukup menjalani hidup dengan apa adanya”. Novel yang diangkat dari biografi hidup Dahlan Iskan (Menteri BUMN saat ini), walaupun begitu tetaplah cerita yang ditulisnya adalah sebuah fiksi yang ditambahkan bumbu tulisan disana-sini agar menarik tapi tetap memiliki keinginan kuat untuk menggambarkan kehidupan Dahlan Iskan, yang saat ini menjadi salah satu tokoh yang banyak menjadi inspirasi. Namun ada satu aktivitas Dahlan dalam cerita ini yang langsung memberi sebuah kenangan flashback bagi saya, ...

TANGKANAPO’: MENJADI GENERASI MILENIAL KOTA BAUBAU

Jika Dilan bilang rindu itu berat, justru menentukan pilihan politiklah yang berat. Gejala ini terdapat pada mereka generasi milenial, informasi begitu deras diperoleh namun tak begitu cukup memberi kesimpulan bagi generasi ini untuk menentukan pilihan politiknya kelak. Partisipasi dan rasionalitas terhadap lingkungan mereka cukup besar, akan tetapi menjadi apatis terhadap struktur bernegara juga begitu menghantui. **

Perempuan Yang Menolak Kalah

Lokasi Foto: Pelabuhan Feri Mawasangka, Buton Tengah Seringkali orang-orang hebat itu, bukan berasal dari kilaunya lampu kamera, ramainya kemunculannya pada televisi atau riuhnya sorak sorai orang-orang saat ia muncul. Tapi, kadang kala orang-orang hebat itu berada di tempat yang sunyi, jarang dilewati kebanyakan orang bahkan pada tempat yang seringkali tidak sadari. Mereka terus bergerak, memberi nilai, merubah keadaan dan mencipta keajaiban kecil bagi lingkungannya. Pada beberapa bulan lalu saya berkunjung ke panti asuhan yang sekaligus pesantren Al Ikhlas, Kaisabu. Seperti biasa, turun dari kendaraan saya bertanya pada salah seorang anak disitu. Ustad mana? Ia jawab, di dalam ada ummi. Lalu saya masuk, bertemu ummi. Pertanyaan pertama setelah mengenalkan diri, saya tanya "ummi, ustad mana?". Beliau terpaku sebentar, lalu tersenyum kemudian menjawab "ustad sudah tidak ada". Ada titik bening disudut mata beliau. Saya kembali bertanya,"maksudnya ummi?". ...