Manusia adalah makhluk
yang tidak pernah luput dari khilaf, ini seringkali menjadi pembenar bagi
seseorang yang melakukan kesalahan. Tapi, bukan berarti khilaf itu adalah
bagian dari harfiah manusia lalu kemudian kita sulit untuk dapat mengucap maaf,
kan?. hal tersulit dari melakukan sesuatu adalah bukan pada saat kita salah
melakukannya, namun bagaimana kita meminta maaf kerena telah salah melakukannya.
Seandainya semua hal
yang dilakukan itu akan memberi nilainya sendiri-sendiri, mungkin kita akan
tahu mana yang salah dan mana yang benar bagi orang sekitar kita. Namun,
tiap-tiap orang memiliki pandangan yang berbeda dan persepsi yang berbeda. Boleh
jadi, apa yang kita lakukan padanya adalah baik menurut kita namun bisa jadi
buruk menurut orang lain.
Relatif, nilai yang hilang
ini selalu kita absolutkan pada setiap tindakan kita karena ego. Keegoan
kemudian menjadi pembenar bagi kita bahwa apa yang dilakukan sudahlah benar, tidak salah. Kita tahu setiap orang
berbeda pandangan, namun kita selalu saja bilang, “toh ketika terjadi di saya
tidak apa-apa kok”. Tidak salah, tapi
mungkin cenderung keliru karena nilai yang kita anut bisa jauh berbeda dengan
apa yang orang lain ketahui.
Saat ini entah berapa
orang, berapa kali, berapa banyak, sesuatu yang selalu saja dilakukan namun
tidak pernah mempertimbangkan bagaimana kondisi orang lain dengan itu?.
cenderung melupa dengan apa yang dilakukan atau seringkali mengulang sesuatu,
padahal itu bisa jadi menyakiti orang lain.
Pagi tadi, saya membaca
sebuah sifat “mementingkan kepentingan
orang lain” disambungkan dengan keutamaan akhlaq Rasulullah Saw terhadap
orang lain. Saya terbawa pada sebuah refleksi atas perjalanan diri, sudahkan
saya menyadari hal-hal kecil yang saya lakukan dahulu kemudian bertanya apakah
itu menyinggung atau tidak terhadap perasaan orang lain? Bisa jadi banyak hal,
banyak tindakan, banyak kata, banyak niat, tingkah laku yang menyakiti orang
lain tanpa disadari.
Mengungkapkan kata maaf
dan saya merasa bersalah, diluar ritual pada saat Idul Fitri bisa jadi hal yang
berat. Bagaimana mungkin yang menurut kita baik-baik saja, lalu kemudian
meminta maaf? Tapi, tidak mungkin kan menyesali setiap perilaku yang tersadar
maupun tidak tersadar kita lakukan hanya pada setahun sekali, itupun kalau
ingat. Ingat maksud disini adalah
mengingat pernah dilakukan dan mengingat untuk tidak akan pernah dilakukan lagi.
Untuk itu, mungkin
perjalanan umur saya, perjalanan pengalaman saya, perjalanan studi saya saat
ini. bisa jadi pernah menyisakan sakit hati kepada orang-orang dan jeleknya,
hal itu tanpa saya sadari. Dalam tingkah laku saya, dalam perkataan saya,
bahkan mungkin dalam imajinasi saya, telah melakukan hal yang mestinya tidak
dilakukan. Ini baru menyangkut yang tidak disadari, lalu bagaimana dengan yang
disadari (sengaja) dilakukan. Padahal termasuk dosa besar adalah menyadari
sebuah dosa namun tetap saja dilakukan, dengan alasan macam-macam.
Maka, saya memintakan
maaf untuk setiap hal buruk tersebut. Apa yang disadari dan tak pernah saya
sadari, untuk yang dikatakan dan tak pernah terkatakan. Saya biarkan ini
tersalurkan dalam tulisan, yang setiap saat ini akan saya baca ulang. Untuk seseorang
atau siapapun itu yang mengetahui ini, “mengakui kemudian mengatakan maaf
didepanmu, mungkin akan berat saya lakukan karena egoku, dan akan membingungkan
terhadapmu karena spontanitas ini. jika kamu menerimanya maka maafkanlah, jika
tidak maka maafkanlah upaya ikhlas ini sehingga dilain waktu dan lain orang hal
serupa tak akan dilakukan”.
You
Know What I Mean, saya tahu kalian mengetahui maksud
kata diawal tersebut. Maka saat ini saya bertanya “Maukah kamu memaafkanku?”. Memaafkan sesuatu yang selalu dituntut
tanpa terlebih dahulu dipenuhi, sesuatu yang selalu dilakukan tanpa alasan
seperti yang semestinya agar tidak membingungkan, sesuatu yang dijanjikan lalu
selalu diulur bahkan dilupakan, sesuatu yang secara sadar saya melupa.
Maukah kamu
memaafkanku? Dimana kelak, dengan ini akan sangat membantu mengingatkanku pada
kealpaanku, memperteguh usaha untuk mewujudkan janji yang saat ini dibuat jarak
diantaranya, menuntaskan niat pada yang semestinya dimintai untuk sebuah niat
yang baik di masa depan, janji niat yang dihadapkan kepada Allah Swt dan Orang
Tua.
Maukah
kamu memaafkanku??
[special for TM]
Surakarta, 14 Maret 2013
Komentar