Langsung ke konten utama

Senang rasanya ketika tulisan kita mendapat apresiasi dari orang lain, ini adalah tulisan saya yang pernah dimuat dalam Identitas kampus Unhas tertanggal akhir mei 2009. semoga bermanfaat ya....

POLITIK RAKYAT DAN CUTI RAKYAT*.

Oleh : Andy Arya Maulana W

Indonesia, orangnya ramah ramah katanya- katanya.........

( trio kwek kwek, katanya )

Hidup Rakyat, Hidup Rakyat itulah jargon-jargon dalam beberapa aksi oleh mahasiswa atau para pejuang kerakyatan. Entah mengapa di negeri ini rakyat selalu dipandang sebagai orang miskin atau kaum kaum yang tertindas, padahal kalau merujuk pada definisi rakyat sendiri hal ini mungkin akan mengena juga bagi para orang orang yang mempunyai segalanya itu atau disini kita sebut sebagai kaum penindas. tapi dalam kasus kali ini kita akan merujuk pada definisi sempit ini yakni rakyat sebagai orang orang miskin dan yang tertindas.

Belum lama ini kita menghadapi Pemilu legislatif dan Rakyat Indonesia sekali lagi terbohongi oleh janji-janji itu, janji janji yang kemudian dijadikan sebagai upaya menarik konstituen ( sekali lagi "rakyat") untuk memlih mereka, lihat saja pada waktu kampanye yang memberikan barang kepada masyarakat atau bantuan yang katanya untuk membantu si rakyat itu dan ternyata setelah merasa dia tidak lolos sebagimana cita-citanya "Wakil Rakyat" maka dia tidak segan-segan untuk mengambilnya kembali, hal ini banyak kita lihat pada siaran berita akhir-akhir ini. hal ini kemudian kita jadikan ukuran untuk bagaimana nasib rakyat negeri ini yang begitu sakit namun masih tetap tabah untuk itu. pekikan kesakitan itu, kesakitan Ibu Pertiwi masih belum mampu menembus kokohnya dinding istana presiden, gedung senayan, atau rumah mewah para pemimpin bangsa ini.

Rakyat indonesia memang mempunyai mental yang kuat dan hati yang tabah walaupun sudah beberapa kali terbohongi oleh para penguasa terhadap hak-haknya. sejalan dengan kutipan lirik lagu yang menjadikan inspirasi dalam menulis opini ini, rakyat kita memang handal dalam mempermainkan perasaannya yang sebenarnya tertekan atas apa yang dialaminya yang merupakan tindakan-tindakan penekanan yang terjadi oleh struktur hari ini. pemenuhan kebutuhan atas hak-hak rakyat memang hanya pada proses pemenuhan kebutuhan ekonominya saja namun bagaimana dengan hak kebebasan idealisme mereka, hak pendidikan mereka, hak hidup mereka. inilah kelemahan srtuktur negara hari ini selalu menyederhanakan segala sesuatunya, apakah kompleksitas kehidupan masyarakat hanya dipandang sebagai pemenuhan kebutuhan ekonominya saja. sungguh naif jika kita memandang mereka si rakyat sebagai objek yang kemudian dijadikan sebagai pemenuhan nafsu kekuasaan dan eksploitasi kekayaan para penindas penindas di negeri ini.

Apakah keramah-tamahan orang-orang negeri ini yang begitu kompleks di tengah-tengah penyederhanaan janji pemenuhan kebutuhan hak-haknya oleh penguasa? sampai-sampai keramah-tamahnya pun dia pakai untuk menyembunyikan sakit hatinya karena hak-haknya sebagai rakyat diselingkuhkan oleh para penguasa? apakah rakyat negeri ini memang ditakdirkan untuk terus ditindas atas hak-hak mereka di negeri ini? demi pemimpin atau yang mengklaim dirinya sebagai “wakil rakyat”.

Cuti Rakyat

kita mungkin pernah mendengar mengenai istilah "Cuti" atau kita sejenak terbebas atas apa yang kita kerjakan. para pejabat kita mungkin yang paling sering melakukan hal ini, cuti ini kemudian dipergunakannya untuk sejenak merasakan nikmatnya hidup tanpa ada pikiran mengenai tugas-tugasnya yang menumpuk. keinginan untuk cuti ini kemudian muncul di imajinasi penulis untuk melakukan itu tetapi dalam konteks yang berbeda yakni Cuti sejenak sebagai rakyat, secara pragmatis hal ini kemudian agak lucu dan tidak mungkin memang tapi dengan kondisi tadi yang terus terusan dijadikan objek penindasan oleh para penguasa "keji" itu. coba bayangkan ketika banyak orang melakukan hal ini contoh misalnya hanya pada satu daerah saja rakyatnya (baca:Kaum Miskin) melakukan hal ini, bagaimana dengan baliho para caleg yang terpampang janji akan memperjuangkan rakyat terus dimana yang akan diperjuangkannya (berhubung cuti) ?, atau lebih gila lagi mereka bingung untuk mencari orang orang yang dapat dia bohongi untuk meraih kekuasaannya. bayangkan kekuatan rakyat untuk membuat semua penindas itu bingung, jadinya mereka mungkin akan berpikir kembali untuk mempermainkan rakyat.

Mungkinkah Rakyat melakukan cuti besar besaran di negeri ini sebagai rakyat negeri ini agar para penguasa keji itu bingung siapa yang akan di bohonginya lagi untuk melanggengkan kekuasaannya, tidak perlu lama untuk itu hanya sekedar memberikan kesan bagi mereka bahwa rakyat punya kekuatan yang cukup besar juga. tulisan ini kemudian bukan menyerukan atau bagian dari golput tapi tulisan ini hanya mencoba memberikan subuah wacana baru atas pembohongan dan penindasan hari ini. mengenai golput pun semestinya tidak berhenti pada memilih untuk tidak memilih atau tidak pergi ke TPS tapi perlu adanya pengawalan yang nyata terhadap itu agar para penindas negeri ini tidak terus tersenyum dan rakyat kita masih lelap tertidur dalam kesabaran mereka.cuti menjadi rakyat setidaknya dapat melepaskan kita sejenak atas kepenatan menjadi seorang rakyat dan mencoba merasakan kebebasan atas semua permasalahan ini. begitulah kondisi negeri hari ini mereka sibuk mencari dan berkoalisi dengan partai lain untuk kemudian kembali meraih kekuasaan itu tanpa mempedulikan rakyat mereka yang sedang asik bermain dengan penderitaan mereka.

Ingatlah wahai rakyat negeri ini kita tidak dipilih untuk menjadi rakyat tetapi itu adalah pilihan kita sendiri walaupun memang pilihanya hanya itu yakni jadi rakyat, dan itulah yang akan menjadi senjata kita bahwa manusia memiliki kebebasan memilih, anjuran optimisme yang agung dan mempunyai pedoman untuk mengembangkan keyakinan akan tiadanya batas kemampuan manusia. kemampuan yang dapat menaklukkan keadaan di sekelilingnya. akan tetapi mereka yang ada dalam struktur pemerintahan disana, kita memilihnya atas nama rakyat dengan tugas atas nama diri sendiri. apakah boleh cuti menjadi rakyat seperti apa yang sering dilakukan oleh para pejabat itu ? supaya mereka yang mengaku pelayan rakyat, wakil rakyat bingung siapa yang siapa yang akan mereka layani ( atau melayani mereka ) dan siapa yang diwakilinya ( atau siapa lagi yang akan dibohonginya untuk kekuasaanya ). Mungkin hal ini belum pernah dilakukan oleh siapapun yang menyandang predikat sebagai rakyat namun inilah sebuah ide yang tiba-tiba saja muncul dikarenakan semua bentuk negosiasi, diplomasi dan aksi yang dilakukan belum mampu menembus kerasnya keteguhan hati para penindas dan pemerintahan hari ini. seperti kata para filosof: jika mimpi tentang itu tentang keindahan itu masih ada maka sesungguhnya harapan bagi Ibu Pertiwi yang terus menangis ini masih ada.


* Dimuat dalam Identitas No.706/Tahun XXXV/Edisi Akhir Mei 2009


Komentar

Tulisan Populer

Kenangan Kambing

Entahlah kemarin pada saat selesai membaca sebuah novel berjudul Sepatu Dahlan yang ditulis oleh Krishna Pabichara, saya kemudian terkesan dengan semangat yang dimiliki oleh Dahlan dan Teman-temannya. Ada sebuah mozaik yang tertangkap oleh zaman dan akan terus terkenang oleh masa atas sebuah pencapaian mimpi anak manusia dan disertai dengan kerja keras. Banyak hal, banyak nilai yang dicatut dalam novel tersebut salah satu kata yang paling saya senangi dalam novel ini adalah “orang miskin cukup menjalani hidup dengan apa adanya”. Novel yang diangkat dari biografi hidup Dahlan Iskan (Menteri BUMN saat ini), walaupun begitu tetaplah cerita yang ditulisnya adalah sebuah fiksi yang ditambahkan bumbu tulisan disana-sini agar menarik tapi tetap memiliki keinginan kuat untuk menggambarkan kehidupan Dahlan Iskan, yang saat ini menjadi salah satu tokoh yang banyak menjadi inspirasi. Namun ada satu aktivitas Dahlan dalam cerita ini yang langsung memberi sebuah kenangan flashback bagi saya, ...

TANGKANAPO’: MENJADI GENERASI MILENIAL KOTA BAUBAU

Jika Dilan bilang rindu itu berat, justru menentukan pilihan politiklah yang berat. Gejala ini terdapat pada mereka generasi milenial, informasi begitu deras diperoleh namun tak begitu cukup memberi kesimpulan bagi generasi ini untuk menentukan pilihan politiknya kelak. Partisipasi dan rasionalitas terhadap lingkungan mereka cukup besar, akan tetapi menjadi apatis terhadap struktur bernegara juga begitu menghantui. **

Perempuan Yang Menolak Kalah

Lokasi Foto: Pelabuhan Feri Mawasangka, Buton Tengah Seringkali orang-orang hebat itu, bukan berasal dari kilaunya lampu kamera, ramainya kemunculannya pada televisi atau riuhnya sorak sorai orang-orang saat ia muncul. Tapi, kadang kala orang-orang hebat itu berada di tempat yang sunyi, jarang dilewati kebanyakan orang bahkan pada tempat yang seringkali tidak sadari. Mereka terus bergerak, memberi nilai, merubah keadaan dan mencipta keajaiban kecil bagi lingkungannya. Pada beberapa bulan lalu saya berkunjung ke panti asuhan yang sekaligus pesantren Al Ikhlas, Kaisabu. Seperti biasa, turun dari kendaraan saya bertanya pada salah seorang anak disitu. Ustad mana? Ia jawab, di dalam ada ummi. Lalu saya masuk, bertemu ummi. Pertanyaan pertama setelah mengenalkan diri, saya tanya "ummi, ustad mana?". Beliau terpaku sebentar, lalu tersenyum kemudian menjawab "ustad sudah tidak ada". Ada titik bening disudut mata beliau. Saya kembali bertanya,"maksudnya ummi?". ...