Langsung ke konten utama

Mengakhiri Tahun ini....

Detik-Detik pelepasan tahun ini mulai menanjak seakan dia tidak mau lagi melihat indahnya perjalanan setahun lalu, ataukah tahun ini hanya sebagai parade kebaikan melawan keburukan atau kezaliman melawan keadilan layaknya sebuah tontonan anak kecil tentang arti sebuah kepahlawanan. komedi yang dilakukan para elite bangsa ini seakan menjadi tontonan yang hanya menghadirkan tepukan riuh para penonton ataupun tawaan kelucuan tanpa mengerti keriuhan, kelucuan dan gerak-gerik itu hanya sebagai ilusi pandangan dan cara berpikir kita tentang mereka, yang kemudian kita dengan riangnya menanggapi itu sebuah hiburan semata atau pembohongan semata sedangkan mereka menerima honor pembohongan itu di belakang panggung.

Tidak ayalnya lagi bahwa lorong-lorong, kolong-kolong langit indonesia masih diisi oleh mereka yang hanya terus-terusan diperdengarkan lantunan syair kesejahteraan. kita hanya berani terperanjat mendengar asumsi data statistik bahwa "kita" sang miskin ini mulai berkurang, namun kita tetap kok merasa seperti ini seperti tahun lalu, tahun lalunya lagi, dan tahun lalunya lagi-lagi. bulsyet dengan data statistik, demokrasi yang melegenda itu dimana? terkadang kami bingung dengan syair-syair indah bak tulisan kahlil gibran yang membawa kita larut didalamnya kemudian tertidur hingga lupa bahwa kita butuh "makan, minum, keadilan, dan rasa aman" dan kita terbangun masih dalam kondisi serupa, apakah ini dongeng demokrasi itu?

Okelah, mungkin ini dari diri saya sendiri! mungkin saya belum mampu menerjemahkan makna keadilan dan kesejateraan dalam cerita pendek para pemimpin kita untuk rakyatnya. apakah saya akan terus begini. dengan detik-detik tahun 2009 ini yang seakan tidak menghiraukanku dengan permasalahanku ini, dia terus saja berjalan menuju temannya yang akan menggantikannya nanti si 2010 itu.meski terus ku abaikan toh dia akan terus menghubungi temannya itu untuk menggantikannya. mestikah kuperkenalkan diri padanya dan menceritakan padanya apa yang kulakukan di tahun 2009 lalu?

segundang logistik yang kubawa pada tahun lalu, ditambah masalah yang masih seakan mengganjal menjadikanku sebagai pahlawan kesiangan, ibarat anggota Power Rangers yang belum sempat berubah musuhnya sudah mati duluan. aku masih ingat dengan rencanaku tahun lalu, dan masih ada yang tertinggal menjadi kenangan dan ada yang masih ingin kubawa di tahun depan itu. aku seakan mulai terbawa larut dalam dongeng-dongeng itu lagi, kesepian menyerudukku seperti seekor banteng yang gila karena kehilangan anaknya. dosa-dosa yang kulakuakan akankah menjadi sejarah prestasi perbuatan dosaku tahun lalu atau kemudian menjadi literatur baru untuk bahan instropeksi tahun depan.

Aku seakan enakan dengan kondisi yang terlalu berpura-pura, apatis maupun "batu" seperti apa yang dikatakan tema-temaku. namun bagaimana mungkin itu kurubah dengan keinginanku yang saya sendiri tidak mengertinya. sebuah kata yang selalu memaksaku "jujur walaupun itu menyakitkan" terkadang dalam kondisi tertentu itu tidak dapat kulakukan, aku pun terkadang takut dengan kondisiku sendiri. tapi tahun ini tinggal menyisakan jejak-jejak kakinya yang dia jadikan sebuah teropong untuk mereka yang berpikir dengan apa yang telah dan akan dia lakukan di depan.

Aku merasa tahun ini hanya seperti tahun-tahun yang lalu berjalan pada koridor kesemestian yang di buat oleh kesadaran moral lingkungan sosial yang ada. aku ingin ada sesuatu yang menjadikanku memiliki identitas otentik yang dapat kupertanggung jawabkan kepada orang-orang. Aku ingin aku bisa berarti untuk orang orang disekitarku dan tentunya untuk sosok itu jika dia ada nantinya. Aku akan mengakhiri tulisan ini tapi tidak dengan perenungan perbuatanku dan instropeksiku tahun lalu. dengan sebuah kata Maaf untuk semua perbuatan jelekku dan mari kuperbaiku engkau, dan tetaplah bersamaku perbuatan baikku dan panggillah temanmu untuk menemanimu dalam perjalananku kedepan. dan engkau Tahun ini 2009 perkenalkanlah aku dengan temanmu tahun 2010 sehingga kami tidak canggung jika bertemu nanti.


SELAMAT TAHUN BARU 2010...............

makassar, 31 desember 2009, 17:21
...jaya...

Komentar

Tulisan Populer

Katange dan Ekspresi Cinta Ala Orang Buton

Jika anda orang buton, tentu tak asing dengan istilah katange. Sedikit memberi penjelasan, bahwa katange itu sebutan untuk bingkisan makanan yang dibawa pulang oleh tamu setelah menghadiri hajatan. Nah, dalam beberapa hajatan masyarakat buton, biasanya katange ini menjadi aturan wajib bagi tamu untuk dibawa pulang. Pernah tinggal dan berinteraksi dengan orang jawa, selama beberapa tahun di solo untuk berkuliah. Saya pun mendapati hal seperti ini, hadiri tahlilan pulang-pulang di beri sekantong roti. Ini berkah bagi anak kost. Setidaknya kopi manis jomblo dipagi hari kita, kini gak jomblo lagi dengan kehadiran roti dari tahlilan. Entah namanya apa?, tapi di buton itu disebut katange. Saya paling suka bagian ini. Dahulu, ketika bapak atau kakek atau siapapun itu, selepas pulang dari hajatan (orang buton menyebutnya haroa) pasti menentenga tas plastik berisi macam-macam penganan khas orang buton. Sasaran incar saya, kalau bukan onde-onde yaaa....pisang goreng tanpa tepung, atau disebut

JANGAN MENGUTUK SEPI DI TENGAH KERAMAIAN

Merasa sepi adalah bagian dari esensi kepemilikan rasa oleh manusia, namun terkadang perasaan sepi menjadi bagian penghalang terhadap sesuatu yang lebih produktif. Perasaan sepi setidaknya pernah dirasa oleh setiap manusia. Berbagai macam alasan bisa muncul dari adanya perasaan sepi ini, mulai dari sesuatu yang termiliki hingga sesuatu yang menyangkut posisi keberadaan makhluk. Namun perasaan sepi dimaksud disini adalah perasaan sepi yang lain, bukan karena kesendirian disuatu tempat, tapi lebih menyangkut sesuatu yang termiliki dalam rasa (baca: hati).

Nyanyian Bocah Tepi Pantai

Gambar disini Diantara bagian pulau yang menjorok kelaut, terselip sebuah kehidupan manusia sederhana. Bocah-bocah manusia yang menggambar masa depannya melalui langkah-langkah diatas pasir, mempelajari kehidupan dari nyanyian angin laut, dan menulisakan kisah melalui deburan ombak yang mengajari menggaris tepi daratan dengan buihnya. Hari-harinya dilakukan dilaut, berkomunikasi dengan laut sekitar. Setiap hal diberikan oleh laut, kecuali sesuatu yang selalu dinantikan mereka, sesuatu yang selalu dinanti anak manusia dalam hidup, dan menjadi kehidupan bagi generasinya mendatang, yakni sesuatu yang berwujud kesempatan. Kesempatan yang disebut kasih sayang Ina’ [1] mereka.