Langsung ke konten utama

Surat Bukan untuk siapapun.....

Ya Tuhan.....
Sekiranya apa yang dipikirkannya sekarang adalah apa yang menjadi kegundahan dalam hati ini maka......
Jelaskanlah padanya apa yang hamba lakukan sekarang....
Bukanlah sebuah pengarungan lautan tak berombak...
Padang pasir tak berbadai....
dan bukanlah sebuah pendakian gunung tak bersuhu.....

Ya Tuhan.....
Sekirannya rumput dipadang rumput itu dapat berkata dan bersua...
Inginku mengatakan padanya dan berbagi padanya atas apa telah
kulakukan sekarang atau mungkin akan kulakukan nanti.....

Ya Tuhan......
Sekiranya dalam petak kamar kost ini ditemani nyamuk-nyamuk
yang belum mengerti apa arti sebuah kegatalan di kaki ini...
ditambah sebuah pemikiran yang berputar-putar
layaknya sebuah gasing tanpa arah...

Ya Tuhan.....
Sekiranya dia mengerti dalam laku dan ucapanku.....
maka jelaskanlah padanya itulah aku....
janganlah Engkau kaburkan
Atasku dan atas dirinya
sepeti tetesan embun diatas kaca di pagi hari....

Ya Tuhan....
Sekirnaya dia ada saat ini...
Kuningin berbagi secangkir teh hangat bersamanya...
membagi pikiran ini atasnya....

namun Ya Tuhan....
Atas kelemahan diri ini....
Atas kecilnya diri ini di hadapanMU....
dan kaburnya pandangan ini.....
serta kekalutan diri ini di hadapannya....
maka berikanlah kekuatan itu Ya Tuhan.....
cukup sekecil buah Tin dan seringan kapas
itu cukup untuk hamba yang lemah ini.....


Makassar, 29 mei 2009
...jaya...

Komentar

Tulisan Populer

JANGAN MENGUTUK SEPI DI TENGAH KERAMAIAN

Merasa sepi adalah bagian dari esensi kepemilikan rasa oleh manusia, namun terkadang perasaan sepi menjadi bagian penghalang terhadap sesuatu yang lebih produktif. Perasaan sepi setidaknya pernah dirasa oleh setiap manusia. Berbagai macam alasan bisa muncul dari adanya perasaan sepi ini, mulai dari sesuatu yang termiliki hingga sesuatu yang menyangkut posisi keberadaan makhluk. Namun perasaan sepi dimaksud disini adalah perasaan sepi yang lain, bukan karena kesendirian disuatu tempat, tapi lebih menyangkut sesuatu yang termiliki dalam rasa (baca: hati).

Nyanyian Bocah Tepi Pantai

Gambar disini Diantara bagian pulau yang menjorok kelaut, terselip sebuah kehidupan manusia sederhana. Bocah-bocah manusia yang menggambar masa depannya melalui langkah-langkah diatas pasir, mempelajari kehidupan dari nyanyian angin laut, dan menulisakan kisah melalui deburan ombak yang mengajari menggaris tepi daratan dengan buihnya. Hari-harinya dilakukan dilaut, berkomunikasi dengan laut sekitar. Setiap hal diberikan oleh laut, kecuali sesuatu yang selalu dinantikan mereka, sesuatu yang selalu dinanti anak manusia dalam hidup, dan menjadi kehidupan bagi generasinya mendatang, yakni sesuatu yang berwujud kesempatan. Kesempatan yang disebut kasih sayang Ina’ [1] mereka.