Langsung ke konten utama

Sesudah Ini Apa???


Ketika kita melakukan sesuatu, apapun itu pernahkah kita diperhadapkan sama pertanyaan “setelah ini apa ya”? Kemudian sejenak berhenti dan berpikir, iya apa lagi ya? Dan biasanya hal ini berlangsung beberapa kali dan memakan waktu beberapa menit lamanya. Saat itu seolah waktu berhenti atau berjalan amat cepat, entahlah. Kita seakan dibawa pada nuasa kabur tentang apa yang akan terjadi didepan.

Memikirkan hal ini memang hanya akan membawa kita berpikiran ini dan itu, namun jika tidak segera direncanakan bukan berarti sesuatu yang sudah kita niatkan akan melakukan itu akan terlupa, dan melakukan hal lain yang sebelumnya tidak terpikir oleh kita.

Ilustrasi sederhananya begini, jika kita ke sebuah toko alat ATK misalnnya; dan kita berencana membeli kertas atau pena namun jelas di toko itu akan ada banyak barang yang dijual, maka kita akan berjalan dan melihat-lihat dan ketika tertarik pada suatu hal maka kita akan ikut membelinya dengan barang yang rencana kita beli diawal, namun jeleknya adalah ketika apa yang ingin kita beli diawal malah dilupa dan sesuatu yang baru kita lihat itu yang akhirnya kita beli.

Seperti itulah yang beberapa hari ini saya alami, beberapa hal yang mestinya tidak mesti saya lakukan tapi saya lakukan, dan yang mesti saya lakukan akan dilupakan dengan mudah. Menjadi orang yang pelupa mungkin, jika hal ini kita sederhanakan dalam beberapa kata. Hanya saja, dalam situasi tertentu hal ini tidak baik karena apa yang menjadi pentingpun bahkan bisa kita lupakan.

Namun, dalam pikiran saya saat ini bukan itu saja. Tapi sesuatu yang akan saya lakukan selanjutnya. Setelah melewati rangkaian kuliah ini hingga hampir pada ujung perjuangan, saya malah dihinggapi pikiran setelah ini apa yang mesti saya lakukan? Hingga akhirnya menjadikan progres membenahi tesis saya menjadi lebih lambat dari hari-hari yang lalu. Pertanyaan ini pernah ditanyakan teman saya juga, namun saya jawab jalani aja dulu, perbaiki niat untuk menyelesaikan step ini dan niat-niat lain akan ikut serta untuk terwujud dalam hidup kita. Tapi, itu waktu saya belum berada di posisi itu dan sekarang....???

Memang beberapa rencana sudah saya persiapkan untuk dilakukan setelah menyelesaikan kuliah ini, bahkan beberapa hari lalu ada tawaran dari teman untuk melanjutkan pada studi akademik lagi yang lebih tinggi dari hari ini, es-tiga!. Tapi kondisinya tidak semudah itu, saat ini saya mulai memikirkan sesuatu yang lebih pada yang disebut materi. Sudah saatnya ada beberapa hal yang saya penuhi untuk menghidupi ekonomi keluarga. Biarlah kesempatan-kesempatan untuk kuliah itu dimiliki lagi oleh adik saya. Saya libur dulu untuk kuliah, tapi tentu tidak untuk belajar kan?.

Kembali pada pikiran, sesudah ini apa? Beberapa hari ini, banyak hal yang saya rancang untuk kedepan, bisnis, kebun, ternak, pemberdayaan masyarakat dan tentu mengajar di universitas seperti niatan awal saya. Karena saya yakini melalui pendidikan akan bisa menyalakan lentera-lentera anak daerah untuk bisa membangun daerahnya. Hanya saja, saya juga memikirkan karier disana. Apa bisa saya merintis karir seperti mereka yang akhirnya memutuskan mengajar ke luar daerah untuk bisa  memiliki karier yang lebih baik. Karena memang didaerah pilihan menjadi PNS lebih memiliki jenjang karier yang lebih baik, terutama dalam mindset masyarakat. Dosen belum menjadi pilihan yang lebih baik dari PNS, ironi ya?.

Oleh karena itu mestinya saya lebih bisa meng-eksplore apa yang bisa dijadikan potensi disana di Baubau, untuk kemudian dikembangkan kedepannya. Pagi ini saya membaca sebuah buku yang bilang bahwa budaya masyarakat itu tidak statis, dalam artian bahwa budaya itu akan senantiasa berubah mengikuti trend yang ada. sisi positif dari hal ini adalah budaya akan berkembang dan semakin beragam, namun sisi negatifnya tentu budaya itu akan rusak bahkan hilang karena tidak mampu bersaing dengan budaya global akibat dari perubahan.

Untuk itu, saya berpikir kalau memang budaya bisa dihubungkan dengan kehidupan bahwa kehidupan itu statis. Tentu kondisi saya saat ini akan seperti itu juga, bahwa perubahan itu pasti. Tentunya saya harus siap menghadapi perubahan itu semua, perencanaan menjadi penting disini. Seperti dalam teori-teori manajemen yang mengutamakan sebuah perencanaan. Karena ada ahli manajemem yang bilang suatu kegiatan tanpa perencanaan itu sama saja merencanakan sebuah kegagalan.

Namun perencanaan itu mesti saya ikat dengan keyakinan, seperti yang diajarkan dalam Agama. Bahwa keyakinan kita terhadap sesuatu yang baik dan akan terjadi dalam diri kita, maka dengan kekuatan semesta itu akan bisa terwujud, tinggal doa dan usaha yang kita lakukan saja. Allah Swt tidak pun berfirman berdoalah, memintalah padaKu dan akan Ku kabulkan. Saat ini sekalipun terus berpikir, bahwa sesudah ini apa? Tapi saya juga mesti mulai merencanakan sesuatu untuk kehidupan saya kedepan kan? dan ini terjadi pada anda juga kan, semoga?

Pesan terakhir yang ingin saya share disini adalah, kita yang menentukan seperti apa kita didepan nanti. Mengutip para bijak bestari mengatakan ; tak perlu kamu merisaukan masa lalu yang sudah lewat, dan tak perlu kamu takut dengan masa depan karena itu belum ada serta belum ada yang sudah dari sana. Tapi kita memiliki hari ini, dan manfaatkanlah hari ini dengan baik karena hari ini akan menentukan masa depanmu nanti.

Surakarta, 22 Nopermber 2013
Njk!

Komentar

Tulisan Populer

JANGAN MENGUTUK SEPI DI TENGAH KERAMAIAN

Merasa sepi adalah bagian dari esensi kepemilikan rasa oleh manusia, namun terkadang perasaan sepi menjadi bagian penghalang terhadap sesuatu yang lebih produktif. Perasaan sepi setidaknya pernah dirasa oleh setiap manusia. Berbagai macam alasan bisa muncul dari adanya perasaan sepi ini, mulai dari sesuatu yang termiliki hingga sesuatu yang menyangkut posisi keberadaan makhluk. Namun perasaan sepi dimaksud disini adalah perasaan sepi yang lain, bukan karena kesendirian disuatu tempat, tapi lebih menyangkut sesuatu yang termiliki dalam rasa (baca: hati).

Nyanyian Bocah Tepi Pantai

Gambar disini Diantara bagian pulau yang menjorok kelaut, terselip sebuah kehidupan manusia sederhana. Bocah-bocah manusia yang menggambar masa depannya melalui langkah-langkah diatas pasir, mempelajari kehidupan dari nyanyian angin laut, dan menulisakan kisah melalui deburan ombak yang mengajari menggaris tepi daratan dengan buihnya. Hari-harinya dilakukan dilaut, berkomunikasi dengan laut sekitar. Setiap hal diberikan oleh laut, kecuali sesuatu yang selalu dinantikan mereka, sesuatu yang selalu dinanti anak manusia dalam hidup, dan menjadi kehidupan bagi generasinya mendatang, yakni sesuatu yang berwujud kesempatan. Kesempatan yang disebut kasih sayang Ina’ [1] mereka.