Langsung ke konten utama

Akhir Bulan



Beberapa hari ini, atau bisa dibilang nyaris selama dua minggu badan ini selalu merasa tidak enak. Terlalu cepat capek yang lalu membuat kepala sakit dan demam ikut-ikutan datang menghinggapi. Mungkin dikiranya saat ini sedang ada pesta para penyakit dalam tubuh saya, sehingga mereka berkumpul dan mengadakan reuni kecil-kecilan dan itu membuat saya merasa tidak enak, apalagi hal ini harus dilakoni di daerah orang...ohhh dilema anak kost pencari setitik terang masa depan.

Ini bukan dimaksudkan untuk menuliskan keluhan atas badan yang kurang asupan gizi jasmani dan rohani ini, namun untuk kembali pada track atau way atau jalan yang seringkali dilakoni bersama teman-teman segank di daerah. akhir bulan, ya akhir bulan yang biasanya kita lakukan untuk saling bertanya “apa yang sudah kamu lakukan di bulan ini?, ini sudah akhir bulan lagi bro”. Begitulah, disaat yang lain sibuk dengan khayalan bahwa akan menerima gaji karena akan dekat pada awal bulan selanjutnya, namun kita memikirkan hal yang lain. Mungkin karena itu kita selalu menyebut diri sebagai orang gila (tapi gila yang bermanfaat lhoo..).

Seperti itulah, nah kaitannya kemudian dengan tulisan ini saya ingin bertanya pada diri sendiri pada akhir bulan oktober ini, apa yang sudah saya lakukan?...dan setelah dipikir, belum ada yang saya lakukan, selain rutinitas harian kuliah dan pembimbingan tesis selanjutnya belum ada. sekitar dua hari lagi akan berganti bulan, yang berarti ini akan memasuki bulan kedua saya di solo setelah pulang kampung untuk libur lebaran idul fitri lalu.

Pengejaran terkait upaya merampungkan proposal tesis, masih terus terkendala pada kerangka teori padahal dosen pembimbing saya menilai bahwa teorinya boleh belakangan yang penting tahu apa dan bagaimana yang ingin kamu teliti, karena model penelitian kamu lebih menjurus pada hal-hal seperti itu. ahhh...dasar otak perfeksionis saya, masih saja berpikir kalau mau membuat penteorian itu tetap berada pada jalan lurus, biar semuanya jelas padaha belum tentu bener. Karena yang jelas belum tentu benar dan yang benar sudah tentu jelas...hehe.

Intinya bulan ini belum ada progres yang membanggakan dari apa yang bisa saya lakukan, selain melakukan rutinitas harian dan mingguan saya. November nanti mungkin menjadi apa yang kini sedang saya sebut-sebut sebagai titik klimaks atau titik balik, karena tahun lalu perasaan yang sama, bulan yang sama, dan kondisi fisik yang tidak jauh berbeda sedang terulang, mungkin ini bagian dari proses memulai lagi dari awal.

Mengakhiri tulisan ini, saya ingin mengutip kata-kata yang saya sendiri lupa siapa yang mengatakannya yang menuliskan ;
“jika takut gagal kita tidak bisa berbuat apa-apa. Kegigihan berusaha meskipun gagal berulang kali akan membuka pintu keberhasilan.”

Tetap semangat jaya, tetap semangat njangkroeng, tetap semangat la imba....ingat janjimu kepada dirimu sendiri..
Jalan terus dan jalanlah ditempat yang baik.

Malam, 29 Oktober 2013


Di kamar kost, Surakarta.

Komentar

Tulisan Populer

Kenangan Kambing

Entahlah kemarin pada saat selesai membaca sebuah novel berjudul Sepatu Dahlan yang ditulis oleh Krishna Pabichara, saya kemudian terkesan dengan semangat yang dimiliki oleh Dahlan dan Teman-temannya. Ada sebuah mozaik yang tertangkap oleh zaman dan akan terus terkenang oleh masa atas sebuah pencapaian mimpi anak manusia dan disertai dengan kerja keras. Banyak hal, banyak nilai yang dicatut dalam novel tersebut salah satu kata yang paling saya senangi dalam novel ini adalah “orang miskin cukup menjalani hidup dengan apa adanya”. Novel yang diangkat dari biografi hidup Dahlan Iskan (Menteri BUMN saat ini), walaupun begitu tetaplah cerita yang ditulisnya adalah sebuah fiksi yang ditambahkan bumbu tulisan disana-sini agar menarik tapi tetap memiliki keinginan kuat untuk menggambarkan kehidupan Dahlan Iskan, yang saat ini menjadi salah satu tokoh yang banyak menjadi inspirasi. Namun ada satu aktivitas Dahlan dalam cerita ini yang langsung memberi sebuah kenangan flashback bagi saya, ...

TANGKANAPO’: MENJADI GENERASI MILENIAL KOTA BAUBAU

Jika Dilan bilang rindu itu berat, justru menentukan pilihan politiklah yang berat. Gejala ini terdapat pada mereka generasi milenial, informasi begitu deras diperoleh namun tak begitu cukup memberi kesimpulan bagi generasi ini untuk menentukan pilihan politiknya kelak. Partisipasi dan rasionalitas terhadap lingkungan mereka cukup besar, akan tetapi menjadi apatis terhadap struktur bernegara juga begitu menghantui. **

Perempuan Yang Menolak Kalah

Lokasi Foto: Pelabuhan Feri Mawasangka, Buton Tengah Seringkali orang-orang hebat itu, bukan berasal dari kilaunya lampu kamera, ramainya kemunculannya pada televisi atau riuhnya sorak sorai orang-orang saat ia muncul. Tapi, kadang kala orang-orang hebat itu berada di tempat yang sunyi, jarang dilewati kebanyakan orang bahkan pada tempat yang seringkali tidak sadari. Mereka terus bergerak, memberi nilai, merubah keadaan dan mencipta keajaiban kecil bagi lingkungannya. Pada beberapa bulan lalu saya berkunjung ke panti asuhan yang sekaligus pesantren Al Ikhlas, Kaisabu. Seperti biasa, turun dari kendaraan saya bertanya pada salah seorang anak disitu. Ustad mana? Ia jawab, di dalam ada ummi. Lalu saya masuk, bertemu ummi. Pertanyaan pertama setelah mengenalkan diri, saya tanya "ummi, ustad mana?". Beliau terpaku sebentar, lalu tersenyum kemudian menjawab "ustad sudah tidak ada". Ada titik bening disudut mata beliau. Saya kembali bertanya,"maksudnya ummi?". ...