Langsung ke konten utama

LIPI 2011


Pencapaian paling mencngangkan di Tahun 2011, bersama Wa Ode Isnawati dan Mar'atulshalihah menjadi salah satu finalis dalam Lomba Ilmuan dan Peneliti Muda LIPI di Jakarta. Awalnya cuman iseng untuk menggabungkan pemikiran untuk berkomentar mengenai Pekerja Perempuan di Luar Negeri (TKI), dan ternyata Alhamdullillah menjadi salah satu finalis dan diperkenankan untuk memberikan persentasi ke Jakarta, di Gedung Graha Lipi jalan Gatot Subroto pada bulan Juli 2011. 


Namun karena ada kendala teknis dari kami, perjalanan Baubau ke Jakarta hampir batal. dan akhirnya dipenghujung waktu yang diberikan untuk dapat hadir maka kami memutuskan saya yang berangkat kesana, sendirian. Bertemu dengan finalis lainnya, yakni pertama ada tim Muhammad Rokib, Muh. Fatahillah Akbar dan Dian Agung Wicaksono dari UGM, kedua Ronald dari LIPI sendiri. Akhirnya setelah serangkaian seminar dan persentasi finalis kami mendapat Juara III. tentunya sebagai pemula, hasil ini tidak begitu buruk.





Komentar

Tulisan Populer

JANGAN MENGUTUK SEPI DI TENGAH KERAMAIAN

Merasa sepi adalah bagian dari esensi kepemilikan rasa oleh manusia, namun terkadang perasaan sepi menjadi bagian penghalang terhadap sesuatu yang lebih produktif. Perasaan sepi setidaknya pernah dirasa oleh setiap manusia. Berbagai macam alasan bisa muncul dari adanya perasaan sepi ini, mulai dari sesuatu yang termiliki hingga sesuatu yang menyangkut posisi keberadaan makhluk. Namun perasaan sepi dimaksud disini adalah perasaan sepi yang lain, bukan karena kesendirian disuatu tempat, tapi lebih menyangkut sesuatu yang termiliki dalam rasa (baca: hati).

Nyanyian Bocah Tepi Pantai

Gambar disini Diantara bagian pulau yang menjorok kelaut, terselip sebuah kehidupan manusia sederhana. Bocah-bocah manusia yang menggambar masa depannya melalui langkah-langkah diatas pasir, mempelajari kehidupan dari nyanyian angin laut, dan menulisakan kisah melalui deburan ombak yang mengajari menggaris tepi daratan dengan buihnya. Hari-harinya dilakukan dilaut, berkomunikasi dengan laut sekitar. Setiap hal diberikan oleh laut, kecuali sesuatu yang selalu dinantikan mereka, sesuatu yang selalu dinanti anak manusia dalam hidup, dan menjadi kehidupan bagi generasinya mendatang, yakni sesuatu yang berwujud kesempatan. Kesempatan yang disebut kasih sayang Ina’ [1] mereka.