Teman saya pernah bilang ketika dia kemudian terhinggapi semacam sebuah sindrom yang dia namakan sendiri 3 dan 2 yakni 3 hari optimis dan 2 minggu pesimis. Seperti itu juga yang merasuki saya sendiri atau mungkin juga ini dialami oleh beberapa orang di dunia ini. sindrom ini selayaknya sebuah penyakit yang seringkali sayapun juga dibuat bingung sampai titik kritisnya adalah “lupa” sesaat, semacam itulah. Sekalipun secara konteks apa yang saya rasakan berbeda dengan apa yang dirasakan teman saya ini, saya malah lebih kepada semangat yang ada ketika itu terpikirkan apalagi bersama teman-teman lainnya namun ketika sendiri dan ingin memulainya menjadi agak berat, namun selalu ada bayang-bayang yang muncul tentang itu, seperti apa itu bagaimana itu nantinya cuman kurangnya adalah itu masih dalam pikiran. Tapi dari beberapa bacaan tentang psikologi mengatakan bahwa sebuah cerita akan mengonsep sesuatu dan ini akan menjadi sebuah tindakan di dunia nyata, artinya bahwa semuanya berasal dari cerita dan itu berada di dalam pikiran. tapi seperti dalam kondisi syndrome ini itu hanya berada dalam pikiran saya saja.
Posisi saya sekarang kebetulan digariskan untuk berada di beberapa organisasi kemahasiswaan, ketika dalam rapat kondisi semangat untuk melakukan sesuatu untuk kebaikan organisasi menjadi deras layaknya sungai. Sebuah ide-ide cemerlang muncul begitu saja. Namun ketika masuk ke dalam teknis bagaimana membuatnya menjadi sedikit menurun dan menurun hingga nantinya pada saat ingin dikerjakan malah “lupa” sesaat seperti yang saya katakan lalu itu. Apa yang mesti saya buat dengan kondisi ini dimana teman-teman yang mestinya saling bantu membantu mengerjakan semuanya malah memberikan alasan-alasan yang sebenarnya bahasannya menolak untuk itu. Akhirnya ide hanya sebatas ide tidak seperti yang teman-teman saya katakan tentang kebenaran adalah kesesuaian ide dan realitas atau niat dan perbuatan.
Susah memang ya, ketika kita diperhadapkan dengan kepentingan umum dan kepentingan pribadi. Selalunya orang beralasan tidak datang untuk bergotong royong misalnya dengan alasan ada kegiatanku, yang entah kegiatan dengan tidak melakukan kegiatan atau lainnya terkadang terkesan tidak jelas. Mestinya saya masih perlu banyak belajar untuk lebih memahami konseptualitas dalam kontekstualitas yang seimbang.
(njk!)
26/05/2010
Komentar